slot gacor slot gacor slot gacor slot gacor
Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena! - Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
Monday, 07 July 2025
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

Mohammad Azharudin by Mohammad Azharudin
9 April 2022
in Komentarium
0
Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

https://www.newyorker.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut lantaran si anak menjalani rutinitas sebagai seorang streamer. Masalahnya, laptop yang dibanting oleh si ayah tersebut merupakan hasil AdSense si anak. Banyak netizen memberi komentar negatif pada si ayah atas perbuatannya tersebut.

Ada yang bilang, “Meski mampu membelikan, setidaknya hargai hasil jerih payah si anak dong!” Ada juga yang berkomentar, “Duh! Susah ya kalau punya orang tua dengan pemikiran jadul.”

Saya setuju dengan beberapa komentar netizen termaktub. Harusnya si ayah nggak sebrutal itu dalam memperlakukan anaknya. Marah boleh, tapi otak dan hatinya jangan ditinggal. Coba renungkan. Saat kita mampu memberi barang yang kita inginkan dengan uang hasil kerja keras sendiri, ada semacam rasa puas tersendiri dalam hati.

Hal ini sedikit berbeda saat kita dibelikan sesuatu oleh orang tua kita. Memang benar sama-sama ada rasa senang karena mendapat barang yang diinginkan. Namun, ada sisi self reward yang tidak kita rasakan saat dibelikan sesuatu oleh orang tua.

Sependek yang saya perhatikan, problematika yang kerap tidak disadari oleh para orang tua saat ini adalah parenting. Penyebab dari hal ini tampaknya ada dua. Pertama, parenting belum banyak muncul ke permukaan. Sampai sekarang, hal yang paling dominan diulas adalah tentang berbakti pada orang tua.

Padahal, mestinya parenting mendapat porsi yang sama. Kedua, mayoritas orang tua merasa sudah tahu betul bagaimana mendidik anaknya. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa orang tua telah melihat anaknya tumbuh setiap hari, sehingga mereka (merasa) tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh anak.

Namun, realita justru tidak menunjukkan demikian. Malah yang terjadi sebaliknya. Tak sedikit orang tua yang bukan memberikan apa yang dibutuhkan anak, justru mereka mendikte anak agar sesuai keinginan mereka. Saat para orang tua itu dilarang supaya jangan begitu, mereka biasanya berdalih, “Ini kan anak, anak saya. Ya terserah saya lah mau bersikap gimana”. Iya, memang benar itu anak kalian.

Tapi bagaimana pun anak juga punya hak yang harus dipenuhi. Mendikte anak terus-terusan sesuai yang orang tua inginkan sama saja dengan merenggut seluruh hak anak. Mungkin dari luar perbuatan si orang tua tampak ‘baik’, tapi dari dalam hal itu justru manifestasi dari keegoisan orang tua.

Perlu dicatat bahwa anak lahir bukan atas kehendak dirinya. Sebaliknya, memiliki anak merupakan keinginan orang tua. Artinya apa? Di sini pihak yang mesti bertanggung jawab terlebih dahulu adalah orang tua. Orang sering terbalik memahami hal ini. Umumnya mereka mewajibkan anak untuk berbakti pada orang tua tanpa ada kata tapi. Akhirnya anak memiliki satu kegelisahan besar.

Sudah lahir bukan karena keinginannya, saat sudah besar tiba-tiba diwajibkan berbakti pada orang tua. Jika orang tuanya memberikan pendidikan yang baik, oke, silakan! Tapi kalau orang tuanya sama sekali nggak memberikan pendidikan yang baik, tentu ini merupakan satu hal yang nggak adil bagi si anak.

Gus Baha’ pernah menerangkan soal parenting secara sederhana. Beliau berpesan pada istrinya apabila si anak menginginkan sesuatu (misalnya, jajan) sementara Gus Baha’ sedang tidur, suruh saja si anak membangunkan beliau. Sebab, jika tidak demikian maka si anak akan meminta sesuatu tersebut pada orang lain.

Gus Baha’ lantas memberi kesimpulan, “Buat apa anak berakhlak pada saya (dengan tidak membangunkan saya yang sedang tidur), tapi di sisi lain justru merepotkan orang lain?” Hal fundamental seperti ini kerap kita lupakan. Kita hampir selalu mengharuskan anak berakhlak pada orang tua, tetapi kita lupa mengingatkan diri sendiri untuk ‘berakhlak’ pada anak.

Dalam surat al-Ahzab/33 ayat 21 dijelaskan bahwa Rasulullah saw merupakan uswah hasanah (telada yang baik). Ayat ini secara tersirat menjelaskan bahwa model pendidikan yang terbaik adalah dengan memberi teladan, bukan sekadar memberi ucapan (nasihat). Apabila orang tua hanya menasihati, tapi perilakunya berbanding terbalik dengan ucapannya, maka nasihat tersebut nggak akan ada gunanya bagi si anak. Namun, jika orang tua lebih banyak memberi teladan, secara tidak langsung si anak akan menirukannya―meskipun toh orang tua tidak memberi nasihat.

Menurut saya, salah satu cara untuk memberikan teladan pada anak adalah dengan menghargai/mengapresiasi sekecil apa pun usaha anak. Banyak orang tua tak mempraktikkan hal ini. Padahal dengan memberi apresiasi pada anak, dapat mendorong semangat mereka untuk berusaha lebih keras dari sebelumnya.

Kadang saat orang tua melihat upaya kecil anaknya, bukan apresiasi yang diberikan melainkan ucapan begini, “Masa’ Cuma segitu!? Bapak/ibu dulu bisa lebih baik dari ini!”. Lah? Jika dari orang terdekatnya saja nggak dapat apresiasi, gimana anak mau berupaya (berkarya) di dunia luar? Saya rasa, dengan orang tua berkata demikian, itu sama artinya dengan menghilangkan naungan atau tempat berpulang pada si anak.

Bila upaya anak nggak dihargai, lalu bagaimana si anak bisa menghargai orang tuanya?. Dari sini tampaknya bisa diasumsikan bahwa ‘kadang’ kedurhakaan anak itu bukan berasal dari dirinya, melainkan dari orang tuanya yang nggak pernah memperlakukan dia (anak) dengan baik. Oleh sebab itu, seyogianya orang tua introspeksi diri terlebih dahulu sebelum menghakimi anak atas perbuatannya.

Kalau orang tua nggak mau introspeksi, mereka akan merasa selalu benar dan tidak memiliki potensi untuk salah. Ini seakan mencoba menjadikan anak sebagai satu-satunya tempat kesalahan. Lantas, jika demikian apakah orang tua masih pantas berharap anaknya bisa berbakti padanya?.

Tampaknya memang sangat perlu dicatat bahwa perlakuan orang tua terhadap anaknya akan membentuk perlakuan anak terhadap orang tuanya. Ingat hukum kausalitas? “Di mana ada sebab, pasti akan ada akibat”. Bagaimana pun orang tua harus banyak introspeksi diri. Jangan menutup telinga dengan berkata, “Orang tua lebih tahu apa yang diinginkan/dibutuhkan anak”.

Itu sama saja dengan tidak mau mendengar perkataan anak. Ketika orang tua memperlakukan anak dengan keegoisannya dan selalu membungkam anak, hal tersebut bisa saja menjadi bom waktu pada diri si anak. Jika suatu saat tiba-tiba si anak mengatakan yang sebenarnya dengan disertai amarah, itu artinya si anak sudah muak dengan perlakuan buruk orang tuanya. Jadi, buat para orang tua, tolong jangan semena-semena terhadap anak, ya.[]

Tags: anakDear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-menakomentariumorang tuaparenting
ShareTweetSendShare
Previous Post

Membaca Cara Kerja Pikiran

Next Post

Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

Mohammad Azharudin

Mohammad Azharudin

Asal Banyuwangi, Jawa Timur. Anak muda biasa yang suka belajar. Bisa disapa di Instagram @mas_azhar.27

Artikel Terkait

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya
Komentarium

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya

17 March 2022

Dalam kategori musik di Youtube, ada banyak sekali lagu Jawa, entah itu genrenya dangdut, pop, atau koplo. Mungkin lagunya baru...

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan
Komentarium

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 February 2022

Fenomena ‘hijrah’ bukan hal yang asing lagi bagi kita. Saya sendiri kurang begitu paham kapan awal-mula munculnya fenomena hijrah ini....

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR
Komentarium

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

9 January 2022

Istilah LDR tentu sudah tak asing lagi di telinga. Ada banyak alasan mengapa orang menjalani LDR, seperti pekerjaan atau pendidikan...

Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus
Komentarium

Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus

26 December 2021

Aturan yang berbunyi “perempuan selalu benar, lelaki selalu salah” agaknya sudah sangat mendarah-daging dalam setiap diri perempuan. Para perempuan memang...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Indonesia: Refleksi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Indonesia: Refleksi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

11 February 2021
Gambar Artikel Mandiri Jalur Indomie

Mandiri Jalur Indomie

2 November 2020
Goa Isolasi dan Surat Kecilku

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

19 July 2021
Sebuah Limerick yang Gagal

Sebuah Limerick yang Gagal

22 March 2022
Gambar Artikel Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

Tindak Korupsi di Mata Ahmad Hassan

11 January 2021
Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022
Kelas Merindu

Kelas Merindu

4 January 2022
Para Pengungsi Peradaban (1)

Para Pengungsi Peradaban (1)

23 January 2021
Gambar Artikel Seringai Pedih yang Ia Tulis

Seringai Pedih yang Ia Tulis

28 December 2020
Dari Pesisir

Dari Pesisir

12 August 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

Kategori

  • Event (11)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (9)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (207)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (137)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In