Bulan Januari 2022 lalu, film Hotel Transylvania yang ke-4 rilis. Film ini memiliki judul lengkap Hotel Transylvania: Transformania. Meski dari luar tampak memiliki kesan horor, tapi film ini family-friendly banget, kok. Konflik yang disuguhkan pun terasa begitu ringan. Jadi, bagi kalian yang merasa capek memahami film-film Christopher Nolan dan ingin beristirahat sejenak, film ini sangat recommended untuk ditonton. Asalkan waktu nonton pikiran kalian nggak dipenuhi oleh teori konspirasi. Maka, sementara lupakan dulu teori konspirasi di kepala kalian supaya bisa menikmati sisi hiburan filmnya.
Film Hotel Transylvania 4 ini bercerita tentang sosk Drak (nama lengkapnya Drakula) yang mau memasuki masa pensiun―atau mungkin lebih tepatnya memensiunkan diri―sebagai pemilik hotel. Drak berniat memindahtangankan kepemilikan hotel pada anaknya, Mavis. Namun, Drak nggak sepenuhnya yakin dengan hal tersebut. Musababnya adalah menantunya (yang juga merupakan suami dari Mavis), Johnny, memiliki visi yang berbeda dengan Drak.
Johnny ingin merenovasi hotel sesuai dengan konsep yang ada di kepalanya, dan hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh Drak. Karena hal itu, Drak pun mengarang sebuah regulasi di mana aturannya berkata bahwa hotel hanya boleh dimiliki oleh monster, bukan manusia. Tanpa sengaja ternyata hasil mengarang Drak tersebut melahirkan masalah baru yang cukup runyam.
Nah, disadari atau tidak, ternyata film Hotel Transylvania 4 ini mengajarkan beberapa nilai kemanusiaan. Setidaknya ada 4 yang saya temukan, sebagai berikut:
- Empati
Dalam film ini, ajaran soal empati dipertontonkan saat Drak dan Johnny bertukar posisi. Johnny menjadi monster, sementara Drak menjadi manusia. Hal tersebut dapat terjadi lantaran alat dari Van Helsing yang dapat mengubah monster jadi manusia dan sebaliknya. Johnny ingin menjadi monster karena ia telah terperdaya oleh aturan karangan Drak soal kepemilikan hotel. Johnny berpikir bahwa bila dirinya jadi monster, maka ia akan mendapat hak milik hotel bersama dengan istrinya.
Sementara itu, Drak sendiri jadi manusia tanpa sengaja. Drak sangat membenci hal tersebut sebab ia tak lagi bisa menggunakan kekuatannya saat jadi monster (vampir). Oleh sebab itulah, Drak bersikeras supaya dirinya bisa berubah kembali menjadi monster.
Dalam menjalani perannya sebagai manusia, Drak mengalami banyak kesulitan yang belum pernah ditemuinya. Sebagai contoh, biasanya ia bisa menempuh perjalanan jauh dengan terbang (berubah jadi kelelawar), tapi sekarang tidak lagi. Drak juga baru pertama merasakan digigit―bahkan dikeroyok―nyamuk yang sangat menjengkelkannya.
Akan tetapi, di sisi lain Drak juga menemukan beberapa keindahan saat jadi manusia. Misalnya, ia nggak lagi terbakar oleh sinar matahari dan ia bisa bebas melihatnya. Keindahan matahari baru disadari oleh Drak ketika dirinya jadi manusia. Lalu bagaimana dengan Johnny? Ia justru jadi punya banyak kemudahan dibanding saat dirinya jadi manusia. Dari sini kita bisa belajar tentang empati. Belajar untuk merasakan keadaan yang sama dengan orang lain, sehingga kita tidak jadi pribadi yang sak–karepe dhewe.
- Mendengarkan Orang Lain
Mendengarkan orang lain bukan berarti nguping, lho ya! Salah satu scene yang mengajarkan soal mendengarkan orang lain adalah ketika Drak berbincang dengan Ericka tentang masa pensiunnya. Drak ingin segalanya terlihat sempurna (dalam arti sesuai dengan keinginan dirinya tentunya). Ericka sendiri mencoba menyadarkan Drak bahwa semuanya mungkin akan berbeda setelah dirinya pensiun, dan itu bukan masalah besar. Selain itu, Ericka juga coba meyakinkan Drak supaya ia ikhlas memberikan hak milik hotel pada Johnny, bukan cuma pada Mavis. Hal itu disebabkan karena bagaimana pun Johnny dan Mavis adalah suami-istri.
Nah, banyak dari kita yang sering kali enggan mendengarkan orang lain. Kita sering merasa bahwa pendapat kitalah yang paling benar, sehingga ketika ada orang lain bicara, kita malah menyelanya. Ini merupakan kebiasaan buruk yang harusnya tidak kita lestarikan.
Mirisnya, kebiasaan menyebalkan ini kadang justru melekat pada orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Padahal, pendidikan tinggi bukan jaminan kita menjadi orang yang paling benar. Tetap saja, masih ada kemungkinan bagi kita untuk salah. Atas hal itu, kita selalu perlu untuk mendengarkan orang lain. Berangkali dari apa yang dicontohkan dalam film Hotel Transylvania 4 ini kita bisa belajar kemampuan mendengar. Dimulai dari yang paling sederhana: tidak menyela saat orang lain bicara.
- Menerima Diri Sendiri
Ketika Drak berubah jadi manusia, ada banyak perubahan yang terjadi pada fisiknya. Rambut yang tidak lagi klimis, dada yang tidak membusung, juga perut yang jadi buncit. Awalnya Drak sangat takut dengan perubahan fisiknya tersebut. Ia berusaha menyembunyikannya dari Ericka. Tapi ternyata Ericka sudah tahu hal tersebut. Ericka lantas bilang bahwa ia tetap mencintai Drak bagaimana pun tampilannya. Drak pun akhirnya menerima perubahan pada fisiknya.
Barangkali banyak dari kita yang pernah mengalami hal serupa Drak, sulit menerima diri apa adanya. Namun, pertanyaan mendasarnya adalah, bukankah semua manusia lahir membawa kekurangannya masing-masing? Ada yang terlahir good looking, tapi PD-nya kelewatan sehingga justru membuat banyak orang nggak suka. Ada yang punya pemikiran bagus, tapi sayang suka menghakimi orang seenaknya. Tidak ada yang benar-benar sempurna. Jadi, mari kita terima diri sendiri apa adanya dengan cara berdamai dengan ketidaksempurnaan.
- Selalu Berusaha Melihat Sisi Positif
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang sering dikatakan Johnny pada Drak. Hal itu lantaran Drak yang selalu menggerutu ketika menemui hal-hal yang tidak diinginkannya. Johnny kemudian memberi analogi sebuah marhsmallow yang dibakar. Dari luar marshmallow tersebut memang tampak buruk, tapi bila kita melihat isinya kita akan menemukan sesuatu yang manis. Jadi, mulai sekarang coba belajar lihat segala sesuatu dari sisi positifnya. Ambil hikmahnya. Kalau nggak bisa, maka misuh-lah!.Eh, jangan deh. Lebih baik ber-istighfar-lah.[]