Hari-hari ini warga dunia di seantero jagad mengalami musibahyang tak diduga sebelumnya. Lebih dari 200 negara diteror wabah. Layaknya perang dunia, jutaan orang terpapar wabah dan puluhan hingga ratusan ribu orang meninggal dunia. Perang melawan musuh yang tak kasat mata. Corona atau Covid-19 menjadi seteru yang menakutkan akhir-akhir ini.
Sudah hampir setahun ternyata wabah corona atau pandemi Covid-19 mengharu biru orang-orang di berbagai belahan bumi ini. Tak pandang bulu. Mereka yang berkulit putih, sawo matang, dan hitam menjadi korban. Penduduk bumi yang bermukim di benua Asia, Aftika, Australia, Amerika, dan Eropa menjadi korban virus yang tak dapat dilihat mata telanjang ini.
Kita kemudian mengetahui dan memahami bahwa penular pandemi Covid-19 adalah manusia. Ternyata orang menjadi transmisi melalui air liur atau lendir yang keluar dari mulut. Melalui mulut, hidung, dan mata, Covid-19 menular. Itu sebabnya, kita gencar mengampanyekan penggunaan masker untuk melindungi mulut dan hidung di wajah.
Tangan kita juga bisa jadi menjadi bagian tubuh yang dihinggapi virus ketika kita memegang sesuatu yang terdapat di fasilitas umum, yang didatangi dan dilalui siapa saja. Itu sebabnya, kita juga harus mencuci tangan dengan sabun yang akan membunuh virus tersebut. Disinfektan menjadi pilihan yang tepat untuk menghalau dan membunuh virus Covid-19. Handsanityzer layaknya selalu kita bawa untuk mencuci tangan.
Anosmia Bukan Insomnia
Bersamaan dengan merebaknya wabah corona, orang-orang berusaha mengetahui gejala orang yang terkonfirmasi Covid-19. Ini sperti pusing, meriang, lemas, tidak bergairah, loyo, batuk yang tak berkesudahan, dan sesak nafas. Bahkan dalam perkembangannya kemudian, gejala orang yang terpapar Covid-19, menurut dokter, mengalami ruam di kulit dan sariawan yang tak tertahankan, Barangkali pada saatnya nanti dokter akan menemukan gejala baru yang lain yang selama ini belum teridentifikasi. Namun, ada satu gejala yang bisa menjadi pertanda penting seseorang terserang Covid-19, yaitu anosmia.
Anosmia bukan insomnia, apalagi amnesia. Meskipun tiga istilah ini sering kita sebut-sebut dalam perbincangan sehari-hari. Seperti halnya secara silih berganti kita juga menyebut kata kedelai dan keledai, dan kalifah, kilafah, dan kafilah. Anosmia, insomnia, dan amnesia bisa jadi dialami oleh siapa pun.
Anosmia adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau. Kondisi ini juga dapat menghilangkan kemampuan penderitanya untuk merasakan makanan. Kehilangan kemampuan indera penciuman atau anosmia dapat memengaruhi hidup seseorang. Selain tidak bisa mencium bebauan dan merasakan makanan, kondisi ini dapat memicu hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, malnutrisi, hingga depresi.
Pada banyak kasus, anosmia hanya disebabkan oleh pilek atau alergi dan bersifat sementara. Meski demikian, ada juga anosmia yang terjadi dalam jangka panjang. Anosmia yang terjadi dalam jangka panjang merupakan tanda penyakit serius dan perlu diperiksakan ke dokter.
Gejala anosmia adalah hilangnya kemampuan untuk mencium bau. Sebagai contoh, anosmia bisa membuat penderitanya tidak bisa mencium wangi bunga atau bau tubuh sendiri. Bahkan, bau sesuatu yang menyengat seperti asap kebakaran atau gas yang bocor juga tidak tercium. Anosmia juga dapat membuat seseorang tak mampu membaui sate padang yang sedang dibakar, ikan asin yang sedang digoreng, dan aroma durian matang yang menyengat.
Anosmia tentu saja berbeda dengan insomnia. Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan tersebut menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.
Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan seseorang secara keseluruhan. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan gangguan fisik dan mental. Pada umumnya kita memerlukan delapan jam tidur dalam sehari untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit.
Anosmia Bukan Amnesia
Anosmia bukan insomnia, apalagi amnesia. Anosmia tentu saja bukan amnesia.Meskipun demikian, anosmia, insomnia, dan amdesia, bisa menyerang anggota tubuh dan dialami oleh siapa pun. Apa boleh buat. Jadi Anda harus mewaspadainya.
Amnesia atau hilang ingatan adalah gangguan yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengingat fakta, informasi, atau kejadian yang pernah dialaminya. Gangguan daya ingat pada penderita amnesia bisa ringan atau berat hingga mengganggu kehidupan penderitanya.
Amnesia dapat terjadi sementara atau permanen. Hilangnya ingatan pada kondisi ini dapat berupa hilang ingatan sebagian atau seluruhnya. Umumnya penderita amnesia masih dapat mengingat identitas dirinya, hanya saja akan kesulitan untuk mengingat hal baru atau mengingat kejadian di masa lalu.
Amnesia sering dikaitkan dengan demensia, yaitu sebuah kondisi yang juga mengganggu daya ingat. Namun, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Penderita demensia akan mengalami gangguan pada daya ingat sekaligus penurunan fungsi koginitif.
Jangan Salah Sebut
Seiring dengan kian merangsek dan merebaknya wabah corona, istilah anosmia juga kian populer. Layaknya Anda jangan salah sebut. Gejala Covid-19 yang satu ini bisa dibayangkan bagaimana rasanya. Hilangnya indra penciuman yang ada pada diri kita tentu saja sangat menggundahkan hati.
Bagaimana tidak? Bau terasi yang sedang digoreng oleh ibu-ibu pada siang hari untuk bahan sambal terasi yang lezat, tiba-tiba tidak dapat kita baui. Berlalu begitu saja. Lewat tanpa menyelinap di hidung kita. Sungguh memilukan tentu.
Sebaiknya Anda juga jangan salah ucap atau salah sebut. Sebab ini bisa menyinggung perasaan orang lain. Ucapkan dengan lafal yang tepat dan jelas! Bunyi vokalnya dan pemenggalan katanya harus tepat. Maaf, Anda sekali pun tidak boleh melafalkan: Anus si Mia. Anosmia tetap anosmia.
Cibinong, 10 Februari 2021