Puisi Hikayat Jenderal Koruptor
Tersebutlah di dalam hikayat ini
Seorang jenderal berbintang dua
Tentu dengan sangat gagah berani
Lalu kalap menilap uang negara
Padahal dia seorang perwira tinggi
Yang tentu kayak untuk dihormati
Serta tentu layak pula jadi teladan
Bagi mereka yang menjadi bawahan
Akan tetapi tabiat sang jenderal
Memang sungguh tidak bermoral
Karena wataknya bagaikan kadal
Kelakuannya juga terlihat kumal
Ratusan miliar rupiah telah dijarah
Tanpa sedikit pun merasa bersalah
Karena semua dibuat seolah lumrah
Meski nilainya sangat melimpah ruah
Ia bersekongkol dengan pengusaha
Menggunakan cara atau modus lama
Melipatgandakan nilai atau harganya
Hingga untung segunung diperolehnya
Dengan jimat kekuasaan yang dipegang
Ia mencuri tanpa sedikit pun rasa bimbang.
Ia ramnpok uang negara berdasar wewenang
Seperti harimau yang terlepas dari kandang
Kekayaannya tentu tak sebanding dengan gaji
Yang diperolehnya sejak menjadi perwira pertama
Meski dikumpulkan bertahun-tahun lamanya
Hingga ia kini menjadi seorang perwira tinggi
Agar kekayaannya tak mudah diketahui
Maka kekayaannya itu harus dicuci
Untuk itu ia kemudian menikah lagi
Memalsukan nama dan umur ia jalani
Istri mudanya memang benar-benar muda
Ia mantan ratu kecantikan di sebuah kota
Diberikannya rumah mewah bagaikan istana
Yang tentunya terserak di mana-mana
Istri mudanya yang lain juga berumah megah
Di samping itu tentu juga bermobil mewah
Hartanya tersebar di mana-mana melimpah
Pasti membuat semua orang jadi terperangah
Selain diatasnamakan istri-istri mudanya
Kekayaan hasil korupsi dari uang negara
Yang nilainyai tentu sangat tiada terkira
Juga diatasnamakan saudara dan mertua
Hasil korupsi uang negara kemudian dicucinya
Hingga dengan cepat telah berubah bentuknya.
Menjadi pom bensin, tanah, perkebunan, sawah
Perusahaan pengangkutan dan tentu saja rumah
Akan tetapi, semua cerita tentu saja ada akhirnya
Atau semua hikayat tentu saja akan tamat
Sang jenderal koruptor tertangkap aparat KPK
Hingga kini mendekam di balik terali besi berkarat
Demikianlah hikayat jenderal koruptor
Yang bergelimang dengan perbuatan kotor
Semua kekayaannya telah disita negara
Katanya dimiskinkan kembali seperti sedia kala
Cibinong, Mei 2020
Puisi Berkata dan Tertawa Gila
Ketika kamu ketahuan korupsi
uang negara yang nilainya berlipat-lipat,
aku berkata: Gila!
Padahal, kamu wakil rakyat.
Ketika kamu ketahuan korupsi
uang negara yang nilainya sungguh hebat,
aku berkata: Gila!
Padahal, kamu layaknya birokrat.
Ketika kamu ketahuan korupsi
uang negara yang nilainya memerlukan nyali,
aku berkata: Gila!
Padahal, kamu Ketua Mahkamah Konstitusi.
Ketika kamu ketahuan korupsi
uang negara yang nilainya tak terperi,
aku berkata : Gila!
Padahal, kamu seorang menteri.
Ketika korupsi terjadi di mana-mana
yang dilakukan pejabat, partai, dan penguasa,
aku berkata dengan nada tertawa: Gila!
Padahal, seharusnya mengurusi rakyat yang menderita.
Jakarta, 12 November 2020
Ngeri-ngeri Sadap
Korupsi itu
ngeri-ngeri sadap.
Jakarta, Maret 2020