Puisi Dengan Angin
Puan, ikuti saja arah angin
jika angin di musim kemarau
kita harus berjalan menuju kiblat
sebelum arah pulang berkata dekat
jika angin di musim tanam
tanamkan apa yang kita harapkan
dan tegakkan apa yang sudah dijalankan
jika angin di musim kekeringan
kita tak boleh menentang
agar silau matahari tak semakin terang
sebab yang datang pasti pulang
jika angin di musim semi
kita jangan sembarangan dengan keadaan
sebab musim tatkala itu sering melahirkan nyawa kesakitan
maka dari itu kita harus berjalan sebagaimana tafsirannya.
November, 2020
Tuan-Puan
di kota ini aku membaca dari silsilah
yang merupakan banyak nama bersejarah
dengan merangkai kata-kata di kedalaman mutiara
di kota ini yang bahari banyak taman-taman dan wisata-wisata
yang menjadikan bibir sorang tergelincir dalam kemewahan
dusta mana yang kau kecewakan bila kota sudah berkata istimewa
aku seorang pendatang yang ingin bersuara untuk kota ini
kota yang berpenyair dan nama-nama yang bermakna
laksana kelopak melati yang sunyi di atas air
taman dan wisata yang bisa melahirkan kata-kata
dari orang-orang yang bercinta diksi. Kepada keturunan yang masih bau anyir
meskipun yang sudah rela untuk bercinta kuingatkan untuk menjaga kelestarian dan kejayaan
kota yang bahari dengan taman-wisata yang kau bisa dijadikan kota diksi
kau sebagai tuan dan puan sajikanlah aroma-aroma tujuh rupa
sebagai hakikat penerus dalam kebenaran
2020.
Suatu Keindahan
ombak menciptakan debur keindahan di lautan
yang nelangsa mencatatkan reda di ujung manusia
dan pantai ialah batas datangnya pemberangkatan
bersimbah akan pembaringan dari berbagai tengkuk ikan
dan penumpangan
angin menyapu pasir mengajak memainkan keindahan
menjadi senyum pada yang datang membawa kejenuhan
dan angin yang membagi hangat pada yang datang dari kejauhan
Jember, 2020