Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Monday, 30 January, 2023
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Ceriwis

Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

M. Rizki Yusrial by M. Rizki Yusrial
5 May 2021
in Ceriwis
0
Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

Sumber gambar: https://www.inprnt.com/gallery/nicebleed/my-little-flower/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sama seperti Tretan Muslim dan Coki Pardede yang menjadi musuh masyarakat dan ormas, Agama juga menjadi musuh besar dari seorang filsuf Karl Marx karena dianggap berdampak negatif bagi perkembangan manusia. Meski Marx tidak secara gamblang menolak Tuhan, namun, banyak sekali referensi yang mengatakan bahwa Marx sering kali menolak konsep ketuhanan yang ditawarkan oleh agama.

Marx tidak pernah menyarankan sebuah strategi yang komprehensif untuk menghancurkan agama dengan kekerasan, tapi doktrin tentang konsep beragamanya, tentu bisa membuat ketar-ketir kaum agamawan yang khawatir kepercayaannya akan goyah. Sebab, cara yang lebih halus biasanya berdampak lebih signifikan. Seandainya orang-orang sepakat dengan pendapat Marx tentang agama adalah candu, maka agama secara perlahan akan ditingalkan oleh pengikutnya.

Namun, menurut saya semenolak-menolaknya kita dengan Tuhan atau konsep ketuhanan dari agama, kita tetap butuh berlindung kepada sesuatu yang lebih besar. Besar yang dimaksudkan di sini bukanlah ukuran. Tetapi sesuatu yang dianggap bisa memberikan semacam naungan. Entah itu Agama, Negara, Ideologi, Sains dan lain sebagainya.

Kenapa Sains termasuk? Karena di zaman saintifik ini saya melihat bahwa sesuatu lebih make sense jika dapat dijelaskan secara ilmiah. Penjelasan yang cenderung bisa dimengerti oleh berbagai kalangan itu, biasanya dapat membantu memberikan perlindungan–dan melipur penasaran.

Contohnya adalah kedatangan virus korona ini. Memang tak sedikit manusia yang masih berharap bantuan Tuhan untuk menyelesaikannya. Dengan cara memanjatkan doa-doa, entah saat ibadah maupun lewat status sosial media. Namun, sesuatu yang lebih pasti untuk menghentikan virus ini adalah ilmu sains, bisa dengan cara memakai masker, jaga jarak, cuci tangan, vaksin dan lain sebagainya.

Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah: kenapa manusia membutuhkan sesuatu yang lebih besar, lebih agung, dan lebih adikuasa? Sebab menurut saya, individu manusia merupakan sebuah struktur biologis yang lemah, sehingga membutuhkan suatu tambatan atau naungan agar tetap bisa survive dalam menjalani hidup. Nah, saya mendefinisikan hal ini sebagai Tuhan. Tuhan bukanlah semata-mata sesuatu yang disembah. Jika anda meminta perlindungan kepada negara, ya negara adalah Tuhan anda. Jika meminta perlindungan kepada sains, hal yang sama juga berlaku demikian.

Berarti kita sudah menduakan Tuhan, dong? Bahkan mentigakan? Saya tidak mengatakan bahwa negara adalah Tuhan yang anda sembah, atau Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Bukan begitu logikanya. Saya hanya mendefinisikan bahwa sesuatu yang bisa memberikan kita naungan sebagai tempat berlindung adalah Tuhan.

Dia yang menciptakan dunia ini tetaplah menjadi pencipta dunia meski ada seribu Tuhan di dunia yang dia ciptakan. Apakah definisi Tuhan itu mentok disematkan untuk yang menciptakan dunia saja? bagi saya itu tindakan yang mempersempit definisi. Berangkat dari definisi itulah yang membuat kita sulit untuk membuktikan keberadaannya.

Kesulitan ini tentu menjadi target empuk Karl Marx beserta para pembunuh Tuhan yang lain dalam melakukan serangan. Maka timbul pula argumen-argumen teologis dan filosofis dalam menjawab serangan itu. Seperti yang dikemukakan di dalam buku Menalar Tuhan karyanya Franz Magnis Suseno, bahwa membuktikan keberadaan Tuhan secara teologis bisa melalui wahyu. Wahyu merupakan sumber kebenaran dari agama yang bersangkutan.

Hanya saja, jawaban secara teologis ini hanya diperuntukan bagi mereka yang memang sudah menerima keberadaan Tuhan, karena tidak mungkin jawaban ini diajukan untuk mereka yang mempertanyaan keberadaan-Nya. Keberadaan-Nya aja gak dipercaya apalagi kalam-Nya. Jadi, singkatnya jawaban ini hanya menguatkan alasan kenapa kita percaya Tuhan, bukan membuktikan keberadaan Tuhan.

Selain itu, dalam buku yang sama ada jawaban secara filosofis, yang mana dalam menjawab pertanyaan tentang Tuhan tadi haruslah menggunakan nalar. Cara menjawab lewar jalur ini adalah melihat relevansi antara kitab suci dengan kejadian nyata. Contoh konkritnya adalah di kitab suci menceritakan tentang penciptaan alam semesta. Nah, ternyata alam semesta ini bisa dijelaskan secara ilmiah.

Penjelasan ilmiah ini kan hadirnya belakangan, sedangkan kitab suci ada jauh lebih dulu. Hal ini menandakan kitab suci sudah tau lebih dulu. Yang mana hal tersebut sulit sekali untuk lakukan oleh kapasitas manusia. Maka atas contoh ini keberadaan Tuhan sudah bisa dipertanggungjawabkan.

Tetapi, penjelasan filosofis ini juga masih mempunyai celah untuk diserang. Dalam salah satu diskusi rutin Lingkar Studi Teologi dan Filsafat (LSTF) At-Tahafut teman saya yang bernama Rizkita menyampaikan argumen:

“Seandainya memandang sains harus sesuai dengan wahyu Tuhan, sama artinya ketika kita menemukan sebuah kata-kata yang tidak begitu yakin, lalu kita cek menggunakan kamus. Kata-kata harurslah sesuai kamus, tidak mungkin menyalahkan kamus. Jika sekali pandang, hal ini memang terlihat praktis. Namun, menghilangkan peluang orang yang mempercayai agama bisa menerima sains. Karena kita menjadikan agama sebagai kamus. Artinya, tidak ada rasionalisasi Tuhan di sini.”

Saya mengafirmasi argumen ini. Jika logikanya demikian, maka hal itu merupakan sesuatu yang terbalik. Seharusnya orang-orang beragama  memandang wahyu harus sesuai dengan sains agar Tuhan terlihat lebih rasional. Selain, itu argumen tentang merasionalkan Tuhan ini hanya terlihat sebatas meyakinkan diri bahwa Tuhan itu ada. Bukan membuktikan bahwa Tuhan itu ada atau tidak.

Maka dari itu saya memberikan definisi lain tentang Tuhan sebagaimana yang saya jabarkan di atas agar keberadaan Tuhan lebih mudah untuk dibuktikan. Pusing? Tentu saja pebahasan tentang Tuhan ini merupakan sesuatu yang kompleks. Yang memang harus menyiapkan pikiran tajam untuk menganalisisnya. Jika anda tidak mau berfikir banyak, ya sudah, nikmati saja konsep Tuhan yang sudah tertanam di kepala anda saat ini. Tabik.[]

Tags: ceriwiscoronaesaifilsafatKonsep Tuhan di Benak Saya Sendirisains
ShareTweetSendShare
Previous Post

Berada di Kota Antah-Berantah

Next Post

Dimulai dari Ibu

M. Rizki Yusrial

M. Rizki Yusrial

Seorang mahasiswa filsafat asal Jambi yang ingin dibilang pintar lewat tulisan. Sebab selama sekolah hanya mendapat ranking 24. Ig: @mrizkiyusrial

Artikel Terkait

Seni Memahami (Diri)
Ceriwis

Seni Memahami (Diri)

11 April 2022

Saat pertama kali saya mendengar kata "hermeneutika", saya tertarik untuk tahu artinya. Namun, saya tidak sampai mencari makna. Saya mendengar...

Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0
Ceriwis

Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0

13 January 2022

Selama ini, apabila seseorang―bisa juga beberapa orang―membicarakan genduren, pasti nggak akan jauh-jauh dari kata bid’ah. Entah bagaimana ceritanya, topik genduren...

Balapan yang Dibudayakan
Ceriwis

Balapan yang Dibudayakan

20 October 2021

Ini adalah kisah yang saya alami beberapa bulan lalu, saat dunia perkampusan membawa saya pada akhir semester tujuh. Sudah mendekati...

Win-Win Corruption
Ceriwis

Win-Win Corruption

30 May 2021

Misalnya ada maling ayam, Ponk, lantas konangan oleh salah satu warga dusun. Karena kondisi malam sepi, satu warga dusun tersebut...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

11 October 2021
Belajar Menulis

Belajar Menulis

1 April 2021
Episodik: Depresi

Episodik: Depresi

5 April 2021
Melepas Kasih dalam Balutan Sastra

Melepas Kasih dalam Balutan Sastra

23 October 2021
Gambar Artikel Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

Kritik dan Karya adalah Sebuah Niscaya

1 December 2020
Gambar Artikel Flow di Era Sosmed Efek Dahsyat Mengikat Makna

Flow di Era Sosmed; Efek Dahsyat Mengikat Makna

6 November 2020
Menulis Puisi

Menulis Puisi

31 March 2021
Gambar Artikel El Diego di Luar Lapangan Hijau

El Diego di Luar Lapangan Hijau

30 November 2020
Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Indonesia: Refleksi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Indonesia: Refleksi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

11 February 2021
Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA

Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA

11 January 2023

Ikuti Kami di Instagram

  • Halloo sobat
Ga terasa ya sudah bulan Juli...
Waktunya Meta ngumumin
💫metafor award💫
🤩🤩🤩

Oiya karena satu dan lain hal Meta mohon maaf yaa pengumuman Metafor award yang seharusnya dilaksanakan sejak bulan Januari 2022 jadi ngaret di bulan Juli 2022😭🙏🙏

Stay tune ya sobat. Bakal mimin umumkan pemenangnya tanggal 20 Juli 2022

Cek kategorinya di slide kedua yaa sobat

#metaforawards #metafordotid #nulisdimetafor #comingsoon‼️
  • Halloo sobatt
Saatnya Meta umumkan metafor award 2021. 
Ini dia para pemenangnya:
1. Terbaik kategori puisi
- Sobrun Jamil
- Krisnaldo Triguswinri

2. Terbaik kategori esai: Syukur Budiharjo

3. Terbaik kategori cerpen: Yuditeha

4. Penulis terproduktif: Syukur Budiharjo

Selamat kepada para pemenang, tolong balas DM Meta untuk konfirmasi hadiahnya yaa sobat.
Terima kasih semua kontribusi yang diberikan oleh para penulis. Selamat menanti metafor award 2022😍🥳

#metaforawards2021 #nulisdimetafor #metafordotid #pemenangaward2021
  • Halloo sobatt
Semoga selalu sehat dan berbahagia ya sobat
Meta mau umumkan pemenang award dari tim metafor.id
Ini dia pemenangnyaa:
1. Redaktur teraktif diraih oleh kak @fajrizuliaramdhani 
2. Desainer terbaik diraih oleh kak Ibrahim Hasan Maulidi
3. Tim media teraktif diraih oleh kak @okta_raras 

Semoga bahagia dan membahagiakan~
😍😍😁
Sehat selalu sobatt

#metaforawards2021 #metafordotid #nulisdimetafor #2021
  • Selamat hari anak nasional sobat meta. Tiap-tiap kita memiliki jiwa anak anak dalam diri rawatlah jiwa anak anak itu dan berbahagialah (juga bersedihlah).
Oiya Meta kasih satu cuplikan dari buku Le Petite Prince karya Antoine de Saint-Exupéry nihh

Grown-ups never understand anything by themselves, and it is tiresome for children to be always and forever explaining things to them.
Antoine de Saint-Exupéry
--------☆--------☆---------☆

(Orang dewasa tidak pernah memahami sesuatu sendiri dan betapa melelahkan menjadi anak-anak yang harus selalu menjelaskan banyak hal pada mereka.)

Sudah pernah baca bukunya sobat? Kalau sudah cuss kirim resensinya ke email: redaksi@metafor.id yuk sobat😁😁😁

#harianaknasional
#metafordotid
#nulisdimetafor #2022
  • [Media partner]

LOMBA ESAI TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Pendidikan
◼️Kesehatan
◼️Perdamaian
◼️Kesetaraan Gender
◼️Kesejahteraan Masyarakat
◼️Perubahan Iklim

TIMELINE KEGIATAN :
◼️Pembukaan : 7 Agustus 2022
◼️Deadline : 30 September 2022
◼️Penjurian Esai : 1-17 Oktober 2022
◼️Pengumuman : 28 Oktober 2022

PERSYARATAN UMUM :
1). Tercatat sebagai Mahasantri Indonesia
2). Peserta adalah Alumni Pesantren 5 Tahun terakhir
3). Mengisi data diri dan mengirimkan tulisan pada tautan; selambat-lambatnya tanggal 30 September 2022 (Pukul 24.00 WIB)
4). 15 naskah terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; 3 Naskah terbaik akan mendapatkan hadiah sebagaimana disebutkan

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri (3 Negara; Malaysia, Singapura, dan Thailand)
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor

15 Esai terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; Seluruh Peserta mendapatkan Sertifikat

REGISTRASI :
📝 Registrasi Lomba 
  sebelum 30 September 2022

🔰 Juknis Lomba :
https://bit.ly/lombaesaiharlahsm4

🔰 Link Pendaftaran :
https://bit.ly/lombaesaiharlahke4sm

#saatnyasantrimengglobal
#mediapartnermetafordotid
#santrimengglobal #lombaesai #eventnulis
  • [Media partner]
LOMBA VIDEO KREATIF TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Mimpiku Studi ke Luar Negeri
◼️Santri dan Dunia Digital
◼️Santri Scholarship Hunter
◼️Santri dan Tantangan Global

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri Malaysia/Singapura
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia/Singapura
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor
5 Video Favorit Mendaoatkan Voucher Gopay atau OVO senilai 500.000 untuk 5 Peserta Favorit

🔰 PERIODE PROGRAM:
10 Agustus - 30 September 2022

🔰 SYARAT DAN KETENTUAN:
https://bit.ly/videoharlah4sm

🔰 PENDAFTARAN: 0895373361616 https://bit.ly/lombavideoharlahsm4

#saatnyasantrimengglobal
#metafordotid #mediapartnermetafordotid #eventlombavideo #lombavideografi
  • Selamat hari kemerdekaan sobattt.
Apakah kamu sudah merdeka dari segala hal yang menjajahmu?¿
😁

#metafordotid #nulisdimetafor #kemerdekaanindonesia #hutri77
  • [Puisi]
Diam dan Merapal Hujan
Sajak-sajak M. Ridho Muslim Goffar
Oleh M. Ridho Muslim Goffar

Diam

/1/
sudah sejak lama
aku diam-diam menunggumu
dan sialnya, secara diam-diam
kau juga menungguku

/2/
kini aku sudah bernyali,
tapi secara diam-diam,
Tuhan menakdirkanku
untuk tetetap diam

/3/
apa sudah sepantasnya
aku diam saja? Dan
apakah dengan diam,
aku sudah pantas?

/4/
aku hanya tak ingin
diam-diam mati
terkubur penantianku sendiri

/5/
kututup diamku
dengan semoga—
aku tak pernah bisa diam
mendo’akanmu
secara diam-diam

Selengkapnya di https://metafor.id/metafor/puisi/diam-dan-merapal-hujan/

#metafordotid #nulisdimetafor #puisi #kolompuisimetafor
  • [Milenial, Gaya Hidup]

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca
Oleh Mohammad Azharudin

Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui apa saja manfaat membaca, sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk lebih giat membaca. Nah, bagi yang belum tahu manfaat membaca, mungkin bisa cari alasan terlebih dahulu mengapa mesti membaca. Apa saja sih manfaat membaca sobat?
Swipe untuk membaca manfaatnya yuuk
Untuk baca artikel selengkapnya silakan menuju link
https://metafor.id/milenial/4-alasan-fundamental-mengapa-kita-perlu-membaca/
atau klik link di bio meta yaah sobat!

#metafordotid #nulisdimetafor #manfaatmambaca #kolommilenialgayahidup #lifestyleblogger #readingtime
  • Metafor.id menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas berpulangnya prof. Azyumardi Azra, ketua dewan pers dan salah satu tokoh cendekiawan Indonesia.
Selamat berpulang, prof...

#metafordotid
  • Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan🙏

#tragedikanjuruhan
  • Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad Saw
12 Robiul awwal 1444 H

#metafordotid #maulidnabi
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Taman Literasi Digital” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA
  • Ruang Tunggu: Puisi-puisi Habib Muzaki
  • Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
  • Mengapa Perlu Membaca Sastra?
  • Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
  • Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini
  • Tamu
  • Diam dan Merapal Hujan
  • Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
  • Doa Pengembara
  • Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda
  • Istirahat dan Pelukan Ibu

Kategori

  • Event (4)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (2)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (57)
    • Ceriwis (12)
    • Esai (45)
  • Metafor (194)
    • Cerpen (47)
    • Puisi (130)
    • Resensi (16)
  • Milenial (44)
    • Gaya Hidup (23)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (68)
    • Cangkem (16)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In