Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Tuesday, 17 May, 2022
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Resensi

Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

Atssania Zahroh by Atssania Zahroh
19 December 2020
in Resensi
1
Gambar Artikel Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Seratan Mbah Emha Ainun Nadjib sudah ditempatkan di lembaran awal untuk mengantarkan pada penyelaman makna di setiap lembar berikutnya. Mbah Nun menuturkan bahwa dirinya yang hanya seorang gelandangan (pejalan spiritual) dipertemukan secara ‘romantik’ dengan Buya M.N. Kamba (Syaikh). Bermula dari pertemuan di Mesir, tepatnya di sungai Nil itu, Mbah Nun mengetahui banyak hal dari Buya, atas keluasan dan kedalaman pengetahuan yang tidak mampu diejawantahkan.

Karena keluasan hati, teladan ilmu dan laku hidup beliau, sosok Buya Kamba patut disebut sebagai Syaikh Qoryatul ‘Ilmi (kampung halaman ilmu). Ilmu dan amal bersatu dalam diri Buya lalu dituang dalam sebuah buku saku tasawuf. Sebuah buku, maha karya beliau yang utuh, berjudul “Mencintai Allah Secara Merdeka”. Ditujukan sebagai warisan untuk murid, anak, cucu beliau: kami semua. Beliau, Sang Marja’ Maiyah, inti dari segala inti sekaligus panutan, beberapa waktu lalu telah berpulang. Kami, sekarang jauh secara jasad namun tetap merasakan kehadiran Buya secara penghayatan batin.

Saya mendapati buku ini sebagai buku pedoman (guidance book). Mungkin saya tidak sendiri, banyak masyarakat maiyah atau masyarakat umum menganggap demikian. Tapi juga tidak jarang, ada yang menilai buku ini seperti buku pada umumnya. Buku yang dibaca di waktu luang, atau koleksi di perpustakaan pribadi, diletakkan di rak buku yang berlabel “Keislaman” atau “Sejarah”.

Buku yang isinya merupakan intisari dan mengulas apa itu tasawuf. Terutama tasawuf yang sudah ada pada zaman Nabi Muhammad, namun tampak asing atau baru (muncul kembali) di zaman sekarang. Bagi beliau, tasawuf adalah Islam itu sendiri. Islam sebagai pemersatu umat, mengajak untuk saling menjunjung antarsesama.

Seperti di Madinah, saat Nabi Muhammad masih bersama umat muslim. Sepeninggal Nabi, maka dikenal tabi’in, kurun di mana Islam tidak lebih penting dari politik. Mulai saat itu sampai hari ini, terjadinya perpecahan yang mengatasnamakan Islam adalah wujud nafsu kekuasaan suatu golongan.

***

Kini, ada kesan seolah antara Islam dan Tasawuf itu terlepas. Islam adalah organisasi, Tasawuf adalah ilmu kuno. Padahal keduanya adalah satu dan integral untuk menuju pusat (Allah), dahulu sampai sekarang, bahkan nanti.

Tasawuf adalah jalan kenabian. Nabi menjadi referensi dan uswatun hasanah yang nyata. Bagaimana beliau saat mengajak umat, menghargai perbedaan dan mendukung sesame merupakan prototype untuk direalisasikan. Demikian juga dengan Islam (agama), adalah persoalan berakhlak.

Berakhlak adalah transformasi diri. Tranformasi diri dalam (perilaku) kebaikan. Sama sekali bukan Islam jika di dalamnya saling menyakiti dan mementingkan diri pribadi.

Jalan kenabian, dalam konteks ini memiliki nilai yang—seharusnya—melekat pada diri manusia sebagai umat (penerus) Nabi Muhammad. 5 hal pokok yang termasuk dalam jalan kenabian, yaitu: berdaulat (mandiri), membebaskan diri dari egoisme, menerapkan kebijaksanaan, berlaku jujur, dan menebar cinta kasih.

Nabi Muhammad beserta umat Madinah di masa itu, berdampingan dan menjalankan lima prinsip tersebut. Musyawarah dengan membebaskan umat untuk saling sokong, menyampaikan niat baik, memutuskan mufakat dengan menepis egoisme personal maupun kelompok, menjunjung kebijaksanaan; mengutamakan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi (altruisme/ietsar). Kemudian pada masa tersebut juga terkondisikan untuk berlaku jujur dan terus melakukan kebaikan. Otomatis, konsekuensinya, dalam perjalanan spiritual, seseorang akan dipenuhi cinta kasih dan lantas menyebarkannya.

Lima jalan kenabian itu terus berlaku dan tetap relevan sampai saat ini. Terlebih sebagai perangkat psikologis spiritual untuk membina karakter. Tidak hanya umat muslim, tapi semua hamba. Tidak diperuntukkan sesama muslim, namun dengan siapapun, sesama manusia, bahkan kepada alam dan seisinya.

Refleksi Personal Saya

Hanya sedikit yang mampu saya ulas. Seperti yang sudah saya ungkapkan di awal. Buku ini padat dan semuanya bagi saya adalah inti. Sekilas, saya hanya menukil bab awal tentang Asal Muasal (Tasawuf), dan tepat di bagian bab terakhir tentang jalan kenabian.

Selain ulasan di atas, saya menemukan main-value saat belajar dari buku Buya Kamba. Inti yang tidak hanya satu, tapi berulang kali dan menyeluruh, yaitu: “mahabbah”.

Secara umum, mahabbah adalah cinta. Cinta yang mensyaratkan ketulusan, keikhlasan, tanpa pamrih. Cinta yang berarti luas. Cinta yang diwujudkan dengan sukarela. Cinta yang tidak berurusan dengan ‘siapa’ tapi juga melibatkan ‘apa’ dan ‘bagaimana’.

Kini, saya sedang dalam proses pengabdian di pesantren. Dari pengabdin itu, mahabbah cocok sebagai bekal dan perilaku, bukan tujuan akhir. Karena saya menemukan salah satu ulasan, bahwa cinta itu bukan tujuan atau satu titik. Akan tetapi pendakian spiritual yang tidak akan mencapai pada kemapanan.

Seperti yang tertuang di paragraf sebelumnya. Tasawuf, mencintai Allah, direfleksikan dalam laku baik. Kecenderungan baik atau perilaku baik belum diketahui ujungnya. Tugas kita sebagai manusia (pengabdi) hanya berusaha melakukan apa yang dianjurkan oleh Allah. Sebagian besar itu perjuangan, dan tidak selalu sesuai dengan harapan. Perjalanan ini terangkum dalam ‘kebaikan’.

Ketika mengabdi, banyak kondisi dan posisi yang tidak selalu sesuai harapan. Meski, bagaimanapun proses mencintai harus tetap berjalan. Belajar ikhlas dan tulus, saya masih belajar terus. Lalu sempat saya terbesit godaan untuk beralih dari pengabdian. Jika memang beralih kepada hal lain, tentu saya tetap berusaha untuk mencintai hal lain itu. Sama-sama berproses. Toh, sejatinya laku hidup adalah proses berjuang melawan ego diri sendiri.

Termasuk lima prinsip di atas saya ibaratkan sebagai unsur-unsur yang harus diterapkan dalam mengabdi, atau bahkan di segala aktivitas individual. Diri saya harus mandiri, berdiri dengan kebebasan berpikir, sambil berkesadaran dan bersandar pada Allah.

Di samping itu, saya juga perlu menahan keinginan diri. Ada kepentingan lain (umum) yang lebih prioritas. Saya juga belajar untuk bijaksana, jujur, dan menebar cinta kasih. Kesemuanya, tidak untuk kepentingan pribadi. Seperti ungkapan Buya, “ketika ada cinta, maka laku dan pikiran mendatangkan manfaat untuk orang lain dan sekitar”. Melalui buku ini, saya mengajari diri sendiri untuk merdeka dari jajahan ego. Sebuah buku saku bagi para pengabdi dan mereka yang ingin menjadi penebar cinta kasih.[]

Tags: belajar mencintai allahbukuEmha Ainun NadjibislamM. Nursamad Kambamencintai allah secara merdekaresensitasawuf
ShareTweetSendShare
Previous Post

Lewat Tulisan Aku BerTuhan

Next Post

Berkelana di Kota Kupang

Atssania Zahroh

Atssania Zahroh

Alumni PBSB UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang kini sedang mengabdi di pesantren asalnya. Suka jalan-jalan buat beli momen, ketimbang oleh-oleh. Yang kuno dan klasik, be like! Mung iso belajar nulis:)

Artikel Terkait

Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?
Resensi

Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?

19 April 2022

Sejak menuai banyak kecaman dan protes dari kaum religius di Amerika Serikat karena buku perdananya terbit berjudul The End of...

Membaca Cara Kerja Pikiran
Resensi

Membaca Cara Kerja Pikiran

8 April 2022

Jika kamu sudah pernah membaca buku The Secret karya Rhonda Byrne yang sudah dialihbahasakan dan naik cetak ulang berkali-kali itu,...

Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”
Resensi

Ayangophobia pada Buku “Manusia Adimanusia”

6 March 2022

Buku yang saya pegang ini berjudul lengkap "Manusia Adimanusia: Sebuah Komedi dan Sebuah Filsafat", salah satu mahakarya Bernard Shaw yang...

When The Weather is Fine dan Puisi Kesakitan
Puisi

When The Weather is Fine dan Puisi Kesakitan

12 November 2021

Hanya ada satu alasan kenapa aku menyukai musim dingin, karena daun yang menutupi jendelaku berguguran. Dan aku dapat melihat jendelamu...

Comments 1

  1. Pingback: Melebur Bersama Tuhan dengan Tarian - Metafor.id

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Eufemisme dan Sarkasme di Era Orla, Orba, dan Oref

Eufemisme dan Sarkasme di Era Orla, Orba, dan Oref

10 October 2021
Gambar Artikel Makna Problematika I'm Okay.

Problematika I’m Okay

29 December 2020
Hujan Menulis Air

Hujan Menulis Air

30 April 2021
Gambar Artikel Lelaki yang Melukis di Waktu Senggang

Lelaki yang Melukis di Waktu Senggang

4 December 2020
People vector created by vectorpocket - www.freepik.com

Metropolis Berduli

12 December 2021
Menulis sebagai Aktivitas Produksi Pengetahuan

Menulis sebagai Aktivitas Produksi Pengetahuan

30 January 2021
Anjingaseo

Anjingaseo

5 February 2021
Korelasi Pandangan Ilmu Kalam dan Kiri Islam Hassan Hanafi

Korelasi Pandangan Ilmu Kalam dan Kiri Islam Hassan Hanafi

21 June 2021
Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

14 March 2022
Gambar Artikel Filsuf yang Curhat dan Nasehat Seorang Jomblo

Filsuf yang Curhat dan Nasehat Seorang Jomblo

11 January 2021

Ikuti Kami di Instagram

  • Ada yang baru niii~~
Yuk langsung meluncur ke web metafor.id yhaaa!!!

#metafordotid #nulisdimetafor #milenial #culture #germany #indonesia
  • Sobat yang masih bingung kenapa artikelnya ngga dipublish-publish, biar ngga overthinking langsung aja ke sini ya sob https://metafor.id/milenial/tips-dan-trik/tips-menulis-artikel-ilmiah-yang-publishable-di-jurnal-nasional-terakreditasi/

#tips #trik #artikeljurnal #metafordotid #nulisdimetafor
  • Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Sobat Muslim semua. Mohon maaf lahir dan bathin yaa sob 🙏
Welcome Ramadhan 1443 H 🥰♥️

#ramadhan #metafordotid #nulisdimetafor
  • [WRITE FOR PEACE 3.1]
“If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other.”—Mother Teresa.

Hallo sobat meta, siapa yang sudah menunggu program spesial yang diadakan For Peace Project?
Sekarang saatnya sobat ikuti agenda kegiatannya. Selengkapnya bisa klik link yang ada di story yaa sobat😃😃
_________________________________

How long have you waited to join our special annual program? Your patience is paid off now. Write For Peace is here! It is an annual event run by For Peace Project that selects the prospective youth in Southeast Asia to contribute by voicing their concerns about human rights and peacebuilding through writing. 

In this edition of Write For Peace, we try to bring up the overlooked issues on peace and human rights, including the rights of indigenous peoples, refugee & asylum seeker rights, Sexual and Gender-Based Violence (SGBV), and unrecognized beliefs and religious issues. Therefore, we provide a platform to understand and explore the problems mentioned by inviting four outstanding speakers in their respective fields. 

This activity aims to stimulate youth ideas and concerns and then manifests their thoughts through writing. 

There are a series of activities of Write For Peace 3.1: 
Registration: 16 March - 14 April 2022
Presentation Session: 16 - 17 April 2022
Open Submission: 18 - 30 April 2022
Article Publication: 25 April - 7 May 2022

What are you waiting for? Join us by clicking the link below for more information:

https://bit.ly/Guidelines_WFP31

Save the dates and see you in April!

#Writing #Writer
#ASEANYouth
#ASEAN #IndigenousPeople #GenderBasedViolence
#TraditionalReligion
#Refugees
#AsylumSeekers
#Peacebuilding 
#humanrights
  • [WRITE FOR PEACE 3.1]
“If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other.”—Mother Teresa.

How long have you waited to join our special annual program? Your patience is paid off now. Write For Peace is here!

Ini adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh @forpeaceproject dengan memilih pemuda Asia Tenggara untuk berkontribusi dalam menyuarakan kekhawatiran mereka berkaitan dengan hak asasi manusia dan pembangunan perdamaian melalui tulisan.

Dalam Write For Peace edisi kali ini, kami mencoba mengangkat isu-isu yang terabaikan tentang perdamaian dan hak asasi manusia, termasuk hak masyarakat adat, hak pengungsi & pencari suaka, Kekerasan Berbasis Seksual dan Gender (SGBV), serta kepercayaan dan agama yang tidak diakui. Oleh karena itu, kami menyediakan wadah untuk memahami dan mendalami permasalahan tersebut dengan mengundang empat pembicara luar biasa di bidangnya masing-masing.

Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang ide dan kepedulian kaum muda dalam mewujudkan pemikiran mereka melalui tulisan.

Berikut rundown kegiatan Write For Peace 3.1: 
Registration: 16 March - 14 April 2022
Presentation Session: 16 - 17 April 2022
Open Submission: 18 - 30 April 2022
Article Publication: 25 April - 7 May 2022

What are you waiting for? Join us by clicking the link below for more information:

https://bit.ly/Guidelines_WFP31

Save the dates and see you in April!

#Writing #Writer
#ASEANYouth
#ASEAN #IndigenousPeople #GenderBasedViolence
#TraditionalReligion
#Refugees
#AsylumSeekers
#Peacebuilding 
#HumanRights
  • [WRITE FOR PEACE 3.1]
“If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other.”—Mother Teresa.

How long have you waited to join our special annual program? Your patience is paid off now. Write For Peace is here!

Ini adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh @forpeaceproject dengan memilih pemuda Asia Tenggara untuk berkontribusi dalam menyuarakan kekhawatiran mereka berkaitan dengan hak asasi manusia dan pembangunan perdamaian melalui tulisan.

Dalam Write For Peace edisi kali ini, kami mencoba mengangkat isu-isu yang terabaikan tentang perdamaian dan hak asasi manusia, termasuk hak masyarakat adat, hak pengungsi & pencari suaka, Kekerasan Berbasis Seksual dan Gender (SGBV), serta kepercayaan dan agama yang tidak diakui. Oleh karena itu, kami menyediakan wadah untuk memahami dan mendalami permasalahan tersebut dengan mengundang empat pembicara luar biasa di bidangnya masing-masing.

Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang ide dan kepedulian kaum muda dalam mewujudkan pemikiran mereka melalui tulisan.

Berikut rundown kegiatan Write For Peace 3.1: 
Registration: 16 March - 14 April 2022
Presentation Session: 16 - 17 April 2022
Open Submission: 18 - 30 April 2022
Article Publication: 25 April - 7 May 2022

What are you waiting for? Join us by clicking the link below for more information:

https://bit.ly/Guidelines_WFP31

Save the dates and see you in April!

#Writing #Writer
#ASEANYouth
#ASEAN #IndigenousPeople #GenderBasedViolence
#TraditionalReligion
#Refugees
#AsylumSeekers
#Peacebuilding 
#HumanRights
  • Selamat Hari Kartini untuk semua sobat perempuan. ♥️🌸

#harikartini2022 #emansipasiwanita #metafordotid #nulisdimetafor
  • Selamat Hari Bumi 2022 🌍🌎🌏

Today
  • Selamat Hari Buku Sedunia sobat Meta 🥳📚

Lagi baca buku apa nih sobat?
Geser untuk liat koleksi buku self improvement Meta dong, ada favoritmu? 😍
Komen di bawah yaaaa 🙆‍♀️

#worldbookday #metafordotid #nulisdimetafor
  • Selamat hari buruh, sobat.
(KBBI: Buruh= orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah; pekerja)

#hariburuhnasional #metafordotid #1mei2022
  • Selamat hari pendidikan nasional sobat.
Ada yang bilang pendidikan adalah proses menemukan yang dikehendaki Tuhan atas hidup kita.
Kalau menurut sobat, pendidikan itu apa?

#metafordotid #haripendidikannasional #belajar
  • Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi

Oleh M. Naufal Waliyuddin

Salah satu contoh dampak buruk doktrin kemandirian tersebut adalah ketidakmampuan individu dalam menakar dan menghargai jasa orang lain—yang sangat mungkin tidak disadarinya. Kadang seseorang merasa mandiri, bisa mengurus KTP, SIM, nyuci pakaian, masak, sampai daftar kuliah dan hal lainnya dengan dirinya sendiri. Namun ia lupa, bahwa makanan yang ia beli, pakaian yang ia kenakan, pasti melibatkan multiperan dari berbagai profesi manusia.

Selengkapnya di 
https://metafor.id/kolom/takbiran-buruh-hardiknas-ki-hadjar-dewantara-dan-lebaran-pascapandemi/

#metafordotid
#nulisdimetafor
#bacaartikel
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Taman Literasi Digital” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Panitia Hari Besar Islam: Representasi Toleransi Keumatan dalam Peringatan Idul Fitri di Kabupaten Klungkung
  • Berteman dengan Kegagalan
  • Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi
  • Mati dan Pagi Hari di Cikajang
  • Pulang
  • Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)
  • Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?
  • Menyuarakan Mereka yang Terbungkam
  • Sekala Niskala
  • Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”
  • Pilih Masjid yang Tarawih 8 atau 20? Ada yang Dua-duanya lo!
  • Seni Memahami (Diri)

Kategori

  • Event (5)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (3)
  • Inspiratif (30)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (18)
  • Kolom (55)
    • Ceriwis (12)
    • Esai (43)
  • Metafor (186)
    • Cerpen (46)
    • Puisi (125)
    • Resensi (14)
  • Milenial (43)
    • Gaya Hidup (23)
    • Kelana (10)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (68)
    • Cangkem (16)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In