• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Sekala Niskala

Fajri Zulia Ramdhani by Fajri Zulia Ramdhani
18 April 2022
in Puisi
0
Sekala Niskala

https://unsplash.com/photos/-faTkS8srWc

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Luh, serupa-rupa kematian sama saja antara iraga yang kehilangan raga meski
atma kita berkeliaran sebelum diarak dengan prosesi membawa beya atau
ngabu dalam struktur adat yang kau bayang menyakitkan
leluhurmu yang terlebih dahulu dibara bersama lembu.

Akan iraga gendingkan Luh, dua pertiga pupuh
yang kerap kau senandung dalam banten pagi
petang dihidang. Takut-takut baktimu tak cukup, kamu bertutur
khawatir tak ada yang menerimamu pun saat Mokshatam Atmanam.
Luh, Lontar Sarwa Bebantenan yang terekam
di dada kananmu tertulis sloka: Banten
Pinaka Anda Buana.

 Sang Hyang bersuka memandang Luh ngae banten dengan suka,
mengaturnya rupa-rupa serupa saint-pierre rôti dari 25 rue Mazarine,
75006 dengan kembang warna-warni yang kau tata sekena suasana.

Mari kuajak kau menikmati debur pantai yang didatangi Mads
Johansen Lange di pertengahan 1830. Luh kau bebas
tertawa dengan semilir tak nyinyir dari lambai nyiur.
Kau tak perlu menahan kikik, seperti kau memapar peluh Puspanjali
bersama Mbok Nyoman di sore Sabtu. Kamu terkekeh, bertanya apakah
atma setelah pergimu menuju swah loka dan mencapai moksa?
 Dari isi kepala, ku mengerti Luh merdeka
bagimu serupa kembali Bima untuk melawan Kurawa dari Dewa Ruci yang
menyesap nyaman di relung dadanya. Bahwa perjalanan adalah kembalinya diri
dalam berjuang menyelesaikan.

Luh, jegeg tidak hanya rupawan dalam
visual maya yang diserupai filter warna-warni yang membuat memesona
dengan jumlah love beratus ribu. Ia serupa membijaksanai bumi
singgah, menatanya dengan hijau-hijau daun yang
kau tanam untuk makan dan sembah.

Aku kembali tak memahami Luh sejauh mana karma menggerogoti
serupa cicing yang menjilat di pucuk ruang melahap seperak-dua
perak dari kantong lusuh kusut lapar busung kita yang pasrah? Kita sudah
mati Luh,dua tahun dari juta-juta tamu yang mengisi perut-perut tak
kembali. Kita serupa menari di neraka yang membakar malu- malu kita
meminta-minta belas dari beras yang dipotong jatah?

Luh jika ia serupamu seuprit saja. Memandang bahwa hidup hirup haha
hihi yang dijalankan. Serupa titian yang membawanya jatuh ke tepian jurang. Manu
dalam Sansekerta yang harusnya cerminan, dilahap jadinya menguliti ia menjadi Panca
Klesa.
Lupa diri, asmita dipeluknya dalam dunia, avidya, raga merasuknya.

Raga iluh, memeluk mati tak pernah memilih nyen kembali maluan, dan
menikmati dharma dari bakti. Kembalilah jumawa, memeluk kehilangan menuju moksa
sambil berbekal gamelan dan riuh
Tout Oublier dan Enfance 80. Engkau niskala Luh,
dalam sekala yang dipeluk nir dari amerta.

Isi Koper 
Kamu harus dilipat rapat-rapat, dalam koper hijau sage yang dibeli
sesaat sebelum kepergianku menuju tempat jauh yang belum kutau berakhir kemana.
Kamu adalah yang dipakai dalam banyak agenda rapat-rapat,
hujan berat-berat, atau di kerumunan padat-padat untuk ootd
keseharian yang harus kupamerkan harian di berandaku, agar disukai
banyak pasang mata yang tak berhenti scrolling.
Kamu akan kubawa kemana saja aku ada, meski saat ini aku harus pergi jauh
sekali, berjam-jam melintas di atas udara dengan awan putih ceria atau
butek hitam karena cuaca.
Kamu adalah isi koper yang kukenakan eh kubawa-bawa dalam koper hijau
sage yang kini hancur puing karena dibanting petugas bagasi di simpang tujuan kita pergi

Buku
Aku tidak pandai mengeja baca asing di buku yang kau tulis
dengan perasaan kesal setelah kemarin malam merajuk soal aku
yang terlambat membalas chat.
Bukumu jadi kode-kode rumit yang tak mampu kupecahkan dengan kejap
mata usai dibaca, karena kamu akan bertambah merajuk kalau kubalas sekena.
Biasanya dalam bahagia, kamu akan menulis pesan dengan apa adanya tanpa
prasangka, menyebut dengan ceria mau apa, makan dimana, bahkan apa yang
akan kita lakukan dalam masa depan yang kau rangkai bersamaku semaunya. Aku terima.
Tentu saja semua jadi tak biasa dalam marah yang kau muntahkan dan lebih-lebih saat aku tak paham.
Bagiku kamu adalah buku, yang tak pernah selesai kubaca meski usia kita menua.

Tags: bukukopersekala niskala
ShareTweetSendShare
Previous Post

Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”

Next Post

Menyuarakan Mereka yang Terbungkam

Fajri Zulia Ramdhani

Fajri Zulia Ramdhani

Penulis ABCD Perempuan, asal Klungkung Bali. Aktif berkhidmat di Santri Mengglobal sebagai Koordinator Bidang Pendidikan dan Penerbitan. Menyukai puisi dan prosa apalagi ditambah segelas kopi pandan janji jiwa.

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Puisi Siap Saji

Puisi Siap Saji

22 Februari 2021
Gambar Artikel Game yang lagi viral tahun 2021. Higgs Domino. Chip. Spin. Game yang menghasilkan Uang

Game yang Lagi Viral di Tahun 2021

23 April 2021
Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal

Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal

18 Februari 2024
Mimpi Reyot

Mimpi Reyot

2 Juli 2021
Berteman dengan Kegagalan

Berteman dengan Kegagalan

7 Mei 2022
Nona dan Seikat Bunga Merah

Nona dan Seikat Bunga Merah

10 Agustus 2021
Pergi

Pergi

25 Maret 2021
Gambar Artikel Puisi Musafir yang Selesai

Musafir yang Selesai

25 Januari 2021
Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapan

Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapan

8 Desember 2021
Gambar Artikel Surat Cinta Awal Tahunku

Surat Cinta Awal Tahunku

5 Januari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.