BERTAHAN
Di antara sabana
Akulah sebatang pohon tua
Memeluk akar-akar
Menyerap hujan ruah ke tanah
Sebelum membelah tebing-tebing
Di antara sabana
Akulah sebatang pohon tua
Di tiap tahan
Rindu berbuah
Tempat melepas kecemasan sebagai burung
Terbang melintasi kabut
Di antara padang sabana
Akulah sebatang pohon tua
Menerima hangat matahari
Dingin embun
Gigil hujan
Sejuk pagi
Hingga musim gugur berikutnya
Rindu luruh bersama daun kering
Menyisakan tangkai abu-abu
Rapuh dan patah
Riau, 2022
MENUNGGU
Waktu berguguran bagaikan daun
Pada musim gugur
kita tidak menanti siapa-siapa
Padanya
Mereka
Bahkan kau kasih
Waktu tak berhenti berlayar
Kita semakin mencapai puncak samudera
Ombak besar terkadang menerpa buritan
Layar sesekali patah, dirajut kembali
Kita tak menunggu siapa-siapa
Tapi setiap hari bertanya pukul berapa?
Hari apa?
Tanggal berapa?
Hanya sekedar ingin tahu
Bahwa sebentar lagi malam
Saat hari-hari begitu panjang, atau menunggu tanggal tertentu
Sebuah kabar baik lainnya
Agar segera dipercepat
Terkadang kita lelah tanpa kejelasan
Menjalani kehidupan
Berharap waktu cepat berlalu
Tapi sungguh kita tidak menunggu apa-apa
Selain dari pada kematian
Riau, 2022
ISTIRAHAT
Aku tidak akan berhenti
Sebelum menyeberangi laut
Menjelajah lembah
Gunung
Hutan
Serta bukit-bukit
Bila telah terisi bejana kosong
Dalam kepala
Napas leluasa
Aku akan duduk menikmati angin sore hingga pagi
Sambil mengingat petualangan sebelum mata lelap menikmati malam hingga fajar
Setelah malam-malam lalu
Nyenyak tak menyentuh
Separuh malam lesap di dunia petualang
Riau, 2022
HUJAN
Juni adalah musim gigil
Merambat hingga ke bilik
Tempat hangat selain pelukan ibu
Purnama kian berlabuh
Perjalanan semakin jauh
Sejak matahari berlabuh di petala
Dingin sering menjalar diam-diam
Tanpa matahari dari pelukan ibu
Aku bagaikan musim basah
Dengan ratusan gerimis
Hari-hari berlalu
Sembari menunggu musim itu reda
Aku meracik matahari
Dari kekuatan yang dialirkan dadaku
Riau, 2022
PELUKAN IBU
Sejauh apa pun jarak
Pelukan ibu mampu menjemput kerinduanmu yang ungu
Hangat itu menjalar hingga kotamu
Menyentuh ingatan
Tentang aroma tubuh ibu
Adalah wangi yang tak bisa diracik
Oleh kata-kata
Serta tangan yang lihai merangkai diksi
Suaranya serta aroma nasi di tungku
Percikan api memakan kayu
Tentang sawah-sawah yang hijau, kuning hingga abu-abu
Dongeng ibu
Tentang kunang-kunang
Ia sebut sebagai kuku orang-orang mati
Asmara burung pelatuk merindukan bulan
Juga mitos-mitos yang dianggap konyol
Tentang hantu-hantu yang menyembunyikan anak-anak
Bila bermain petak umpet
ketika senja berwarna merah
Semua kenangan
Menghangat di tubuhku
Sebagai pelukan ibu
Riau, 2022
Comments 1