riuh pengepul pahala. terdabik hati seusai obituari. bapakku masih di rumah. sementara kekawan melipat ambal beraroma penyesalan, betapa baru pun buah-buah itu ditinggal. ditanggal pula olehnya rindu, digantung di sudut-sudut harmoni. bapakku masih kecupi kerontang keretek nan nyala, bara. masih saja iman, bahwa kematian hanya untuk keriput senja. lantas, esok nanti. saat senja itu menggagahinya, ia jelang mesigit nan sepi. tetapi terbangun ia, ruang persegi terkelam. di mana aku, nak? di mana? di penantian paling akhir, jawabku. sendu. hanya doa dan larik ayatullah, semoga.
2021
Tuan 2
saat kuhitung lembaran itu
seperti terbantun ragawi
kauingatkan aku
kuingatkan engkau
tak lagi dapat kau ingat
apapun
dasar pikun!
2021
Subuh
aku berjalan di sudut pagi
hanyasanya gigil melindas diri
tak seorang anjing pun
masih lelap, masih indah menunggangi kuda-kuda mimpi
tak ada sudi mengisi ruang lengang
masih di rumah, masih ogah, masih, dingin mendekapnya seerat perpisahan. didekap oleh wanita, burung. tidur lagi saja, kau belum setua hujan ujung Januari, esok juga belum kiamat.
2021
Ladang Mimpi
kau datang ke ladang mimpiku. membunuh kesibukan. menggandeng tangan aku hala jalan aspal. di sana kita mengobrol, seolah tidak pernah ada pagar-pagar benci memberi jarak. senyummu yang rekah, aku menyimpannya hingga kini terjaga. mungkin aku tak benar-benar membenamkan engkau, mungkin tak benar jika kenangan itu aku larungkan, kutanggal menjadi masa yang lalu. terjaga aku, selimut kesumat ini mengangkangi relung. tinggallah jarak-jarak yang berarti—yang dengannya tanganku dengan kau tak bisa saling genggam. sekali lagi, mari kita daki gunungan mimpi. yang dengannya keagungan Tuhan, terhidang dan lagu-lagu alam terus kita senandungkan bersama nafas wirid.
2021
Pemberi (Tuhan)
kutilik setengah malam yang gelap
kucari engkau, tak juga kentara
di sebalik pagar besi menua
pada kebekuan ini
saling dekap adalah jalan
mengisi liang-liang rindu yang kerontang
tetapi, kau tetiba lahir di bibir altar
dari pohon angkara burung yang tegang
terbang, menapak langit tak terjamah
Maguwo, 22 Januari 2021