Merayakan Hari Pahlawan di zaman sekarang menjadi hal yang bisa dibilang wajib, meski hanya lewat story di WhatsApp dan Instagram, atau di Twitter. Anak zaman sekarang sangat semangat ketika membagikan kiriman-kiriman konten seperti itu. Seolah memberitahu kepada teman, kerabat, atau bahkan gebetan, bahwa mereka sangat menghormati pahlawan dan mengenang jasa mereka. Dan tak jarang yang mereka bagikan adalah konten yang sudah disediakan media massa atau lembaga serta organisasi yang mereka aktif di dalamnya.
Hal-hal seperti tadi sudah menjadi hal wajar dan sangat mudah untuk ditemui ketika ada peringatan hari-hari besar, termasuk Hari Pahlawan. Tapi perlu dipertanyakan sebenarnya: seluas apa pengetahuan mereka tentang apa yang mereka bagikan?
Bakal menjadi hal yang tidak bisa dibenarkan ketika mereka membagikan suatu hal tetapi tak bisa mempertanggungjawabkan apa yang mereka bagikan itu. Konteksnya akan sama seperti kita membagikan sebuah berita, tetapi kita tidak tahu-menahu asal-usul dari berita tersebut. Apakah yang mereka bagikan itu hal yang sudah benar atau malah suatu kebohongan.
Tapi ketika yang kita bahas adalah pahlawan, jelas tak mungkin disangkut-pautkan dengan kebohongan. Yang mana jasa mereka sudah benar-benar kita rasakan. Bukan dalam artian tak setuju atau bahkan melarang mereka untuk menyampaikan sebentuk kebahagiaan menyambut hari pahlawan. Yang dipermasalahkan dalam hal ini, apakah mereka yang membagikan konten sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa pahlawan paham betul akan makna dari pahlawan itu sendiri.
Saya pada tulisan ini sebenarnya sangat takut, ketika melihat orang-orang atau bahkan anak muda membagikan konten-konten untuk merayakan Hari Pahlawan, namun hanya menganggap pahlawan adalah sebagian bentuk dari sejarah Indonesia.
Saya sangat tidak setuju kalau pahlawan dianggap hanya sebagai sejarah bangsa Indonesia.
Apabila saya ditanya apakah pahlawan berpengaruh terhadap sejarah, saya sangat setuju akan hal itu. Tapi pahlawan sebenarnya bukan hanya soal sejarah. Bukan cuma soal orang-orang yang berjuang di medan perang untuk mengusir para penjajah. Bukan pula mereka yang memperjuangkan lewat strategi diplomatik untuk menjadikan Indonesia negara yang merdeka.
Makna pahlawan sebenarnya tidak sesempit itu. Jika kita melihat makna pahlawan lewat Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Dari pengertian tersebut dapat kita peroleh bahwa makna pahlawan bukan sesempit yang banyak anak zaman sekarang pahami.
Jika mereka cuma memahami pahlawan sebagai bentuk sejarah, mereka bakal menganggap pahlawan hanya ada di masa lampau. Padahal makna pahlawan sebenarnya tak mengenal waktu dan tak mengenal tempat. Mereka semua hanya bakal mengetahui adanya seorang pahlawan tanpa mendapat motivasi untuk menjadi seorang pahlawan.
Mungkin mereka bakal bertanya, “Bagaimana bisa kita menjadi seorang pahlawan? Sedangkan dunia sendiri sudah damai.” Pemahaman-pemahaman yang kurang tepat seperti itu sudah telanjur mengakar di pemikiran anak-anak zaman sekarang.
Kalau menurut saya, kita sebagai anak muda sebenarnya masih berpeluang besar menjadi seorang pahlawan. Dan yang pasti bukan pahlawan yang dikenang atas perjuangannya di medan juang. Mungkin mereka sudah banyak lupa dengan nama-nama seperti Taufik Hidayat, Susi Susanti, Bambang Pamungkas, dan juga Boas Salossa. Menurut saya, mereka semua itu merupakan pahlawan, yang mana dalam hal ini mereka telah berjuang mengharumkan nama Indonesia di kancah olahraga.
Apakah salah jika mereka dilabeli sebagai seorang pahlawan? Tentu tidak. Orang-orang di negara kita saja yang masih menutup mata untuk melihat kebenaran itu.
Mereka tak pernah menyadari betapa memotivasinya seorang Boas Salossa di Papua. Sewaktu anak kecil yang bermain bola ditanya, “Mau jadi apa kamu nanti?” Mereka bakal lantang menjawab, “Kami ingin jadi seperti kaka Boas”. Terdengar sangat sederhana, tapi bagi mereka sosok Boas Salossa terpandang sangat istimewa dan menjadi sewujud motivasi untuk semakin semangat berlatih demi meraih cita-cita–menjadi seorang pemain sepak bola. Hal yang sangat bisa dijadikan alasan untuk melabeli seorang Boas Salossa sebagai seorang pahlawan.
Hanya saja, cara berpikir kita yang belum dikembangkan untuk memahami hal-hal sederhana seperti itu. Coba bila hal-hal seperti itu benar-benar terealisasi, daya juang anak muda pasti sangat-sangat besar untuk mencapai cita-cita. Bukan hanya dalam hal olahraga. Ada banyak hal lain yang bisa diapresiasi untuk kita labeli sebagai seorang pahlawan, meski yang paling mudah untuk diterima pada bidang olahraga. Tapi sebenarnya di bidang lain juga tak menutup kemungkinan untuk bisa meraih sebuah pencapaian luar biasa, setidaknya mencapai kancah internasional dan membuat harum nama Indonesia.
Hal-hal demikian yang seharusnya ditanamkan kepada generasi milenial bangsa ini. Sehingga mereka menghikmahi Hari Pahlawan bukan sekadar mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan. Tetapi juga menjadi penyemangat supaya mereka jadi lebih termotivasi untuk menjadi pahlawan-pahlawan baru ke depannya. Menjadikan bangsa ini makin dipandang oleh bangsa lain lewat karya dan dedikasi mereka terhadap negara.[]