slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Gerakan Mosi Tidak Percaya : Sumpah dan Nasionalisme Pemuda

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
Tuesday, 01 July 2025
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Komentarium

Gerakan #MosiTidakPercaya : Sumpah dan Nasionalisme (Tertinggi) Pemuda

Rama Zatriya GP by Rama Zatriya GP
5 November 2020
in Komentarium
0
Gambar Artikel Gerakan Mosi TIdak Percaya: Sumpah dan Nasionalisme (Tertinggi) Pemuda

Sumber gambar: Youtube (Watchdoc Documentary)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Oktober tahun ini rasanya menjadi bulan paling bergejolak dalam pergerakan pemuda. Kalangan generasi penerus itu tumpah dalam wadah Mahasiswa dan Pelajar, yang turun ke jalan untuk menyuarakan dan menuntut ketidakadilaan versi mereka–utamanya demi merespon rentetan pengajuan Undang-Undang. Undang-Undang yang disahkan terkesan membawa situasi negeri ke dalam kesengsaraan bahkan di masa pandemi. Sempitnya upaya pemerintah dalam melibatkan partisipasi publik terkait perancangan UU ini, hingga kesan terburu-buru dalam mengesahkannya, mengisyaratkan bahwa kondisi nasional kini sedang berada di titik nadir.

Melansir Tempo.co, Aksi demi aksi yang dilakukan itu muncul karena pemerintah dan DPR dianggap tak menggubris masukan publik. Masyarakat menilai, dalam pembuatan UU tersebut, pemerintah hanya mengacu pada kepentingan segelintir kelompok. Dalam Undang-Undang Cipta Kerja misalnya, pemerintah terang-terangan menyebutkan bahwa aturan ini akan menguntungkan pengusaha. Sebaliknya, kelompok buruh merasa tertindas lantaran sejumlah hak yang sudah diatur dalam undang-undang sebelumnya dipangkas dalam aturan baru ini.

Selama pembahasan, pemerintah dan DPR terlihat sangat tertutup dan tergesa-gesa. Indikasinya, hanya segelintir kelompok yang diundang oleh DPR untuk memberikan pendapat. Ada kecurigaan bahwa begitu para buruh menyampaikan rencana unjuk rasa selama tiga hari pada 6-8 Oktober lalu, rapat paripurna pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang mulanya dijadwalkan pada 8 Oktober, mendadak dimajukan menjadi 5 Oktober.

Jutaan orang yang turun ke jalan pada Gerakan #MosiTidakPercaya itu bisa menjadi potret representatif kepedulian mereka terhadap nasib bangsa yang sedang dihunjam permasalahan belakangan ini. Kepedulian dalam bentuk nasionalisme dengan gaya yang berbeda, bukan sebagai pengabdi negara, dokter, guru, melainkan pemuda yang mempunyai rasa kepemilikan luar biasa terhadap tanah airnya.

Aliansi gerakan yang juga terdiri dari kalangan buruh, nelayan dan petani itu semata-mata untuk menuntut hak mereka sebagai warga negara. Dengan dalih “kewajiban” yang telah ditunaikan pemerintah melalui dukungan suksesi program pembangunan infrastruktur strategis nasional, tidak sedikit juga memberi imbas, misalnya, kepada pihak-pihak yang merasakan tanahnya dirampas negara untuk pembangunan bandara dan gedung institusi negara. Belum lagi soal tambak ikan yang mati karena aktivitas PLTU yang terlalu dekat dengan pemukiman warga–dan bisa diurut sendiri potret kesengsaraan lainnya.

Tentunya aksi yang dilandasi dengan nasionalisme ini menjadi pembuktian bahwa masyarakat masih bertindak sebagai warga negara yang baik. Nasionalisme sendiri memiliki pengertian menurut Soekarno (dalam Yatim, 1999: 72) yang diartikan sebagai rasa ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib, serta persatuan antara orang dan tempat.

Sedangkan menurut Buwono X (2007: 85), nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosional atau rasa seperasaan, sepenanggungan, seperantauan dan senasib serta memuat faktor historis yang cenderung membangun untuk menumbuhkan perasaan bersatu dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu. Konsep nasionalisme tidak lepas dari faktor historis yang menimbulkan perasaan yang sama untuk bersatu. (Dalam Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Pipit Widiatmaka).

Keberlangsungan aksi yang tidak diseret oleh kepentingan politik tertentu ini pada akhirnya bisa dinilai mewarnai peringatan Sumpah Pemuda tahun ini. Peringatan yang berlangsung pada 28 Oktober kemarin bisa merangsang siapa saja, yang merasa berahi nasionalis-nya meninggi dan memuncak akan rasa muak pada negara (pemerintah), yang selanjutnya diekspresikan melalui aksi turun ke jalan.

Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini juga dapat menjadi titik perjalanan tuntutan aksi terhadap pemerintah yang dianggap abai dan bobrok dalam menjalankan amanah untuk tuannya, yaitu rakyat. Maka situasi psikologis masyarakat, terutama kalangan muda, di masa yang begini tentu akan mencapai momentum yang khas dan mendapat gemanya tersendiri jika isi bait Sumpah Pemuda diteriakkan.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Resolusi melalui Sumpah Pemudah juga dapat lahir di tengah sikap pesimistis terhadap perekonomian yang tenggelam dalam resesi, di kala kesehatan sedang dikepung oleh monster bernama Covid-19 dari segala penjuru, dan di masa ketidakpercayaan begitu merebak melalui #mositidakpercaya terhadap pemerintah. Bagi saya, inilah wujud nasionalisme tertinggi pemuda dari semua kalangan hari ini!

Tags: #mositidakpercayaaksicovid-19demonstrasiDPROmnibus Lawsumpah pemudaUU Ciptaker
ShareTweetSendShare
Previous Post

Menemui Aku yang Aku

Next Post

Sali dan Suli

Rama Zatriya GP

Rama Zatriya GP

Aktipeace yang gemar workout dan menulis. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bandung yang juga aktif di YIPC sekaligus Founder @jejakmuda.id (bisa disapa di Instagram @panuntunrama).

Artikel Terkait

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya
Komentarium

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya

17 March 2022

Dalam kategori musik di Youtube, ada banyak sekali lagu Jawa, entah itu genrenya dangdut, pop, atau koplo. Mungkin lagunya baru...

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan
Komentarium

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 February 2022

Fenomena ‘hijrah’ bukan hal yang asing lagi bagi kita. Saya sendiri kurang begitu paham kapan awal-mula munculnya fenomena hijrah ini....

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR
Komentarium

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

9 January 2022

Istilah LDR tentu sudah tak asing lagi di telinga. Ada banyak alasan mengapa orang menjalani LDR, seperti pekerjaan atau pendidikan...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

30 June 2022
Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

7 February 2021
Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 February 2022
Gambar Artikel Pak Soesilo Toer: Homo Alalu dan Doktor yang Memulung

Pak Soesilo Toer: “Homo Alalu” dan Doktor yang Memulung

9 November 2020
Sambatan Orang yang Pakai Behel

Sambatan Orang yang Pakai Behel

7 February 2021
Gambar Artikel Rekomendasi Playlist Lagu untuk mensyukuri Galau

Playlist Lagu Untuk ‘Mensyukuri’ Kegalauanmu

16 June 2021
Doa

Doa

18 June 2021
Pakai Tangan Kiri Itu Tidak Selalu Buruk

Pakai Tangan Kiri Itu Tidak Selalu Buruk

6 December 2021
Gambar Artikel Puisi Dengan Angin

Dengan Angin

19 January 2021
Sandalku Dicuri Tuhan | Puisi-puisi Widya Prayoga T.

Sandalku Dicuri Tuhan | Puisi-puisi Widya Prayoga T.

24 May 2023
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

Kategori

  • Event (11)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (9)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (207)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (137)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In