slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Tips Menulis Artikel Ilmiah yang Publishable di Jurnal Nasional Terakreditasi - Metafor.id
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Saturday, 31 May, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Milenial Tips dan Trik

Tips Menulis Artikel Ilmiah yang Publishable di Jurnal Nasional Terakreditasi

M. Naufal Waliyuddin by M. Naufal Waliyuddin
25 March 2022
in Tips dan Trik
1
Tips Menulis Artikel Ilmiah yang Publishable di Jurnal Nasional Terakreditasi

By Nick Morrison (Sumber: https://unsplash.com/)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Jika kamu memang suka menulis, terutama yang berbau akademik ilmiah, maka kamu beruntung ketemu dengan tulisan ini (ciye… pede banget raimu!). Di sini saya akan berbagi pengalaman pendek saya bagaimana menulis artikel ilmiah dan bisa tembus di Jurnal Nasional Terakreditasi. Bisa juga beberapa tips yang saya utarakan di sini kamu pakai untuk mendaftar konferensi internasional atau event lomba karya tulis ilmiah yang, biasanya, hadiahnya ‘sangat lumayan’ buat jajan cireng sebulan.

Silakan simak selengkapnya di bawah ini.

Memilih Tema

Rukun pertama yang perlu kamu sanggupi adalah menentukan tema atau topik atau whatever you named it. Intinya, apa yang ingin kamu tulis? Apa yang dalam benakmu terasa penting untuk dibahas? Saat menentukan ini, tentu kamu perlu menimbang-nimbang ketertarikan dan minat risetmu. Dalam kadar paling rendah, setidaknya kamu perlu tertarik dulu dengan apa yang akan kamu tulis, karena inilah bahan bakar yang akan tetap mendorongmu untuk menyelesaikannya.

Kalau tidak tertarik sejak awal, dijamin loyo di tengah jalan—dan jikapun selesai, pasti dengan usaha yang besar untuk menumpas ‘kemageranmu’ sendiri. Maka penting untuk lebih dulu mengetahui minat dan ketertarikanmu di isu apa dan bidang yang mana. Umpamanya kamu gemar membaca ulasan seputar selebgram cum influencer Muslimah, ya silakan bahas itu. Seperti yang dilakukan Rezki dan Kailani, mereka meneliti waktu luang dan identitas influencer Muslim di Instagram (di sini). Atau kalau kuliah di Teknik Mesin dan hobi operasi karbu dan handai taulannya, ya monggo jadikan itu tema.

Apapun itu, intinya cari tema. Jika memang bingung sukanya apa, sementara kampus mewajibkan untuk menulis artikel ilmiah di jurnal, maka silakan gali internet. Temukan isu-isu aktual dan fresh yang membuatmu terpikat untuk menelitinya. Boleh juga diskusi dengan teman sejawat. Langkah lainnya, pakai strategi ini: menghubungkan dua hal atau lebih yang seolah tidak berhubungan tapi kamu ingin menemukan garis sambungnya. Dengan kata lain: mengawinkan konsep.

Tamsil sederhana “mengawinkan dua konsep” atau benda atau sesuatu yang seolah tak berhubungan itu, misalnya, pembahasan antara jumlah pohon dan tingkat kriminalitas (ini contoh dari dosen saya Prof. Noorhaidi Hasan). Jadi apakah ada korelasi signifikan antara jumlah pohon dengan tingkat kriminalitas di suatu kota?

Nyatanya ditemukan, misalnya, wilayah kota dengan jumlah pohon yang semakin sedikit itu tinggi kasus kriminalitasnya. Sementara kota yang rimbun dan banyak pohon sedikit aksi kriminal di sana. Analisis bisa dikaitkan dengan psikologi dan fisiologi bahwa kadar oksigen di suatu daerah juga berpengaruh pada kebahagiaan subjektif individu sekaligus kesehatannya, sehinga makin bagus kadar oksigen, itu akan mampu meredam potensi violence dalam diri seseorang.

Sekarang contoh yang lebih konkret saja, wes. Kalau kamu suka jajan batagor dan kebetulan mahasiswa Kesehatan atau Ahli Gizi, ya kamu bisa meneliti batagor yang kamu beli itu—sekalian sama mamang-nya juga boleh. Ini persis seperti dilakukan Risna Wahyu AP yang meneliti kandungan bakteri E. Coli dan Salmonella sp. pada jajanan batagor di Ciputat sana.

Atau jika kamu jurusan ilmu sosial sama seperti saya, dan masih muda sekaligus penasaran dengan generasi muda, bisa langsung neliti perilaku sosial keagamaan generasi muda masa kini di medsos, misalnya. Yap, kini selamat berburu tema!

 

Cari dan Kumpulkan Referensi

Usahakan cari sebanyak-banyaknya referensi. Ini berguna buat kita melakukan perbandingan ‘embrio’ ide sekaligus rujukan untuk nanti saat menulis. Perbandingan ide maksudnya agar kita tidak merasa bahwa ide yang kita temukan adalah hal baru dan kitalah kreator tunggalnya. Di dunia ini tidak ada lagi yang orisinal, tersisa hanya gabungan dan rajutan unsur-unsur yang berbeda dan telah ada.

Jumlah rujukan yang perlu kamu capai minimal 30-40 rujukan yang setopik. Jangan lupa terdiri dari 60% atau 70% artikel ilmiah di jurnal yang terbit tidak lebih dari 10 tahun yang lalu—ini tergantung ketentuan jurnal juga, sih. Kemudian agar mudah mendatanya, gunakan aplikasi reference manager seperti Zotero dan Mendeley (selain kedua ini agaknya sulit diterima sekarang).

Usai terkumpul, baca judulnya semua, abstraknya semua, kalau isinya mau detail ya silakan baca semua—jika memang sempat dan rajin. Oh, ya, untuk mesin penelusuran atau situs pencarian referensi buat yang belum tahu, saya sarankan Google Scholar, bisa juga pakai JSTOR, Archive, PDFDrive, Libgen, atau kalau nakal ya silakan pakai Sci-Hub juga. Selain itu monggo cari sendiri.

 

Buat Outline

Setelah membaca segepok referensi dan mempertimbangkan ide yang akan kamu tulis, kini saatnya kamu membuat kerangka tulisan alias outline. Semacam coret-coret kasar tentang apa yang akan kamu tulis nanti. Di dalamnya termasuk juga sejumlah subbab, poin spesifik, konsep-konsep yang akan disinggung, sampai calon teori yang akan kamu gunakan dan pendekatannya.

Di samping membikin outline, perlu juga kamu mencari celah yang akan kamu isi di ruang akademik. Maksudnya, temukan pembeda dan research gap (knowledge gap) dalam calon karyamu itu. Apa yang membedakan karya tulismu dengan riset-riset terdahulu. Inilah yang dikenal sebagai novelty, alias “kebaruan” dari sebuah riset. Hal ini biasanya juga disebut niche atau sejenis ceruk pengetahuan yang ingin kamu isi. Cari rumusan masalah juga dengan mempertimbangkan gap tadi. Dan biasanya untuk artikel ilmiah cukup 1 saja rumusan masalahnya.

 

Mulai Riset

Bagimu yang format risetnya adalah penelitian lapangan, maka saatnya terjun ke medan tempur. Sementara buatmu yang studi kepustakaan, silakan berjibun dan bersuntuk-suntuk dengan buku, kertas, layar ponsel dan laptop, baik di kosan maupun kafe-kafe. Sudah waktunya kamu mengambil data. Soal metode atau pendekatan seperti observasi, wawancara, dokumentasi, itu pikir nanti saja. Yang penting terjun riset. Segera mulai telusuri huruf demi huruf dalam referensi dan telaah apa yang kamu cari dan ingin temukan.

 

Tahap Menulis Draft

Kalau data sudah di tangan, kini waktunya ancang-ancang menulis draft. Tahap awal menulis biarkan mengalir saja. Tidak usah risau dengan berbagai teori dan cong-cing-cong teknis yang membikinmu ragu, kikuk, dan gamang dalam menulis. Hajar saja! Tulis apa yang kamu peroleh dan amati.

Saat menulis, upayakan belajar setia! Jangan serakah juga. Maksud saya, setia itu jangan selingkuh dengan hape atau main mata dengan tetangga di meja kafe sebelah—(bisikan saython: sesekali boleh juga, say). Juga jangan serakah jabatan: sewaktu jadi penulis ya nulis saja, jangan jadi editor. Jabatan editor tunggu gilirannya nanti.

Mengenai urutan nulisnya, saran saya tulis isi lebih dahulu. Baru kemudian analisis yang sudah dibaluri dengan data plus teori. Lantas menuju diskusi dan kesimpulan. Abstrak dan pendahuluan ditulis terakhir.

Jika sudah selesai, kini endapkan dan tunggu. Kalau sedang tidak terburu-buru, peramkan ia minimal 7 hari. Hal ini bertujuan untuk mengempiskan rasa jumawa kita yang sering muncul di menit setelah selesai menulis. Suatu perasaan bangga yang hinggap dan merasa bahwa kita berkualitas dan telah menaklukkan dunia. Padahal tidak. Itulah pseudo-euphoria yang hanya berjalan sesaat, palsu, menipu sehingga perlu dihindari. Usai tahap pengendapan itu, baru tengok dan bertindaklah jadi editor yang kejam bagi dirimu sendiri.

Kalau soal kualitas tulisan dan pengemasan narasi, bagi saya itu soal jam terbang. Semakin sering nulis, ya otot nulismu semakin terlatih. Jangan lupa juga perbanyak baca. Makin banyak baca, makin banyak gaya yang bisa kita terapkan dalam membungkus argumen atau menganyam narasi deskriptif. Jangan cuma buku akademik, buku sastra juga penting dan memperkaya diksi. Ini akan bermanfaat untukmu tanpa kau sadari kelak.

 

Yang Perlu Dihindari (Don’ts)

  • Hindari bahasa lebay atau bombastis. Ini karya akademik. Jadi jangan kebanyakan kata “sangat”, “teramat” dan sejenisnya. Kosakata yang hiperbolik yang kerap dipakai di sastra juga perlu dicegah, seperti “terpontang-panting”, “melintang-pukang”, “porak poranda” wa akhowatuha.
  • Jangan jadi pengkhotbah atau penceramah. Sering kali reviewer jurnal menolak hanya karena naskahnya memang bukan naskah akademik, melainkan bulletin atau materi khotbah Jumat. Narasinya dipenuhi “seharusnya”, “semestinya umat Islam bla-bla-bla”, “Yang Allah inginkan adalah…”, dst.
  • Bias kognitif yang misalkan si Hanacaraka, mahasiswa Muslim asal Pesantren Datasawala, menulis artikel di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Karena ia juga seorang Muslim, kalimat yang ditulisnya jadi begini: “Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling benar dan patut menjadi pedoman hidup bagi seluruh manusia.” Tentu dalam ranah akademik ini salah tempat. Gunakan siasat dalam mengemas narasi yang terkesan dakwah karena bias kognitifmu, seperti mengubahnya menjadi, misalnya, “Bagi umat Islam, kitab suci Al-Qur’an diyakini sebagai pedoman hidup melingkupi tatanan sosial, budaya, sampai bahkan inspirasi sains.” Mudah, kan? Tinggal ditambah kata kunci “Bagi umat Islam” dan ini bisa diterapkan di suku, kelompok agama, atau subjek penelitian apapun yang kamu teliti.
  • Typo atau salah ketik. Ini memang human error dan manusiawi. Saya sendiri juga masih sering luput. Namun di fase penyuntingan, kiranya penting untuk lebih teliti membaca ulang apakah ada yang salah atau tidak.

 

Kirim ke Jurnal Target

Tentu saja kirim ke jurnal yang relevan dan selanggam dengan topik risetmu. Jangan kirim artikel Kesehatan Gigi, misalnya, “analisis metode pembersihan karang gigi” ke jurnal di bidang Al-Qur’an dan Tafsir. Itu sama saja dengan kamu mau nambal ban tapi ke tukang las. Dungu murokkab. Alias meta-genius: idiot.

Usahakan kirim selambat-lambatnya 3 bulan sebelum edisi terbit. Pertimbangkan juga penyesuaian template dan ketentuan spesifik masing-masing jurnal. Cari yang akreditasi Sinta berapa pun, selalu pertimbangkan dengan relevansi topik dan kualitas artikelmu. Nah, di bawah ini saya lampirkan contoh hasil riset dan artikel ilmiah saya yang sudah terbit. Barangkali bisa jadi bacaan atau contoh. Selamat mencoba berkarya!

 

Lampiran:

  1. Religious Expression of Millenial Muslims within Collective Narcissism Discourse in Digital Era (SINTA-2)
  2. Global Youth in A Local Area: Hybridisation of Identity among Young Muslims in Yogyakarta Interfaith Community (SINTA-2)
  3. Pendidikan Nilai Perspektif Psikosufistik (Integrasi Psikologi Dan Tasawuf Dalam Mengembangkan Spiritualitas Dalam Pendidikan) (SINTA-3)
  4. Fenomena Narsisisme Religius Kolektif dan Ajaran Sufi sebagai Upaya Pengobatan dan Pencegahannya (SINTA-3)
  5. SPIRITUALITAS DALAM PERSPEKTIF TASAWUF DAN NEUROSAINS: RELASI KOMPLEMENTER ATAU KOMPARTEMEN? (Belum SINTA, karena ini hasil ikutan lomba dan kebetulan terpilih jadi Juara 2 dan mendapat uang Rp.750.000, kan lumayan buat jajan + bayar kosan. Heuheu.)
Tags: akademikilmiahjurnal ilmiahjurnal nasional terakreditasitips dan triktips menulis artikel ilmiahtips menulis di jurnal
ShareTweetSendShare
Previous Post

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia

Next Post

Buron dan Segelas Es Teh

M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Tim Redaksi Metafor

Artikel Terkait

Berteman dengan Kegagalan
Milenial

Berteman dengan Kegagalan

7 May 2022

Hello sobat meta, tulisan ini untuk calon orang hebat yang saat ini masih gagal, siapapun kalian, saya yakin kalian adalah...

Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak Muda di Masa Pandemi
Tips dan Trik

Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak Muda di Masa Pandemi

7 December 2021

Kesehatan mental atau jiwa menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi di mana seseorang individu dapat...

Kiat Merawat Dendam ala Seneca
Tips dan Trik

Kiat Merawat Dendam ala Seneca

3 November 2021

Belakangan sering kali kita melihat berbagai fenomena yang melibatkan nafsu amarah. Orang-orang saling menuntut balas apa yang dianggap sebagai kejahatan...

Haruskah Ulang Tahun Selalu Dirayakan?
Milenial

Haruskah Ulang Tahun Selalu Dirayakan?

5 August 2021

Seperti yang kita tau bahwa, mau tidak mau waktu selalu menuntut kita untuk terbiasa, beradaptasi dengan hal baru sesuai usia,...

Comments 1

  1. UMJ Islami says:
    2 years ago

    i am very intersted in the information contained in this post.
    Visit UMJ Islami

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

26 April 2025
Promothean

Promothean

1 February 2021
Bebatuan dan Anyir Air

Bebatuan dan Anyir Air

23 March 2021
Gambar Artikel Puisi untuk Ibu : Mamak dan Kudapan Hina

Mamak dan Kudapan Hina

1 December 2020
Tontonan dari Bujursangkar

Tontonan dari Bujursangkar

20 June 2021
Gambar Artikel Bung Karno Di Ende, Remah remah kisah dari ende

Remah-remah Kisah dari Ende

7 January 2021
Seorang Lelaki dan Sungai

Seorang Lelaki dan Sungai

3 January 2022
Gambar Artikel Cintaku Urusan Orang Lain

Cintaku Urusan Orang Lain

2 November 2020
Mendikte dan Menyombongi Tuhan

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

12 February 2021
Gambar Artikel Puisi Musafir yang Selesai

Musafir yang Selesai

25 January 2021

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In