Sejak memasuki era digital ini, salah satu isu yang paling mengemuka selain teknologi informasi, aneka media baru sampai kecerdasan buatan, adalah persoalan krisis ekologis. Meski pada prinsipnya problem lingkungan telah lama dibicarakan bahkan sejak revolusi industri—terutama pasca-PD II—namun gema perbincangan isu ini semakin memuncak di abad informasi sekarang.
Cukup dengan gawai saja, kita jadi semakin tahu lebih banyak akan bahaya industri batu bara dan sumber daya alam tak terbarukan. Belum lagi menyinggung efek samping dari limbah pabrik dan sampah plastik yang semakin perlu diwaspadai. Kepunahan beberapa spesies di muka bumi ini pun belakangan juga banyak dimunculkan oleh media, NGO, lembaga konservasi, maupun inisiatif sipil yang memiliki concern di bidang tersebut.
Nah, dari situ, saya ingin membagikan beberapa tontonan film dokumenter untuk para pembaca, terutama anak muda yang menjadi pewaris bumi ini di masa mendatang. Yuk, simak lebih lanjut apa saja film dokumenter tersebut di bawah ini:
1. Cowspiracy: The Sustainability Secret (2014)
Film dokumenter hasil karya Kip Andersen dan Keegan Kuhn ini cukup kontroversial. Ihwal itu dikarenakan mereka secara berani menyelidiki pertautan timbal balik antara kasus kerusakan lingkungan dengan sejumlah kebijakan politik dan pola hidup modern yang banyak dianut manusia. Dari judulnya saja, kita bisa tahu kalau rekaman ini tentu membahas seputar sapi. Namun tidak hanya tentang sapi dan peternakan di Amerika, melainkan lebih dari itu mereka berdua menginvestigasi, melakukan riset rinci mengenai beberapa industri peternakan yang ternyata berkontribusi besar atas deforestasi (penebangan hutan) besar-besaran untuk membuka lahan peternakan baru.
Kesemua hal tersebut tentu saja memiliki dampak signifikan yang cukup merugikan bagi masyarakat rimba, cadangan oksigen penduduk, pencemaran emisi gas metana yang jauh lebih kuat dari karbon dioksida, dan krisis iklim. Lebih seram lagi mereka berdua mengulik hubungan politis-ekonomi-industrial antara beberapa NGO terkenal di bidang lingkungan seperti Greenpeace dan Rainforest Action Network dengan para raksasa bisnis daging dan sejenisnya. Penasaran, kan? Langsung catat ke dalam daftar tontonanmu, ya!
2. What The Health (2017)
Masih dengan sutradara dan produser yang sama, kali ini Kip Andersen dan Keegan Kuhn meriset urusan perut kita—pola konsumsi dan pengetahuan kesehatan. Berangkat dari rasa penasaran, film dokumenter gubahan satu ini menyajikan komparasi sekaligus evolusi ilmu Kesehatan memandang makanan. Dari waktu ke waktu, cara pandang kita terhadap daging dan protein hewani masih mendominasi, padahal baik secara kuno maupun temuan medis dan nutrisionis, protein nabati jauh lebih aman—setidaknya dalam sorotan film ini.
Jalinan perang dagang antar-industri di abad modern menjadikan ‘mitos kesehatan’ yang berpusat pada daging dan susu seolah kebutuhan primer. Isu ini oleh pembuat film didiskusikan secara menarik dan menantang—karena ia juga menuai pelarangan ketika meliput dan penolakan wawancara dengan sejumlah figur kunci yang berkecimpung di industri atau komunitas terkait. Pandangan dari sejumlah pakar Kesehatan dan testimoni atlet mengenai pola makan yang sehat berbasis nabati dan aspek keamanan (keramahan) lingkungan, kesemuanya tidak luput terbahas dalam film ini secara renyah, mudah dipahami awam, dan menarik. Selengkapnya, mending intip sendiri.
3. Seaspiracy (2021)
Belum kapok dilarang dan mengenyam penolakan, Kip Adersen dan Keegan Kuhn masih menggarap seri dokumenter baru berjudul Seaspiracy. Kali ini persoalan di laut yang dibahas. Lebih menantang dari sebelumnya, di film ini akan kita jumpai ‘kebengisan’ dan keserakahan manusia dalam menjarah lautan demi keuntungan ekonomi industri perikanan. Sisi kongkalikong antara organisasi lingkungan laut dengan industri penangkapan ikan di kancah internasional pun disajikan dalam format investigatif.
Penonton berasa ikut petualangan menyelidik macam Sherlock Holmes menguak misteri. Contoh konspirasi yang diungkap dalam hal ini adalah pemberian label “ramah lumba-lumba” atau “ramah lingkungan” di kaleng tuna, misalnya, ternyata telah menjelma bisnis baru dan diperdagangkan. Jadi, sekalipun industri ikan kaleng misalnya melakukan perusakan biota laut dan tidak menaati aturan main penangkapan, selama mereka bisa membeli label itu, maka akan secara otomatis mendapat stemple “ramah lingkungan”. Lebih rincinya, silakan ajak temanmu nobar.
4. Before the Flood (2016)
Kali ini datang dari produksi film dokumenter Amerika Serikat yang juga dikondekturi oleh National Geographic Channel. Tidak tanggung-tanggung, mereka melibatkan aktor papan atas untuk menjadi narator: Leonardo DiCaprio. Produksi film ini cukup lama, yaitu 3 tahun dan hasilnya sangat membanggakan karena narasi dikemas secara utuh dan berkesinambungan dari lukisan The Garden of Earthly Delight karya Hieronymus Bosch tahun 1515. Cerita seputar apa saja penyebab kompleks banjir selain sampah dan deforestasi, termasuk tanggung jawab kita sebagai manusia diceritakan secara jujur, ironis, sekaligus menampar kesadaran kita agar lebih menjaga lingkungan.
5. Sexy Killer (2019)
Barangkali sebagian besar kita sudah menonton film dokumenter karya WatchDoc ini karena sempat ramai di masa pemilu 2019 silam. Meski begitu, bagi anda yang belum melihatnya, film ini tidak saja menyajikan soal isu politik negeri ini, namun bahkan mempersoalkan perselingkuhan antara sejumlah elite politik dengan industri sehingga mengorbankan orang-orang kecil yang tidak berdosa dan ongkos lingkungan yang harus dibayar pun sangat mahal—kerusakan hutan, sungai, laut, dan ekonomi rakyat sipil sampai masyarakat adat.
6. Seri Ekspedisi Indonesia Biru (2015)
Dilakukan sejak 1 Januari 2015 sampai 365 hari penuh berkeliling Nusantara, Dandhy Laksono dan Ucok (Suparta Arz) mendokumentasikan banyak hal. Persoalan anak negeri dan aneka perjuangan masyarakat sipil dipotret oleh Watchdoc Image secara apik dan dipetakan sesuai topik dan wilayah tertentu. Ragam isu besar seperti kerusakan lingkungan dalam dokumenter ini juga banyak di bahas. Di samping itu, persoalan ekonomi kerakyatan, konflik industri-warga sipil, kearifan budaya lokal, dan sinergi komunitas adat tertentu menjadi inventaris baru bagi kita yang sangat sayang untuk dilewatkan.
7. Serial “Our Planet” (Netflix Documentary, 2020)
Sebagai perusahaan hiburan dan tontonan yang kaya dan besar, Netflix juga mendedikasikan sebagian dana proyek mereka untuk merekam alam bebas dan isu lingkungan. Narator senior dan sepuh David Attenborough memperkuat kesan magis dalam seri dokumenter ini. Suara yang halus, khas dan dalam miliknya membikin khusyuk penonton, apalagi narasi yang dikemas cukup puitis, jujur, dan membius. Videonya ditayangkan gratis di kanal Youtube resmi mereka sebagai bahan edukasi lingkungan secara terbuka. Akan rugi jika tidak menonton ini.
8. Years of Living Dangerously (2014, 2 Season)
Seri dokumenter ini berjalan dua musim, dan ada beberapa episode di dalamnya yang juga mempotret Indonesia, terutama industri kelapa sawit di Kalimantan dan Sumatera. Problem serius atmosfer bumi yang mulai memanas, krisis iklim dan ketidakteraturan cuaca menjadi bahasan utama. Manusia abad ini secara ironis menciptakan masalah sekaligus menjadi korban dari masalah yang mereka buat. Kita sejatinya mengenyam serangkaian tantangan lingkungan yang justru membuat kita hidup dalam zona bahaya—baik virus, ancaman musim ekstrem, dan perubahan iklim drastis.
Nah, itulah beberapa film dokumenter yang tentu akan sangat membuka wacana, memperluas pikiran dan memperdalam kesadaran kita akan persoalan lingkungan di sekitar kita: mulai dari sampah, pola makan, gaya hidup, kerusakan di darat dan laut, sampai krisis iklim dan emisi karbon di atmosfer bumi. Selamat menonton sambil belajar!
_______________
*NB: Semua sumber gambar dalam tulisan ini diperoleh dari Google, situs Netflix, Youtube, dan IMDb.