slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Sowan ke Mbah Nun - Para Pengungsi Peradaban (1) - Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
Tuesday, 24 June 2025
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Inspiratif

Para Pengungsi Peradaban (1)

Duljabbar by Duljabbar
23 January 2021
in Hikmah, Inspiratif
0
Para Pengungsi Peradaban (1)

Sumber gambar: https://www.lenamacka.com/illustrations/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sore yang syahdu di kedai kopi tempat saya bekerja. Semilir angin menyapu dedaunan kering yang memang sudah ditakdirkan untuk gugur. Panggilan untuk shalat Ashar baru saja dikumandangkan. Saya dan kawan-kawan lain sedang duduk-duduk saja. Ngudud, ngopi, dan berkelakar santai. Bukan sekadar santai, kalau saja ada orang yang mencari sosok pelita bagi hidupnya di sini.

Kebetulan kedai kopi tempat saya menyeduh ini juga bagian dari Rumah Budaya Emha Ainun Nadjib atau Rumah Maiyah, di Kadipiro, Yogyakarta. Hanya saja kedai saya ada di bagian depan rumah, sehingga bagi siapapun yang ingin sowan ke Mbah Nun — yang dirasa banyak orang menjadi pelita bagi hidupnya, pastinya melewati kedai dulu. Maka tugas saya bukan cuma ngudek kopi, tapi “nyatpam” juga.

Nyatpam bukan berarti saya menjadi satpam betulan, yang badannya kekar dan siap pasang badan kalau ada maling. Wong saya ini kurus, kok. Satpam di sini bertugas sesekali menjembatani antara orang-orang yang ingin sowan ke Mbah Nun — yang kelak saya sebut Para Pengungsi Peradaban — dengan Mbah Nun sendiri. Eh, bukan meneruskan ke Mbah Nun. Tapi ke pihak manajemen beliau. Kok sangar tenan saya bisa ngobrol segampang itu dengan beliau. Canda.

Belum lama saya nyatpam, baru sekitar sepuluh bulan, tapi tipe orang-orang yang ingin sowan ke Mbah Nun ini variatif sekali. Bukan cuma karakter orangnya, tapi juga modusnya. “Mas, ini rumahnya Mbah Nun, ya?” merupakan pertanyaan yang paling sering saya terima. Banyak pula pertanyaan senada, namun susunan kalimat dan mimik muka pengucapnya berbeda-beda.

Ada yang bersepeda motor dari Lampung ke Kadipiro, sekitar tiga hari tiga malam perjalanan, katanya, dan bilang ingin bertemu Mbah Nun. Maka saya tanya apa tujuan ketemunya dengan Simbah, dijawabnya, “Ada pesan yang harus saya sampaikan, Mas. Pesan dari Bapak Ibu saya di rumah.” Lalu sebagaimana pesan Manajemen Simbah, saya berikan opsi: mau saya beri nomor telepon manajemen, atau menuliskan keperluannya di secarik kertas dan akan saya sampaikan ke manejemen. Dia memilih opsi kedua.

Oke, dengan dipilihnya opsi kedua, maka saya ambilkan secarik kertas dan dia tuliskan keperluannya. Karena sepertinya saya tidak diperbolehkan tahu apa keperluannya, maka saya tidak membaca surat yang dititipkan ke saya, dan tidak menanyakan lebih lanjut apa keperluannya. Dengan saya minta untuk meninggalkan identitas serta kontak yang bisa dihubungi dalam suratnya, tak lama dia pamit pergi.

Keesokan harinya, saya mendapat kabar bahwa orang semalam itu selain nekat bersepeda motor dari Lampung, nekat pula niatnya untuk melamar Mbak Haya, putri Mbah Nun. Entah konfirmasi lanjutnya seperti apa, yang jelas lamarannya ditolak. Sabar, ya, Mas.

***

Ada pula Ibu-ibu berusia sekitar lima puluhan, datang dengan anak remajanya. Beliau datang dengan raut wajah bersedih, dan bicara dengan sesenggukan,

“Mas, apa benar ini rumahnya Pak Emha Ainun Nadjib? Saya ingin ketemu bapaknya, Mas. Minta tolong. Saya ini jauh-jauh dari Jawa Timur mencari pekerjaan sepanjang perjalanan. Tapi ndak ada yang mau menerima saya dan anak saya ini,” ucapnya.

“Kalau di sini cuma kantornya Pak Emha, Buk. Pak Emha ndak setiap waktu ada di sini. Ibuk ke sini atas saran siapa, Buk?”

“Saya tadi keliling Malioboro, Mas, cari kerjaan tapi ndak kunjung dapat. Tolong saya, Mas. Beri saya pekerjaan di sini, Mas. Atau pertemukan saya dengan Pak Emha siapa itu,” beliau agak-agak lupa nama Mbah Nun, yang langsung saya sambung nama lengkap beliau. “Nah iya itu, Pak Emha Ainun Nadjib. Saya ke sini diantar sama tukang becak di Malioboro sana, Mas. Kata orang-orang di sana, kalau ada masalah apa-apa, datang saja ke Kadipiro, datang saja ke tempatnya Pak Emha Ainun Nadjib.”

Wah, kok jadinya malah saya yang dimintai pekerjaan. Lantas saya beritahu ini-itu agar minimal bisa bertemu manajemen. Saya tawarkan Ibu itu untuk kembali besok pagi-pagi. Sebab kalau sore sudah tidak ada orang di kantor.

Itu tadi baru dua contoh yang bagi saya cukup memorable. Belum lagi ada yang dari Banjar, Jawa Barat, yang datang dengan membawa luka. Sebab ternyata dua minggu yang akan datang sejak saat itu, (mantan) kekasihnya hendak menikah. Padahal antara Mas-nya itu dengan kekasihnya sudah sepakat untuk segera menikah. Namun sayang, terhalang restu orang tua.

“Untung saja, Mas, sampean mau mendengarkan apa yang saya derita. Meski saya tidak cerita lengkap, setidaknya saya sudah ayem karena masih ada yang menemani saya. Betul-betul ndak tahu harus bagaimana saya ini, Mas,” ucapnya kepada saya. Sekitar tiga malam saya berbagi tempat untuk menginap di kamar saya. Beruntung, sungguh beruntung, akhirnya dia bertemu dengan Mbah Nun. Dia pulang dengan muka dan tingkah yang teramat ayem. Plong….

Tags: ceritaEmha Ainun NadjibesaiPara Pengungsi Peradabansosial
ShareTweetSendShare
Previous Post

Percakapan Orang Sinting

Next Post

Pengungsi Peradaban (2)

Duljabbar

Duljabbar

Tim Redaksi Metafor

Artikel Terkait

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
Sosok

Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial

30 November 2022

Anthony Giddens adalah mantan Direktur London School of Economics (LSE) yang tercatat sebagai salah satu sosiolog penting dunia menjelang akhir...

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam
Sosok

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

10 March 2022

Setelah meninggalnya Nabi saw., Islam dipimpin oleh Khulafa’ al-Rasyidun dan diikuti oleh beberapa dinasti selanjutnya mulai dari Umawiyyah, Abbasiyah, sampai...

Tadabbur via Momentum Hujan
Hikmah

Tadabbur via Momentum Hujan

6 March 2022

Sebuah pepatah mengatakan bahwa barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenali Tuhannya. Namun, permasalahannya adalah tingkat kesadaran terhadap diri...

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia
Sosok

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

16 February 2022

Arsitek Revolusi Islam, begitulah kata M. Dawam Rahardjo untuk Ali Syari’ati dalam tulisan kecilnya berjudul Ali Syari’ati: Mujahid Intelektual di...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Sebungkus Sunyi

Sebungkus Sunyi

20 November 2021
Gadis Masochist

Gadis Masochist

27 May 2021
Malam Kutukan

Malam Kutukan

28 February 2021
Gambar Artikel Lirih Menangis

Lirih Menangis

17 January 2021
Gambar Artikel Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

11 January 2021
Gambar Artikel Keraguan dalam Keyakinan

Keraguan dalam Keyakinan

2 December 2020
Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapan

Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapan

8 December 2021
Gambar Artikel Anomali Rokok dan Sepak Bola

Anomali Rokok dan Sepak Bola

8 January 2021
Panjang Sama Panjang

Panjang Sama Panjang

17 February 2021
Gambar Artikel Tabiat Arunika dan Kotak Pandora

Tabiat Arunika dan Kotak Pandora

24 November 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

Kategori

  • Event (11)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (9)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (207)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (137)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In