slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Mudik dan Sambatan Rohani Tahun Ini - Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
Thursday, 03 July 2025
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Mudik dan Sambatan Rohani Tahun Ini

Lutfi Azhar by Lutfi Azhar
25 May 2021
in Komentarium, Sambatologi
0
Mudik dan Sambatan Rohani Tahun Ini

Sumber: https://www.behance.net/gallery/96147751/blue

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Kemarin magrib, ponsel saya berdering dan mendapat kabar dari seorang teman dekat yang lama tidak bertemu. Ia menyarankan saya agar segera berangkat ke suatu tempat. Kebetulan waktu itu Ramadhan, maka momentumnya juga bisa dianggap sebagai pertemuan dengan niat berbuka puasa bersama.

Saat bertemu, lalu apalagi yang dapat kami bertiga lakukan selain menceritakan kabar satu sama lain. Meski dengan sedikit malu, saya mengutarakan bahwa kawan yang telah menyandang gelar ke-sarjana-an ini sedang galau karena dari di antara mereka, sayalah yang belum jua mendapat pekerjaan. Beda dengan mereka. Tapi bukan itu yang terpenting.  Yang akan saya bagikan adalah secuplik obrolan yang sudah ngalor-ngidul dan berjam-jam kami adu-jotoskan.

Pembicaraan kami bertiga lebih banyak mewartakan keadaan diri dan problem hidup masing-masing. Sesekali juga kita meloncat ke topik-topik lain yang sedang viral dan heboh di sosial. Mulai dari viralnya salah satu anggota “Brandal Poppies Dua”, mantan-mantan atlet bulutangkis yang lagi mendapatkan “cakrawalanya” Rendra, “Mulut Pisaunya” Wiji Thukul, mendapat suplai “Ekstasinya” Wahyu Prasetya, dan kasus lain yaitu “terselipnya” Tuhan dalam diri pelaku pembullyan, serta eksistensinya Kanjeng Ratu Corona tak luput juga kita diskusikan.

Tersebab Kanjeng Ratu Coronalah lahir anjuran dan peraturan PSBB yang berujung kepada problem kebudayaan yang seharusnya bisa kita laksanakan seperti pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu budaya mudik dan halal bihalal untuk saling mengunjungi satu sama lain; orang tua, saudara, tetangga, teman dan kerabat yang mungkin tidak akan terlaksana di tahun ini.

Sulit memang untuk membayangkan bagaimana momen lebaran yang sudah menjadi kebiasaan nyaris semua warga masyarakat Negara Republik Kesatuan Ingah-ingih, (ehh maaf, Indonesia maksudnya). Kini berkumpul bersama sanak saudara berubah menjadi tidak dan berjarak. Tapi manusia bisa apa saat Tuhan bersabda lewat gerak alam? Lantas harus bagaimana menyikapi keadaan ini? Ya, sebagai jasad bersedih, tetapi sebagai rohani tidak.

“Maksudnya?” Sahut satu kawan di seberang meja dengan cukup serius. Manusia adalah khalifah di mana dialah pancer dari segala arah mata angin. Dia bisa manjing sajroning kahanan. Sanggup menempatkan diri sebagai apa saja sesuai dengan keinginannya. Maka, di saat dia melihat ke dalam diri sebagai makhluk jasad, ia akan bersedih dan menangis menerima keadaan yang membuatnya tidak bisa bertemu dengan sanak keluarga karena adanya pandemi ini. Akan tetapi apabila dia menempatkan diri sebagai manusia rohani, dirinya tidak akan merasa sedih dengan adanya peraturan dan permasalahan ini.

Fenomena mudik memang sudah menjadi ciri khas manusia Indonesia. Mudik diartikan pulang atau kembali. Namun, pertanyaannya, “pulang kemana kita?” Sebagaimana Resi Umbu mewejang santri-santrinya di Jalan Malioboro kala itu, “pulanglah ke-diri kalian masing-masing”.

Itulah yang saya tafsiri sebagai satu petuah yang menyuruh kita agar selalu mencari kesadaran di dalam diri bahwa kita ini siapa, dari mana, untuk apa, mau apa dan akan kemana. Dari sinilah ada kesadaran di mana mudik ataupun tidak, itu sama saja. Sama baiknya asal tetap berada dalam tonggak kesadaran innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kesadaran akan dari mana kita berasal dan akan kembali itulah yang paling murni dan sejati dari kata mudik itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan halal bihalal yang setiap tahunnya kita sebagai umat muslim Indonesia lakukan? Saya kira hakikat dari kata halal bihalal adalah silaturahmi menjaga hubungan antarsesama dengan kelapangan dada memberikan maaf sesudah dan bahkan sebelum melakukan salah dan juga terlepas dari Bulan Syawal. Maka dari itu, bagi siapa saja yang di dalam dirinya telah tercipta telaga maaf dan semangat bersilaturahim dengan siapapun maka dirinyalah manusia yang telah lepas dari apa yang dinamakan halal bihalal di waktu Syawal. Ada inti yang sama dalam halal bihalal meski secara langsung atau hanya lewat smartphone.

Mungkin peristiwa pandemi ini sengaja dibuat Tuhan sampai dipariwisatakannya ke bumi manusia dengan maksud menjadikan agar hari-hari kita—termasuk di Bulan Ramadhan kemarin sampai Idul Fitri—yang kita lalui benar-benar menjadi hari-hari yang sangat berkualitas dalam penghayatan ke luar dan penghayatan ke dalam. Dan setelah lahirnya peraturan dan anjuran yang tidak mengizinkan kita mudik, kita husnudzoni dalam rangka menjaga kesehatan orang tua, saudara dan sesama manusia di Desa. Lantaran mungkin saja Kanjeng Ratu Corona tengah singgah di dalam tubuh kita.

Dan, boleh jadi ini semua juga melahirkan kesadaran “kembali” pada yang lebih murni dan sejati. Barangkali Tuhan sengaja memberikan rentang jarak di tahun ini dalam rangka memupuk rindu dalam kalbu agar subur dan menumbuhkan segala sesuatu yang berdampak baik kepada semua. Bisa juga diartikan bahwa memang terkadang kita mesti berjarak dulu agar bisa menilai dan merenungi bahwa ternyata yang berjarak tidak mesti selalu jauh. Bahkan sebaliknya: semakin jauh, malah terasa semakin dekat.[]

 

Cangkringan, Mei 2020

Tags: coronamudikramadhanrefleksisambatologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Monolog Rayap Terbang di Lantai 13

Next Post

Kilas Balik Tokoh Penemu Lensa: Ibnu al-Haitham

Lutfi Azhar

Lutfi Azhar

Penulis asal Kudus yang juga seorang pelatih olahraga dan disambi buka lapak buku lawas. Bisa disapa di Instagram Lutfy Azhar Slenge'an.

Artikel Terkait

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 March 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan
Cangkem

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 March 2022

Silakan kalau anda ingin memfitnah saya sebagai orang yang sedang misuh atau berkata kasar sejak dari judul. Tapi kontol sebagai...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

People vector created by vectorpocket - www.freepik.com

Metropolis Berduli

12 December 2021
Gambar Artikel Falsafah Dewa Ruci Sunan Kalijaga

Falsafah Dewa Ruci Sunan Kalijaga

12 November 2020
Gambar Artikel Wisata di Tarempa : Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas

Perjalanan Menuju Tarempa, Kepulauan Anambas

30 April 2021
Gambar Artikel Penjelas Masa Lalu

Penjelas Masa Lalu

10 January 2021
Tiada yang Bakal Dirindu

Tiada yang Bakal Dirindu

28 January 2022
Mencintaimu Bagi yang Mampu

Mencintaimu Bagi yang Mampu

16 March 2021
Gambar Artikel Game yang lagi viral tahun 2021. Higgs Domino. Chip. Spin. Game yang menghasilkan Uang

Game yang Lagi Viral di Tahun 2021

23 April 2021
Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020
Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

17 December 2021
Pelabuhan Terakhir dan Puisi Buatmu

Pelabuhan Terakhir dan Puisi Buatmu

27 July 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

Kategori

  • Event (11)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (9)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (207)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (137)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In