Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Tuesday, 21 March, 2023
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Puasa dalam Pandangan Budaya Pop dan Gejala Pseudo-Spiritualisme

Fauzan Anwar Z by Fauzan Anwar Z
6 April 2022
in Esai
0
Puasa dalam Pandangan Budaya Pop dan Gejala Pseudo-Spiritualisme

https://www.lenamacka.com/illustration/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sudah menjadi rutinitas bulanan bagi umat Islam di seluruh dunia bahwa setiap bulan Ramadhan, mereka melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Puasa secara sederhana bisa diartikan menahan diri dari kebutuhan jasmaniah seperti makan dan minum, juga menahan kehendak nafsu yang bersifat banal. Seperti amarah, gairah seksual dan lain-lain, mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Ulil Abshar Abdalla seorang cendekiawan muslim Indonesia pernah mengungkapkan bahwa menurutnya bulan puasa ialah “bulan tazkiyat al-nufus”. Bulan pembersihan diri, latihan spiritual dan disiplin mental serta intelektual.

Bulan Ramadhan juga memiliki posisi yang spesial bagi umat Islam. Di dalam beberapa sumber primer Islam, serta khazanah turats atau naskah klasik para pemikir Islam, banyak sekali anjuran untuk memperbanyak ibadah serta melakukan kontemplasi secara universal di bulan ini, agar manusia senantiasa merefleksikan kehidupan yang telah dilakoninya selama ini.

Para cendekiawan yang bergiat dalam ranah kajian keislamaan tentu mempunyai berbagai macam pandangan yang luas dalam memaknai hakikat terdalam dari puasa. Namun bagaimanakah realitas puasa di era budaya populer hari ini? Sebelum masuk ke pembahasan tersebut alangkah lebih baik jika kita merefleksikan sejenak realitas yang biasa terjadi pada bulan Ramadhan, khususnya di Indonesia.

Hasil penelitian sebuah perusahan riset pasar global AC Nielsen menunjukkan, bahwa penjualan barang konsumen di Indonesia selalu mengalami kenaikan persentase pada bulan Ramadhan. Misal saja, hasil penelitian tahun 2010 melonjak sebesar 9,2% . Singkatnya, dari hasil temuan tersebut tingkat konsumerisme terus meningkat di Indonesia ketika bulan Ramadhan hadir. Seperti kita ketahui bersama, bahwa umat Islam Indonesia adalah mayoritas, bahkan Indonesia juga termasuk ke dalam negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia.

Seperti sudah disinggung diawal bahwa pengertian dasar dari puasa adalah menahan, tidak hanya makan dan minum, namun juga menahan keinginan-keinginan semu yang tidak substantif. Namun yang terjadi di lapangan adalah kebalikannya. Pedagang-pedagang emperan berjubel di pinggir jalan untuk berjualan, baik itu makanan hingga pakaian. Mall, supermarket, pasar, selalu penuh oleh pengunjung berdatangan. Belum lagi ditambah promo diskon besar–besaran untuk menarik para konsumen. Tambahkan juga pembelanjaan di platform-platform e-commerce dll. Sementara efek sampingnya, persoalan kemacetan serta sampah semakin menumpuk.

Saya tidak anti terhadap hal tersebut, karena di sisi lain fenomena itu juga mengakibatkan roda ekonomi yang lancar bagi kesejahteraan masyarakat. Saya pun termasuk orang yang menikmati fenomena kebudayaan itu, namun yang harus kita sadari bersama adalah bahwa “fenomena kebudayaan” ini tidak boleh mengkaburkan kita akan makna sejati dan goal dari puasa.

Bisa kita katakan bahwa hari ini pemaknaan puasa terus mengalami reduksi, sehinga esensinya menjadi samar. Kabur. Hal ini juga akan terus-menerus semakin tereduksi jika kita melihat dan mencermati bagaimana liar dan dahsyatnya arus gelombang media informasi. Di dalamnya selalu dipenuhi usaha mengumbar dan mengeksploitasi aspek psikologis alam bawah sadar manusia dengan berbagai macam jenis sensualitas permainan “tanda”.  Baik melalui Billboard, poster iklan di pinggir jalan, commercial break televisi, hingga iklan di media sosial hanya untuk menjual produk-produk yang kebanyakan semu. Hal itulah salah satu faktor sekaligus variabel yang mengakibatkan orang-orang menjadi overconsumerism.

Di era millennium ketiga ini, kita hidup di tatanan yang sangat kompleks. Bisa dikatakan hampir semua sendi-sendi kehidupan telah berubah. Terutama produksi informasi yang semakin melesat. Tidak terlepas dari hal yang telah dipaparkan di atas, Anthony Giddens dan filsuf–filsuf postmodernis seperti Jean Baudillard serta Roland Barthes pernah mengingatkan kita bahwa ketika produksi informasi menjadi sangat dominan, maka akan mengakibatkan sebuah situasi chaotic (baca: kacau bin semrawut). Fetisisme terhadap komoditas, bahkan juga akan mengakibatkan sebuah kegilaan-kegilaan serta ketidakwarasan baru.

Manusia hari ini terus berjalan bahkan sudah berlari menuju gaya hidup masyarakat overconsumer. Dan jika manusia sudah mengidap overconsumerism, maka ekosistem alam pun akan terganggu. Proses overconsumerism tersebut terus diperkuat dengan adanya kalangan yang Guy Debord sebut sebagai society of the spectacle (masyarakat tontonan, bisa artis ataupun public figure lainnya) yang terus menerus dijadikan sumber utama rujukan serta referensi masyarakat.

Inilah yang pada akhirnya selalu mereka gunakan sebagai model citraan yang didayagunakan oleh para produsen untuk mereduksi nilai-nilai ekonomis, psikologis, dan spiritualisme masyarakat secara umum. Kondisi yang demikian itu pada akhirnya menjadikan dunia yang dihadapi oleh kita saat ini menjadi tak jelas.

Sebagai konsumen kita terus diekspolitasi, diinfiltrasi secara psikologis melalui penataran serta penjejalan simbol-simbol juga tanda-tanda pada alam bawah sadar. Pada akhirnya kita semua didorong untuk menjadi maniak konsumtif terhadap produk–produk semu belaka yang ditopang oleh sebuah simbol dan kuasa tanda.

Dengan berserakannya sampah informasi seperti sekarang ini, pada gilirannya nanti berimplikasi ke berbagai jenis pemaknaan ritual keagamaan. Tidak terlepas bulan puasa Ramadhan sekarang ini. Pengaruh media digital dan non-digital sangatlah besar. Apalagi pengaruh media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Line, WhatsApp, dan platform e-commerce lainnya.

Hal ini jika dibiarkan begitu saja tanpa adanya filterisasi dalam diri kita sendiri tentu akan sangat berbahaya. Dampaknya, kita menjadi masyarakat yang overkonsumeris dan pada akhirnya–saya tekankan lagi–akan merusak sistem ekologi. Juga dampak secara psikis akan dikenyam. Dan ketika manusia terus dieksploitasi hasratnya, mereka akan kehilangan esensi diri.

Ketika dalam alam bawah sadar manusia telah dipenuhi dengan “konsumsi tanda” pasar, maka hal tersebut bisa melahirkan sifat fetisisme komoditi atau mengangap adanya kekuatan yang agung dalam sebuah produk. Peristiwa demikian,  singkatnya, bisa dikatakan bahwa kita telah membuat dan menyembah berhala-berhala baru.

Puasa yang secara bahasa berarti “menahan” kini terkesan berarti “mengumbar”. Spiritualisme yang sejatinya bersifat pribadi nan intim kini beralih menjadi pseudo-spiritualisme. Sehingga lahirlah neospiritualisme global berdasarkan sisi religiusitas semu. Hal tersebut kemudian didorong dengan gebrakan pseudo-spiritualisme seperti acara-acara keagamaan di televisi, khususnya di bulan Ramadhan yang semarak.

Karenanya, makna sejati dari puasa Ramadhan akan potensial menjadi semakin bias dan tak jelas. Maka dari itu, puasa ramadhan kali ini mari kita berdayakan sebagai ‘sebuah rem’ atas hasrat irasional yang selama ini sering kita lampiaskan.

Sebagai akhir tulisan ini, saya akan mengutip kaidah ushul fiqh: “mâ lâ yudraku kulluhu, lâ yutraku kulluhu.” Apa yang tidak dapat diraih/dikerjakan semuanya, maka jangan ditinggalkan semuanya.[Ed. MnW]

Tags: budaya poppseudo spiritualismepuasaramadhansainsspiritual
ShareTweetSendShare
Previous Post

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

Next Post

Penulis Muda yang Pernah Putus Asa

Fauzan Anwar Z

Fauzan Anwar Z

Asal Bandung dan bergerak di komunitas Sastra Angin. Bisa disapa via Instagram @fauzananwarz

Artikel Terkait

Mengapa Perlu Membaca Sastra?
Esai

Mengapa Perlu Membaca Sastra?

23 September 2022

Beberapa waktu yang lalu dua teman saya memperbarui status WhatsApp-nya. Mereka mengunggah sebuah tangkapan layar yang sama. Sepotong tulisan karya...

Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda
Esai

Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

30 June 2022

Bahasa Sunda secara tidak langsung mempunyai segudang nilai-nilai didaktik dalam kehidupan, baik itu pandangan hidup, nilai filosofis, nilai moralitas, maupun...

Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi
Kolom

Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi

2 May 2022

Kemarin tanggal 1 Mei adalah Hari Buruh Internasional, yang kebetulan hari itu pula menjadi malam takbiran umat Muslim diselenggarakan. Kalimat...

Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)
Esai

Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

20 April 2022

Suhrawardi al-Maqtul, terkenal dengan sebutan syaikh al-isyraq atau master of Illuminationist guru filsafat cahaya, sedangkan al-Maqtul artinya “ia yang terbunuh”....

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Bintang Kecil Tetaplah Bernyanyi

Bintang Kecil Tetaplah Bernyanyi

17 March 2021
When The Weather is Fine dan Puisi Kesakitan

When The Weather is Fine dan Puisi Kesakitan

12 November 2021
Gambar Artikel Teori Resep Rahasia Membuat Krabby Patty Laris

Teori Resep Rahasia yang Membuat Krabby Patty Laris

15 November 2020
Gambar Artikel Puisi Dengan Angin

Dengan Angin

19 January 2021
Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

2 July 2021
Gambar Artikel Jembatan Lamper

Jembatan Lamper

2 November 2020
Tamu

Tamu

10 July 2022
People vector created by vectorpocket - www.freepik.com

Metropolis Berduli

12 December 2021
Gambar Artikel Bias Kegelisahan dan Kenangan

Bias Kegelisahan dan Kenangan

17 November 2020
Puisi yang Mengantarkan Kematian

Puisi yang Mengantarkan Kematian

25 February 2021

Ikuti Kami di Instagram

  • Halloo sobat
Ga terasa ya sudah bulan Juli...
Waktunya Meta ngumumin
💫metafor award💫
🤩🤩🤩

Oiya karena satu dan lain hal Meta mohon maaf yaa pengumuman Metafor award yang seharusnya dilaksanakan sejak bulan Januari 2022 jadi ngaret di bulan Juli 2022😭🙏🙏

Stay tune ya sobat. Bakal mimin umumkan pemenangnya tanggal 20 Juli 2022

Cek kategorinya di slide kedua yaa sobat

#metaforawards #metafordotid #nulisdimetafor #comingsoon‼️
  • Halloo sobatt
Saatnya Meta umumkan metafor award 2021. 
Ini dia para pemenangnya:
1. Terbaik kategori puisi
- Sobrun Jamil
- Krisnaldo Triguswinri

2. Terbaik kategori esai: Syukur Budiharjo

3. Terbaik kategori cerpen: Yuditeha

4. Penulis terproduktif: Syukur Budiharjo

Selamat kepada para pemenang, tolong balas DM Meta untuk konfirmasi hadiahnya yaa sobat.
Terima kasih semua kontribusi yang diberikan oleh para penulis. Selamat menanti metafor award 2022😍🥳

#metaforawards2021 #nulisdimetafor #metafordotid #pemenangaward2021
  • Halloo sobatt
Semoga selalu sehat dan berbahagia ya sobat
Meta mau umumkan pemenang award dari tim metafor.id
Ini dia pemenangnyaa:
1. Redaktur teraktif diraih oleh kak @fajrizuliaramdhani 
2. Desainer terbaik diraih oleh kak Ibrahim Hasan Maulidi
3. Tim media teraktif diraih oleh kak @okta_raras 

Semoga bahagia dan membahagiakan~
😍😍😁
Sehat selalu sobatt

#metaforawards2021 #metafordotid #nulisdimetafor #2021
  • Selamat hari anak nasional sobat meta. Tiap-tiap kita memiliki jiwa anak anak dalam diri rawatlah jiwa anak anak itu dan berbahagialah (juga bersedihlah).
Oiya Meta kasih satu cuplikan dari buku Le Petite Prince karya Antoine de Saint-Exupéry nihh

Grown-ups never understand anything by themselves, and it is tiresome for children to be always and forever explaining things to them.
Antoine de Saint-Exupéry
--------☆--------☆---------☆

(Orang dewasa tidak pernah memahami sesuatu sendiri dan betapa melelahkan menjadi anak-anak yang harus selalu menjelaskan banyak hal pada mereka.)

Sudah pernah baca bukunya sobat? Kalau sudah cuss kirim resensinya ke email: redaksi@metafor.id yuk sobat😁😁😁

#harianaknasional
#metafordotid
#nulisdimetafor #2022
  • [Media partner]

LOMBA ESAI TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Pendidikan
◼️Kesehatan
◼️Perdamaian
◼️Kesetaraan Gender
◼️Kesejahteraan Masyarakat
◼️Perubahan Iklim

TIMELINE KEGIATAN :
◼️Pembukaan : 7 Agustus 2022
◼️Deadline : 30 September 2022
◼️Penjurian Esai : 1-17 Oktober 2022
◼️Pengumuman : 28 Oktober 2022

PERSYARATAN UMUM :
1). Tercatat sebagai Mahasantri Indonesia
2). Peserta adalah Alumni Pesantren 5 Tahun terakhir
3). Mengisi data diri dan mengirimkan tulisan pada tautan; selambat-lambatnya tanggal 30 September 2022 (Pukul 24.00 WIB)
4). 15 naskah terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; 3 Naskah terbaik akan mendapatkan hadiah sebagaimana disebutkan

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri (3 Negara; Malaysia, Singapura, dan Thailand)
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor

15 Esai terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; Seluruh Peserta mendapatkan Sertifikat

REGISTRASI :
📝 Registrasi Lomba 
  sebelum 30 September 2022

🔰 Juknis Lomba :
https://bit.ly/lombaesaiharlahsm4

🔰 Link Pendaftaran :
https://bit.ly/lombaesaiharlahke4sm

#saatnyasantrimengglobal
#mediapartnermetafordotid
#santrimengglobal #lombaesai #eventnulis
  • [Media partner]
LOMBA VIDEO KREATIF TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Mimpiku Studi ke Luar Negeri
◼️Santri dan Dunia Digital
◼️Santri Scholarship Hunter
◼️Santri dan Tantangan Global

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri Malaysia/Singapura
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia/Singapura
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor
5 Video Favorit Mendaoatkan Voucher Gopay atau OVO senilai 500.000 untuk 5 Peserta Favorit

🔰 PERIODE PROGRAM:
10 Agustus - 30 September 2022

🔰 SYARAT DAN KETENTUAN:
https://bit.ly/videoharlah4sm

🔰 PENDAFTARAN: 0895373361616 https://bit.ly/lombavideoharlahsm4

#saatnyasantrimengglobal
#metafordotid #mediapartnermetafordotid #eventlombavideo #lombavideografi
  • Selamat hari kemerdekaan sobattt.
Apakah kamu sudah merdeka dari segala hal yang menjajahmu?¿
😁

#metafordotid #nulisdimetafor #kemerdekaanindonesia #hutri77
  • [Puisi]
Diam dan Merapal Hujan
Sajak-sajak M. Ridho Muslim Goffar
Oleh M. Ridho Muslim Goffar

Diam

/1/
sudah sejak lama
aku diam-diam menunggumu
dan sialnya, secara diam-diam
kau juga menungguku

/2/
kini aku sudah bernyali,
tapi secara diam-diam,
Tuhan menakdirkanku
untuk tetetap diam

/3/
apa sudah sepantasnya
aku diam saja? Dan
apakah dengan diam,
aku sudah pantas?

/4/
aku hanya tak ingin
diam-diam mati
terkubur penantianku sendiri

/5/
kututup diamku
dengan semoga—
aku tak pernah bisa diam
mendo’akanmu
secara diam-diam

Selengkapnya di https://metafor.id/metafor/puisi/diam-dan-merapal-hujan/

#metafordotid #nulisdimetafor #puisi #kolompuisimetafor
  • [Milenial, Gaya Hidup]

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca
Oleh Mohammad Azharudin

Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui apa saja manfaat membaca, sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk lebih giat membaca. Nah, bagi yang belum tahu manfaat membaca, mungkin bisa cari alasan terlebih dahulu mengapa mesti membaca. Apa saja sih manfaat membaca sobat?
Swipe untuk membaca manfaatnya yuuk
Untuk baca artikel selengkapnya silakan menuju link
https://metafor.id/milenial/4-alasan-fundamental-mengapa-kita-perlu-membaca/
atau klik link di bio meta yaah sobat!

#metafordotid #nulisdimetafor #manfaatmambaca #kolommilenialgayahidup #lifestyleblogger #readingtime
  • Metafor.id menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas berpulangnya prof. Azyumardi Azra, ketua dewan pers dan salah satu tokoh cendekiawan Indonesia.
Selamat berpulang, prof...

#metafordotid
  • Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan🙏

#tragedikanjuruhan
  • Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad Saw
12 Robiul awwal 1444 H

#metafordotid #maulidnabi
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Taman Literasi Digital” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA
  • Ruang Tunggu: Puisi-puisi Habib Muzaki
  • Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
  • Mengapa Perlu Membaca Sastra?
  • Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
  • Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini
  • Tamu
  • Diam dan Merapal Hujan
  • Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
  • Doa Pengembara
  • Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda
  • Istirahat dan Pelukan Ibu

Kategori

  • Event (4)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (2)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (57)
    • Ceriwis (12)
    • Esai (45)
  • Metafor (194)
    • Cerpen (47)
    • Puisi (130)
    • Resensi (16)
  • Milenial (44)
    • Gaya Hidup (23)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (68)
    • Cangkem (16)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In