Ketukan Pintu Dariku
ingin ke manakah hatiku berlabuh
jika tak ada pintu yang terbuka
pelarianku menyusuri pagi yang lain
berderu ombak di karang batin
masih adakah sejengkal halaman
yang sudi menadahiku
sebagai hujan
di saat sandyakala semakin muram
kau mungkin adalah ingatan
atau barangkali persimpangan
ruang pertemuan para musafir
yang haus dan kelaparan
semusim lagi, aku akan tiba
di teras sedihmu
akan kuketuk pintu
menjemput rindu
dan menjerit dalam kebisuanmu.
Kembangsore, 23 Jan 2019
ada yang berlaga seperti waktu
menyusupi ruang-ruang basah
tempat orang buangan sepertiku
ringkuh mendekap resah
kesadaran hanyalah palsu
seperti kelinci di topi pesulap
atau lelucon para pejabat
mirip suara nurani yang tersekap
linangan nasib mengaliri sekujur tubuh pertiwi
becek lumpur mengotori sanubari
dan sampah-sampah plastik khusyuk merasuki
pencernaan kami
cukup ingatkah kau
pada kenangan hangat
semasih di rahim ibu?
rasa aman dan waktu
belum menipu kita
tak ada peluru dan perundungan para pembenci
sosmed belum kau kenal
dan politik adalah alien
tapi di sana kau tak berpikir, sayang
: hanya gumpalan malam yang kedap suara
dan tak pernah merasa ada.
Yogyakarta, 2020
Titik yang Sama
hutan sedang layu
saat kau tatap senja
di buritan perahu bunga
dada mendayung angin sepi
menyonsong sarang mentari
dan kau tiba-tiba berpaling
dari jingga yang emas
menuju mataku
lantas berucap, “mungkin kecewa adalah
hela napas yang panjang.”
aku menyahut tanpa kedip
dan tempias suara cicit burung
isyarat menguping perbincangan kita
“dan putus asa barangkali adalah hujan deras
yang ingin menghibur si buta.”
kita kembali menatap titik yang sama
dan pandangan kita
bersipeluk di ufuk renjana.
Pacet, 2019