Tulisan Ulu
Aku selalu mengeluh di sepertiga malam – badan merasa fit, mata bagai burung hantu, kaki dan tangan juga seagak-nya wayang
Sedang manusia-manusia tertidur; melanglang buana mimpian. Kapan lagi? Itu berulang-ulang. Sementara jari tangan tidak habisnya memegang tinta hitam
Dewasa ini, di sisa umur 50 tahun yang akan datang, jadi seperti apa tubuhku ini? Apakah kembali mati bernapas sebelum jam sepuluh malam? Sukar sekali diriku membayangkan
Berapa banyak kerikil otak terkikis di dalam pikiran. Tergesek di antara ubun-ubun.
Gembel aku! Rambutku terus mengikal seperti kapuk
Sebenarnya siapa “aku“?
2023
Ulat Bulu Yang Sunyi
Ulat yang malang; nomadik
kini tubuhnya menggambar kelelahan alam
Kelam – seperti hutan-hutan di Kalimantan. Ia membawa sulut api di sengatannya, tapi hendak ke mana ingin pergi? kematian menghampirinya lewat sini
Memotret roda ban mobil; seperti gilasan kejam para melata. Tunggu aku! Kita akan mencari hidup bersama-sama.
2023
Kaum Liberal di Serambi Mekkah
Kamu menjadi liberal hari ini; kobaran api berombak, meradak masuk ke tubuhmu
Air lautnya ke mana ya? Garam-garam manis, aku menyantap tunasusila. Oh! uh! adalah ungu. Jalang mendesah, menggeliang-geliutkan tubuhnya
Surga-surga menjauh, matahari menyinari bulan, wanita bersetubuh dengan setan.
2023
Baca juga: Puisi-Puisi Larasati Ounna Nafista
Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal
Imajinasi datang ke warung tegal. Otak-otak itu lapar, ia memesan ruang makan – kosong
Sebuah piring berisi kemiskinan menyisakan rintih-retak negeri Afrika
Tanah menyembur perut dan memastikan ketidakrelaan bangunan-bangunan tinggi kian merajut
Sebuah kekayaan bukanlah kekayaan jika warung tegal menjual lisensinya ke bahu asing
Keluh kesah tumbuh di ginjalnya memotret keroncongan lewat sinar x; perbedaan orang kelaparan dan orang rakus memakan punuk-punuk lembu di gurun usang.
2023
Bumi Menangis
Kemarin, aku lihat bumi berlinang-linang di jalan raya.
lagi-lagi, sebuah pagi adalah wanti-wanti
aku panggil Jason Ranti untuk menyanyikan persoalan hidup,
tetapi liriknya berkias frontal
aku panggil Afrizal Malna membaca puisi,
tetapi pengendara saling tabrak lari
aku panggil Kiai Mustofa Bisri,
kultum pagi malah jadi haluan
aku panggil kematian, orang-orang berhenti mendahulukan surga.
Apakah bumi sudah terisi neraka?
2023