Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Tuesday, 21 March, 2023
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Cerpen

Percakapan Orang Sinting

Moh. Fahrul Rozi by Moh. Fahrul Rozi
23 January 2021
in Cerpen
0
Gambar Artikel Percakapan Orang Sinting Tentang Kota bawah Tanah

Sumber Gambar: https://delightfull.eu/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Disebutlah jalan miring; jalan yang tak pernah dilewati warga kompleks A, walau jalan itu berdekatan dengan mal, apartemen, jalan raya, dan hepymart, mereka lebih suka memutari jalan. Disebutlah jalan miring karena jalannya memang begitu. Barang tentu seorang yang lewat akan bermiring-miring, seperti jalan itu. Disebutlah jalan miring, dengan rumah-postur bangunan yang juga miring.

“Yang lebih merepotkan bila ada jalan jungkir balik,” pemilik kedai di jalan itu tertawa sambil menekan perutnya, mag-nya kambuh.

“Sudah lama tidak ada orang,” lirih Nami, pemilik kedai.

“Bukankah kedai ini selalu sepi?” Tanya Musafir ketika Nami meletakkan segelas air putih di depannya.

“Tidak. Dulu sebelum jalan berubah miring, kedai sangat ramai.”

“Apa kau tahu penyebabnya?” Selidik Musafir. Nami menggeleng. Musafir mencecap kopi. Dan memulai.

“Kukira benar, ada manusia yang sedang membangun kota di bawah tanah.” Tebak Musafir seraya menyipitkan sebelah matanya.

“Maksudmu?” Nami menatap Musafir serius.

“Ada segerombolan manusia membangun kota di bawah tanah.”

“Tidak mungkin….”

“…”

Pembicaran berhenti. Musafir melongok ke luar. Jalan miring itu tetap miring, walau sudah beberapa kali pemerintah memperbaikinya. Dan sudah empat kali jalan itu diperbaiki, tetapi belum ada hasil. Jalan itu masih miring. Dan mungkin akan tetap miring.

Musafir melanjutkan pembicaraan seperti yang ia dengar sepuluh tahun lalu.

“Bagaiamana pun alasannya, itu tidak boleh terjadi. Negara akan terbagi dua wajah. Di atas dan bawah.” Perempuan itu berhenti memberi jeda, dan mengatur pernafasan. “Kita pun sudah tahu bahwa bermuka dua itu tidak baik. Munafik.” Ia mencondongkan wajahnya ke Musafir.

“Tidak-tidak… kau salah paham. Sebenyarnya kota bawah tanah hanya ditempati oleh warga kalangan bawah, seperti pemulung, gembel, pengemis, pengamen, dan siapa pun yang hidupnya susah, bisa tinggal di sana.”

“Lalu bagaimana kalau mereka ingin bekerja?”

“Kerja saja. Di sana juga ada lapangan pekerjaan.”

Perempuan itu mengernyit. Dahinya seperti baru diiris. “Kapan kota bawah tanah itu selesai? Apakah sepuluh tahun lagi?”

Musafir menggeleng. Ia menunjukkan angka lima seraya mengangguk-ngangguk. “Dan bisa saja lebih cepat bila ada yang membantu menyelesaikannya.”

“Mengapa tidak meminta bantuan pemerintah biar lebih cepat?”

“Masalahnya, kota bawah tanah tidak mendapat izin pemerintah. Katanya, orang jalanan tidak pantas mendapatkan kota bawah tanah.”

“Memang. Kalau para pengemis dan pemulung pindah, wajah kota akan berubah dan bisa jadi kota yang sesungguhnya hilang.”

“Lagi-lagi kau salah maksud. Setelah orang jalanan pindah ke kota bawah tanah, bukan lantas wajah kota berubah menjadi desa. Bukan. Melainkan akan ada sedikit perubahan—“ Musafir tercekat.

“Contoh….” Perempuan itu memburunya.

“Angka statistik berubah, dan akan ada pendataan ulang.”

Sesuatu jeda membuat mereka saling tatap dan mencari sesuatu.

“Kemudian siapa yang akan memimpin kota bawah tanah?”

Mereka tak berkedip. Mata mereka saling bertemu dan ada kilatan menyambar tempurung Musafir. Ia teringat dengan rasa khawatirnya sendiri sebelum ia memulai berjalan ke kota. Ia khawatir dengan ucapan kakeknya, “Akan ada kota baru yang suatu hari direbut orang kota,”

***

Namanya Musafir, Manif, Munir, dan banyak lagi. Dia selalu merubah namanya ketika bertemu dengan orang baru. Maka bisa dibayangkan berapa nama yang ia pakai, dan berapa orang yang ia bohongi.

Ia datang dari barat dan berhenti di kedai yang berada di jalan miring. Sangat kebetulan.

***

Kedai itu miring bahkan perempuan, pemilik kedai itu berjalan miring-miring. Ia berjalan cepat, dan tidak seperti Musafir yang pelan melewati kursi dan meja yang miring. Nami menaruh sepotong kentang goreng dan mengulang pertanyaan.

“Kira-kira siapa pemimpin kota bawah tanah?”

Musafir berdiam sejenak. Ia menanap mata perempuan itu dengan serius. Seperti ada rasa ingin tahu yang mendalam. Musafir angkat bicara.

“Mungkin tidak ada memimpin. Mungkin—“

“Kalau begitu biarkan aku saja yang memimpin. Kedaiku terlampau sepi dan sebenatar lagi gulung tikar. Aku akan buka lapangan pekerjaan untuk semua orang di sana.”

Jawaban itu sudah diperkirakan keluar dari mulut Nami. Musafir menggeleng cepat. “Tidak-tidak. Aku sudah katakan, tidak ada pemimpin di sana.” Kata terakhir ia tekan.

“Tapi itu tidak baik untuk suatu kota. Mereka akan berbuat sesukanya.”

“Kebebasan adalah yang mereka bangun. Sedangkan sistem hanya untuk orang-orang kota. Orang kecil seperti mereka tidak mengerti sistem. Buktinya mereka tidak patuh aturan negara, kan?”

Perempuan itu menyeruput air lantas mendorong ke depan dada Musafir.

“Bagaimana pun kota itu akan miring seperti jalan ini. Atau mungkin bisa lebih parah. Kau tahu kan adanya pemimpin untuk apa.”

“Aku tahu. Tapi nyatanya jalan ini saja tidak terurusi oleh pemimpinmu. Bagaimana kalau kau memimpin kota bawah tanah?”

Pembicaraan berhenti sejenak. Azan melengking aneh di timur. Kalimatnya miring-miring dan tak dimengerti oleh Musafir yang baru saja tiba di jalan miring.

“Sepertinya ada yang salah dengan azan. Tidak biasanya,” kata Musafir.

“Kau masih belum mengerti. Di jalan miring, apa pun miring termasuk azan.”

“Bagaimana bisa?” Musafir belum mengerti. Ia sudah tahu soal kota bawah tanah, tapi tidak dengan azan yang miring.

“Tapi kau dengar sendiri. Di jalan miring, apa pun bisa miring bahkan angin yang menyibak rambutku tanpa disadari bertiup miring.”

“Kota yang aneh.”

“Lebih aneh kota bawah tanah,” balas Nami. Percakapan berhenti dan mereka tertawa sambil memandang jalan miring.

Dikatakan jalan miring, jalan yang sepi nan sunyi, dan cuma ada kedai di kiri jalan. Itu pun kedai miring. Dikatakan jalan miring karena orang yang lewat selalu bermiring-miring, makanya jalan itu kini sepi. Di jalan miring terdapat lubang yang cukup dimasuki orang dewasa. Dikatakan bahwa lubang itu untuk masuk ke dalam kota bawah tanah.

Percakapan mereka tidak berhenti di situ. Mereka saling menuduh, menghina, dan akhirnya memaki-maki. Percakapan orang sinting tidak bisa dilerai oleh siapa pun, karena mereka hanya duduk berdua di kedai miring dan percakapan terus berlanjut.[]

Tags: anehcerpenkotakota bawah tanahpercakapan orang sintingsastra
ShareTweetSendShare
Previous Post

Syahadat 12 Bar

Next Post

Para Pengungsi Peradaban (1)

Moh. Fahrul Rozi

Moh. Fahrul Rozi

Kelahiran Sampang, Madura. Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang kini belajar menulis di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY).

Artikel Terkait

Tamu
Cerpen

Tamu

10 July 2022

Aku akan pindah rumah. Sudah sejak tadi pagi segalanya telah dipersiapkan. Orang-orang, para tetanggaku yang baik hati itu, bersedia meluangkan...

Pulang
Cerpen

Pulang

22 April 2022

Pak Tua adalah seorang pengemis yang mangkal di kawasan Perempatan Jalan. Setiap harinya, Pak Tua biasa menjalankan profesinya di sudut-sudut...

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu
Cerpen

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022

Selalu ada kebisingan menggerayangi telinga. Bebatuan bertasbih menolak kesedihan dengan membisu. Tembok, candi, arca berbicara. Kata-kata tanpa aksara beterbangan menjelajah,...

Pengakuan
Cerpen

Pengakuan

11 March 2022

Saat itu pukul tiga sore, aku memasuki rumah makan Bakmi GM di sekitar jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta. Dari sebuah...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Dari Nafas Malamku

Dari Nafas Malamku

11 May 2021
Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 July 2022
Kepalamu dan Isinya

Kepalamu dan Isinya

3 April 2021
Gubuk Sajak

Gubuk Sajak

16 March 2021
Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

10 April 2022
Gambar Artikel Ada yang Tetap Kuat

Ada yang Tetap Kuat

3 November 2020
Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

Konsep Tuhan di Benak Saya Sendiri

5 May 2021
Gambar Artikel Kenangan yang Kusimpan Dalam-dalam

Kenangan yang Kusimpan Dalam-dalam

2 November 2020
Kiriman Nasib dari Seseorang

Kiriman Nasib dari Seseorang

28 January 2021
Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020

Ikuti Kami di Instagram

  • Halloo sobat
Ga terasa ya sudah bulan Juli...
Waktunya Meta ngumumin
💫metafor award💫
🤩🤩🤩

Oiya karena satu dan lain hal Meta mohon maaf yaa pengumuman Metafor award yang seharusnya dilaksanakan sejak bulan Januari 2022 jadi ngaret di bulan Juli 2022😭🙏🙏

Stay tune ya sobat. Bakal mimin umumkan pemenangnya tanggal 20 Juli 2022

Cek kategorinya di slide kedua yaa sobat

#metaforawards #metafordotid #nulisdimetafor #comingsoon‼️
  • Halloo sobatt
Saatnya Meta umumkan metafor award 2021. 
Ini dia para pemenangnya:
1. Terbaik kategori puisi
- Sobrun Jamil
- Krisnaldo Triguswinri

2. Terbaik kategori esai: Syukur Budiharjo

3. Terbaik kategori cerpen: Yuditeha

4. Penulis terproduktif: Syukur Budiharjo

Selamat kepada para pemenang, tolong balas DM Meta untuk konfirmasi hadiahnya yaa sobat.
Terima kasih semua kontribusi yang diberikan oleh para penulis. Selamat menanti metafor award 2022😍🥳

#metaforawards2021 #nulisdimetafor #metafordotid #pemenangaward2021
  • Halloo sobatt
Semoga selalu sehat dan berbahagia ya sobat
Meta mau umumkan pemenang award dari tim metafor.id
Ini dia pemenangnyaa:
1. Redaktur teraktif diraih oleh kak @fajrizuliaramdhani 
2. Desainer terbaik diraih oleh kak Ibrahim Hasan Maulidi
3. Tim media teraktif diraih oleh kak @okta_raras 

Semoga bahagia dan membahagiakan~
😍😍😁
Sehat selalu sobatt

#metaforawards2021 #metafordotid #nulisdimetafor #2021
  • Selamat hari anak nasional sobat meta. Tiap-tiap kita memiliki jiwa anak anak dalam diri rawatlah jiwa anak anak itu dan berbahagialah (juga bersedihlah).
Oiya Meta kasih satu cuplikan dari buku Le Petite Prince karya Antoine de Saint-Exupéry nihh

Grown-ups never understand anything by themselves, and it is tiresome for children to be always and forever explaining things to them.
Antoine de Saint-Exupéry
--------☆--------☆---------☆

(Orang dewasa tidak pernah memahami sesuatu sendiri dan betapa melelahkan menjadi anak-anak yang harus selalu menjelaskan banyak hal pada mereka.)

Sudah pernah baca bukunya sobat? Kalau sudah cuss kirim resensinya ke email: redaksi@metafor.id yuk sobat😁😁😁

#harianaknasional
#metafordotid
#nulisdimetafor #2022
  • [Media partner]

LOMBA ESAI TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Pendidikan
◼️Kesehatan
◼️Perdamaian
◼️Kesetaraan Gender
◼️Kesejahteraan Masyarakat
◼️Perubahan Iklim

TIMELINE KEGIATAN :
◼️Pembukaan : 7 Agustus 2022
◼️Deadline : 30 September 2022
◼️Penjurian Esai : 1-17 Oktober 2022
◼️Pengumuman : 28 Oktober 2022

PERSYARATAN UMUM :
1). Tercatat sebagai Mahasantri Indonesia
2). Peserta adalah Alumni Pesantren 5 Tahun terakhir
3). Mengisi data diri dan mengirimkan tulisan pada tautan; selambat-lambatnya tanggal 30 September 2022 (Pukul 24.00 WIB)
4). 15 naskah terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; 3 Naskah terbaik akan mendapatkan hadiah sebagaimana disebutkan

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri (3 Negara; Malaysia, Singapura, dan Thailand)
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor

15 Esai terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; Seluruh Peserta mendapatkan Sertifikat

REGISTRASI :
📝 Registrasi Lomba 
  sebelum 30 September 2022

🔰 Juknis Lomba :
https://bit.ly/lombaesaiharlahsm4

🔰 Link Pendaftaran :
https://bit.ly/lombaesaiharlahke4sm

#saatnyasantrimengglobal
#mediapartnermetafordotid
#santrimengglobal #lombaesai #eventnulis
  • [Media partner]
LOMBA VIDEO KREATIF TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Mimpiku Studi ke Luar Negeri
◼️Santri dan Dunia Digital
◼️Santri Scholarship Hunter
◼️Santri dan Tantangan Global

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri Malaysia/Singapura
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia/Singapura
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor
5 Video Favorit Mendaoatkan Voucher Gopay atau OVO senilai 500.000 untuk 5 Peserta Favorit

🔰 PERIODE PROGRAM:
10 Agustus - 30 September 2022

🔰 SYARAT DAN KETENTUAN:
https://bit.ly/videoharlah4sm

🔰 PENDAFTARAN: 0895373361616 https://bit.ly/lombavideoharlahsm4

#saatnyasantrimengglobal
#metafordotid #mediapartnermetafordotid #eventlombavideo #lombavideografi
  • Selamat hari kemerdekaan sobattt.
Apakah kamu sudah merdeka dari segala hal yang menjajahmu?¿
😁

#metafordotid #nulisdimetafor #kemerdekaanindonesia #hutri77
  • [Puisi]
Diam dan Merapal Hujan
Sajak-sajak M. Ridho Muslim Goffar
Oleh M. Ridho Muslim Goffar

Diam

/1/
sudah sejak lama
aku diam-diam menunggumu
dan sialnya, secara diam-diam
kau juga menungguku

/2/
kini aku sudah bernyali,
tapi secara diam-diam,
Tuhan menakdirkanku
untuk tetetap diam

/3/
apa sudah sepantasnya
aku diam saja? Dan
apakah dengan diam,
aku sudah pantas?

/4/
aku hanya tak ingin
diam-diam mati
terkubur penantianku sendiri

/5/
kututup diamku
dengan semoga—
aku tak pernah bisa diam
mendo’akanmu
secara diam-diam

Selengkapnya di https://metafor.id/metafor/puisi/diam-dan-merapal-hujan/

#metafordotid #nulisdimetafor #puisi #kolompuisimetafor
  • [Milenial, Gaya Hidup]

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca
Oleh Mohammad Azharudin

Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui apa saja manfaat membaca, sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk lebih giat membaca. Nah, bagi yang belum tahu manfaat membaca, mungkin bisa cari alasan terlebih dahulu mengapa mesti membaca. Apa saja sih manfaat membaca sobat?
Swipe untuk membaca manfaatnya yuuk
Untuk baca artikel selengkapnya silakan menuju link
https://metafor.id/milenial/4-alasan-fundamental-mengapa-kita-perlu-membaca/
atau klik link di bio meta yaah sobat!

#metafordotid #nulisdimetafor #manfaatmambaca #kolommilenialgayahidup #lifestyleblogger #readingtime
  • Metafor.id menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas berpulangnya prof. Azyumardi Azra, ketua dewan pers dan salah satu tokoh cendekiawan Indonesia.
Selamat berpulang, prof...

#metafordotid
  • Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan🙏

#tragedikanjuruhan
  • Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad Saw
12 Robiul awwal 1444 H

#metafordotid #maulidnabi
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Taman Literasi Digital” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA
  • Ruang Tunggu: Puisi-puisi Habib Muzaki
  • Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
  • Mengapa Perlu Membaca Sastra?
  • Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
  • Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini
  • Tamu
  • Diam dan Merapal Hujan
  • Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
  • Doa Pengembara
  • Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda
  • Istirahat dan Pelukan Ibu

Kategori

  • Event (4)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (2)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (57)
    • Ceriwis (12)
    • Esai (45)
  • Metafor (194)
    • Cerpen (47)
    • Puisi (130)
    • Resensi (16)
  • Milenial (44)
    • Gaya Hidup (23)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (68)
    • Cangkem (16)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In