• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 18 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Munajat dari Atas Kasur

Moh. Ainu Rizqi by Moh. Ainu Rizqi
9 Januari 2021
in Puisi
1
Gambar Artikel Puisi Munajat dari Atas Kasur

Sumber Gambar: https://www.behance.net/gallery/20952753/Second

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Puisi Munajat dari Atas Kasur

Sayup terdengar suara desahan di balik hujan
Dua selangkangan yang kontradiksi sedang beradu kecepatan
Yang terbaring pasrah, mendesah, dihunjam gairah
Aktivis berahi para lelaki keji

Lonte! Doa pasrah di balik payudaramu yang kenyal
Terdengar lantang di balik penis lelaki yang membual
Di sela desahmu, munajatmu berjalan menyusun aksara:

Tuhan, vaginaku tak lagi setia
Bibir ranumku penuh dengan aksara ‘uh’ dan ‘ah’ belaka
Payudaraku tersusun dari jemari kotor pria
Rasanya pedih
Habis sudah peluh untuk merintih
Sperma para pria masuk di rahimku yang telah mendidih

Tak hanya hati dan harga diri
Vagina turut serta dahaga akan gombalan palsu
Dari segala pelangganku

Hanya Engkau, Tuhan tempat mengadu
Hanya Engkau, yang setiap saat menggunakanku sebagai wayang
Kemudian membayarku dengan setiap hembusan nafas
Yang memberiku segala nikmat

Tapi aku sudah menjadi jalang yang laknat
Masih adakah pintu kamar yang senyap dari dosaku yang selaksa kuadrat?
Yang setiap malam hanya ada desahan, kenikmatan sepihak, lalu uang bayaran untuk makanku esok hari

Tuhan, aku ingin masuk ke kamar bersama-Mu
Di atas ranjang, kita bercinta layaknya pengantin baru
Aku mengangkat tangan, Engkau julurkan tangan
Hingga pada akhirnya, aku orgasme dalam keabadian-Mu

 

Yogyakarta, 2020

–

Pelacur Berjumpa Tuhan

Kumandang adzan telah berlabuh di telinga
Pinggiran jalan yang berisik adalah sesuatu asyik
bagi psikisku yang sedang terusik

Seorang tua tiba menatapku dengan bibir membentuk rembulan sabit,  “Nak, beri aku api untuk menyalakan rokokku, agar aku kembali merasakan hasrat merindu.“

Setelah tuntas nyala bara pada rokonya, seorang tua itu berkata, “Aku menyusuri lorong berahi sejak purba; sejak payudaraku merekah; sejak vaginaku baru saja merutinkan luapan darah.”

Semakin lama, semakin merah matanya. Mata yang tabah; mata yang pasrah; mata yang menelan amarah.

“Aku tidak menyalahkan hidup atas kejalanganku. Aku tidak menyumpah-serapahi orang tua atas keterlemparanku. Dan aku tidak menumpuk dendam atas orang yang me-neraka-kanku.“

“Perlu kau ingat, Nak. Tuhan itu Maha Welas Asih. Tuhan itu Maha Adil. Dalam setiap desah, aku melihat Tuhan di mata orang yang bergairah; dalam setiap penetrasi, aku melihat Tuhan meraba ruang hati; dalam setiap tuduhan, aku melihat Tuhan bersembunyi di balik umpatan.”

“Tuhan selalu ada di setiap pori-pori kulitku, Nak. Bahkan Tuhan selalu nampak di balik indah payudaraku kini. Tak ada yang tak diikuti Tuhan. Entah berdosa dan tercela, aku adalah pendosa yang berteduh bersama doa.“

Seorang tua itu kemudian lenyap ke dalam nganga mulutku. Aku larut dalam lamunan panjang, hingga seorang satpam mengingatkan, “Heh! Bangun…. Tidur di rumah! Bukan di trotoar..”

 

Malioboro, 2021

–

Aktivis Ranjang

Batang demi batang rokok terhisap
Yang dinanti tak kunjung datang
Sejak sore hari telah bersiap
Menjaja tubuh demi makan esok siang

“Beginilah aku,” gumamnya.
“Seorang aktivis di atas kasur
Panggil saja aku lacur
Meski dianggap hancur
Aku masih punya jiwa yang tak akan luntur
Wajahku penuh dengan pupur
Selangkanganku setiap hari terbentur
Malam bekerja, pagi baru tidur
Semua memang sudah teratur
Sejak aku masih bau kencur”

Tapi, bukankah keteraturan merupakan sebuah ketidakaturan itu sendiri?
Bukankah kebenaran adalah ketidakbenaran itu sendiri?
Bukankah kehinaan adalah ketidakhinaan itu sendiri? Dan
keterlenaan adalah ketidakterlenaan itu sendiri?

Entah apapun itu, hidupmu-hidupku adalah ketidakhidupan itu sendiri

 

Malioboro, 2021

Tags: malammunajatMunajat dari Atas KasurpelacurpuisiranjangrenungansajaksastraTuhan
ShareTweetSendShare
Previous Post

Pengarang Feminis

Next Post

Wahdatul Wujud: Sebuah Dialog Singkat Islam-Kristen

Moh. Ainu Rizqi

Moh. Ainu Rizqi

Alumni Aqidah Filsafat Islam UINSUKA dan Guru Honorer yang gemar ngopi sambil menulis

Artikel Terkait

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
Puisi

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya

22 Juni 2025

Kiat Marah yang Payah  Malam hari yang dingin mencekam cepat menusuk pori-pori. Dan keniscayaan lupa mendekam di hati dan kantong...

Comments 1

  1. Ping-balik: Penjual Susu dan Puisi Lainnya - Metafor.id

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Senja Carita

Senja Carita

24 April 2021
Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023
Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

19 Juni 2021
Gambar Artikel Puisi Munajat dari Atas Kasur

Munajat dari Atas Kasur

9 Januari 2021
Gambar Artikel Ada yang Tetap Kuat

Ada yang Tetap Kuat

3 November 2020
Goa Isolasi dan Surat Kecilku

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

19 Juli 2021
Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

15 Juni 2025
Soledad

Soledad

7 September 2021
Gambar Artikel Menulis dengan Holistik

Menulis dengan Holistik

1 November 2020
Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

7 Februari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.