• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Jumat, 17 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Upaya Menemukan Kepastian Hidup Ala Spinoza

Dani Yot by Dani Yot
25 November 2021
in Esai
0
Upaya Menemukan Kepastian Hidup Ala Spinoza

https://biografi.kamikamu.co.id/spinoza-mengungkap-realitas-absolut/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Setelah melewati masa kegelapan pengetahuan, Barat di antara abad ke-15 dan 16 memulai babak baru yang dikenal dengan sebutan modern. Istilah yang menandakan zaman yang baru, yang digagas oleh semangat intelektual dan humanisme untuk melawan dominasi irasional gereja (F. Budi Hardiman:2004). Pada zaman ini semangat rasionalisme hadir untuk menjadi lawan dari pola pikir keagamaan abad pertengahan yang hierarki dan rentang dimanipulasi, dan sepertinya masih ada hingga abad ke-21 ini.

Tokoh-tokoh pemikir yang bermunculan di masa tersebut biasa dikenal dengan kelompok rasionalis yang begitu mengedepankan rasio ketimbang indra. Di antaranya adalah Descartes, Leibnis, Blaise Pascal, dan juga Spinoza. Tokoh-tokoh ini muncul dengan ragam corak rasionalisme yang berbeda-beda. Lalu apa yang ditawarkan Spinoza dalam menemukan kepastian hidup yang membingungkan ketika itu? Mari kita mulai dari kisah hidupnya.

Mendahului Karl Marx, Spinoza merupakan salah satu pemikir besar filsafat modern di awal perkembangannya. Ia lahir di Amsterdam pada tahun 1632 dari keluarga yang memiliki posisi cukup penting dalam kelompok Yahudi (Anthony Kenny:2006). Orang tuanya bernama Michael Spinoza dan Hannah Deborah, merupakan imigran dari Portugal. Pada perjalanan hidupnya, Spinoza perlahan menghilangkan praktik peribadatan Yahudi akibat rasa skeptisnya hingga ia dikucilkan. Setelah diusir dari kalangan Yahudi di umur ke 24 ia mengubah nama ibraninya, Barukh, ke nama latin, Benedictus dan hidup menyendiri sebagai pengrajin lensa kacamata.

Van Den Enden adalah satu guru yang paling berperan dalam kehidupan Spinoza. Guru bahasa latin yang membuatnya bisa membaca karya filsafat dan menuliskannya. Ketika itu bahasa latin adalah bahasa utama dalam pelajaran filsafat di tempat Spinoza. Selain itu Van De Enden juga adalah orang pertama yang mengenalkan karya Descartes pada Spinoza, yang kemudian hari banyak menyita fokusnya.

Spinoza merupakan tokoh pertama yang mempelajari kitab suci sebagai dokumen sejarah, yang bisa dikritik dan dipaparkan keterbatasan intelektualnya (Steven Nadler:2006), hal ini merupakan upayanya untuk mengoptimalkan pemikiran rasional. Mengusahakan pemikiran filosofis dalam memahami ajaran agama sepertinya menimbulkan kemarahan banyak tokoh keagamaan. Meskipun pemikiran filsafatnya berbicara seputar ide ketuhanan, kaum ortodoks menuduhnya tidak bertuhan. Suatu prasangka yang sembrono untuk menilai Spinoza seperti itu, bukan main.

Pada tahun 1677 Spinoza menemui kematiannya. Tanpa disangka-sangka, pekerjaan uniknya sebagai pengrajin lensa membuatnya menghirup kaca selama bertahun-tahun ia bekerja. Tapi tokoh yang satu ini tidak mati tanpa meninggalkan karya, sebutlah Renati Descartes Principiorum Philosophiae (Prinsip Filsafat Descartes, 1663), Tractatus Theologico-Politicus (traktat Politik-teologis1670), Tractatus de intellectus emendation (Traktat tentang perbaikan pemahaman, 1677), dan juga karya paling pentingnya yang terbit setelah kematiannya, Ethic masih bisa kita temukan dan pelajari, ketimbang scroll-scroll TikTok terus.

Sekarang kita bahas pemikirannya. Rasionalisme Spinoza berangkat dari suatu upaya untuk menemukan suatu hal yang pasti bagi segala bentuk pengetahuan. Baginya hal yang pasti itu adalah substansi. Berbeda dengan Descartes yang mengatakan bahwa substansi terbagi menjadi tiga. Bagi Spinoza hal itu sudah sangat bertentangan dengan konsep substansi itu sendiri. Substansi baginya hanyalah satu, dan yang satu ini merupakan hakikat dari segala sesuatu yang kita kenal dengan sebutan Tuhan. Mengapa Tuhan? Karena hanya dia yang bisa menjadi satu substansi yang pasti dan menjadi sebab dari segala ada yang lain.

Satu substansi atau satu zat yang menjadi hakikat dari segala sesuatu ini adalah yang murni mengatur segalanya. Tiada peluang untuk mental dan fisik di dalamnya, semuanya kembali pada substansi yang satu. Dan adanya substansi tersebut tidak seperti adanya segala sesuatu yang hadir karenanya. Bagi substansi tak terbatas ini tidak ada benar dan buruk, semuanya adalah keseluruhan yang berjalan bersama substansi. Keburukan atau negasi hanya ada pada makhluk, yang terbatas melihat sesuatu hanya pada satu bagian, tidak secara menyeluruh (Bertrand Russell:2016).

Tuhan merupakan satu-satunya substansi, dia merupakan hakikat dari segalanya maka segala sesuatu bergantung padanya secara menyeluruh. Seperti penulis tulisan ini yang adalah satu orang, editornya satu orang, pembaca di balik layar juga merupakan satu orang, tapi kita semua merupakan kesatuan orang-orang yang berada dalam lingkungan tulisan ini. Dan bagi Spinoza kita adalah makhluk yang bergantung pada satu substansi, boleh jadi berbeda-beda dalam hal lain tapi sama di bagian ia bergantung. Hal yang sama juga terjadi pada waktu, masa kini, masa lalu, dan masa depan adalah satu bagian tersendiri, tetapi ke semuanya merupakan kesatuan.

Corak yang bisa kita temukan dalam pemikiran Spinoza adalah upaya menemukan kepastian dari segala sesuatu melebihi kesadaran akan diri yang hanya berpikir, seperti yang dilakukan Descartes. Kepastian tersebut terdapat pada zat yang segala sesuatu merupakan hasil darinya, atau bahkan secara lebih panteistik bisa kita pahami bahwa segala sesuatu merupakan sang substansi itu sendiri. Seperti yang Spinoza katakan: “Semua adalah satu dan yang satu itu bersifat ilahi” (Bryan Magee:2012). Tindakan ini Spinoza lakukan dalam menjawab kebingungan banyak pemikir atau filosof tentang hakikat hidup manusia, perdebatan panjang yang menjadi permasalahan dalam hidup Spinoza. Tapi perlu dicatat gagasan ini hanyalah satu dari banyak buah pemikiran Spinoza yang tidak bisa semuanya dibahas di sini. Ya kali jadi jurnal penelitian.

Sebagai penduduk bumi di tahun 2021 kita pasti memiliki beragam masalah, entah di bagian ekonomi, pendidikan, sosial, percintaan, atau bahkan dalam dunia pemikiran seperti yang menjadi fokus Spinoza. Kita bisa mengambil pelajaran untuk masalah tersebut dari banyak sumber, entah guru, orang tua, teman, termasuk dari gagasan pemikir kelahiran Belanda tersebut. Kita bisa menjadikan kesatuan substansi makhluk dan cara pandang menyeluruh Spinoza sebagai pertimbangan dalam menyikapi suatu masalah. Kita bisa berpikiran lemah dengan berkata bahwa seseorang bernasib lebih baik karena takdir. Mencari-cari alasan untuk membenarkan pendapat itu dan selamanya dirundung rasa kecewa. Menangis dan menyesali sulitnya hidup terlalu lama dan berakhir tanpa menyelesaikan apapun. Membuang-buang waktu adalah hak semua orang tapi itu bukan hal yang harus dilakukan.

Di sisi lain kita bisa berpikir bahwa semua makhluk di dunia ini memiliki satu substansi, dan karenanya jika ada satu orang bisa sukses maka semua orang juga, jika dia bisa berusaha keras maka saya juga, dan bila nasib baik bisa mendatangi orang lain hal itu juga berlaku pada saya. Serta cobalah lihat sesuatu secara menyeluruh, apakah benar orang yang kita anggap bernasib baik dalam satu aspek kehidupan itu bernasib baik di bagian lainnya juga. Karena bisa jadi mereka menangis, kesepian, dan patah hati di tengah kehidupan baiknya, sedangkan kita masih bisa bahagia, tertawa, dan banyak teman di tengah hidup yang kere, jomblo, dan pengangguran ini.

Tags: esai kehidupangaya hiduppuisi sejarahsejarah spinozaspinoza
ShareTweetSendShare
Previous Post

Sebungkus Sunyi

Next Post

Perihal Kelahiran

Dani Yot

Dani Yot

Dani Yot Pegiat lauk tahu tempe IG : @dani_yot

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

19 Desember 2020
Mendikte dan Menyombongi Tuhan

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

12 Februari 2021
Gambar Artikel Puisi Pengasingan

Pengasingan

27 Januari 2021
Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

20 April 2022
Ayat-ayat Alam Raya

Ayat-ayat Alam Raya

19 Juni 2021
Gambar Artikel Puisi untuk Ibu : Mamak dan Kudapan Hina

Mamak dan Kudapan Hina

1 Desember 2020
Gambar Artikel 7 Kumpulan Lagu Barat yang Asik / Enak di Dengar Kuping. Kumpulan Lagu yang bikin hati kalian melted / meleleh

7 Lagu Barat yang Asik di Kuping

26 Februari 2021
Maraknya Perundungan Tanda Rendahnya Budaya Literasi

Maraknya Perundungan Tanda Rendahnya Budaya Literasi

17 Maret 2024
Retorika Lucu

Retorika Lucu

11 Agustus 2021
Ihwal Mawat

Ihwal Mawat

7 Februari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.