Sajak Asal Njeplak
ada yang asu di matamu
keringat zaman mendung di pelupuk raimu
hanya kedip suara hujan yang mencolot ke kandang babi
: tempat korupsi
beralamat di batinmu sendiri
langit cuma hampa
tidak ada celeng terbang di sana
tidak seperti di negeriku
celeng bisa naik haji dan makan jembatan
esok pakai peci dan kontan jadi rujukan
adakah yang kurang taek di negerimu?
redup tangis gelandangan ngeleset di tepi trotoar
pekik kalam bisu yatim piatu peradaban
sampai sepatu, kerah baju,
dan dasi yang jadi berhala
semua akan teletong pada waktunya
mulanya lezat, segar menggoda
masuk terlumat, dicerna jadi energi
sisanya kembali ke sangkan paraning dumadi: tai
siapa yang tidak gampang geram di negeri ini?
puisi asal njeplak ini pasti disebut bukan puisi
bahkan dituduh penista, narasi kebencian,
atau sekadar ludah kemarin pagi
anehnya, jika semua keteletongan dan peneletongan ini
tak cukup jancuk untuk menggedor sadarmu
maka dusta yang mana lagi yang akan kautuhankan?
Umbulharjo, 2 Desember 2020
–
Lagu Anak-Anak Bangsa yang Mati Sejak dalam Kandungan
pok ame-ame belalang kupu-kupu
elit ngumpul rame, kalo rakyat dipaidu
pok ame-ame belalang kupu-kupu
DPR makan sate, kalo rakyat mangan watu
pok ame-ame belalang kupu-kupu
rakyat nyambut gawe, kalo pejabat malah turu
hompimpah alaihom gambreng
wong cilik pake baju rombeng
hompimpah alaihom gambreng
koruptor podo koyok celeng
hompimpah alaihom gambreng
yang jujur pasti ditempeleng
hompimpah alaihom gambreng
ternak wong pinter tapi kaleng-kaleng
wo dhowo sing dhowo dadi
Edhy Prabowo hanya katut korupsi
asline yo ora mung siji
Sleman, 27 November 2020