• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 13 September 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Jahm bin Safwan: Sosok Ekstremis Klasik di Islam

Dewi Zulaicho by Dewi Zulaicho
28 Desember 2020
in Esai
0
Gambar Artikel Jahm bin Shafwan: Sosok Ekstremis Klasik di Islam

Sumber Gambar: http://fabforgottennobility.tumblr.com/post/102633671678

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Seperti yang saya cantumkan dalam judul artikel pendek ini mengenai salah satu tokoh Mutakallim yakni Jahm bin Safwan. Namun, sebelum membahas tentang pemikiran beliau,  apakah pembaca sudah mengetahui apa itu ilmu kalam?

Ilmu kalam ialah suatu ilmu yang menelaah perkara ketuhanan dan sifat-sifat-Nya dengan berlandaskan dalil-dalil yang naqli dan aqli (Abdur Razak, 2006). Dalam suatu agama, kajian mengenai ilmu kalam memiliki tingkat kedudukan yang urgen di mana hal tersebut digunakan sebagai metode untuk meyakinkan hati dan memperkokoh kepercayaan agama serta menghilangkan segala keraguan.

Salah satu aliran klasik dalam ilmu kalam adalah Jabbariyah dengan tokohnya Jahm bin Safwan. Di aliran Jabbariyah sendiri terdapat dua kategori, yakni Jabbariyah ekstrem dan Jabbariyah moderat. Jabbariyah ekstrem biasa disebut dengan Jabbariyah Jahmiyah, di mana aliran ini berpendapat bahwa segala yang dilakukan oleh manusia itu berasal dari Allah, baik perbuatan yang baik maupun yang buruk semua muncul sebagai bentuk qadha’ dan qadar Allah. Dedengkot dari Jabaris ekstrem ini adalah Jahm bin Shafwan. Namanya menjadi identitas dari kelopok Jabariyyah ini.

Jahm yang memiliki nama lengkap Abu Mahrus Jahm bin Safwan juga dikenal dengan sebutan Abu Makhraj dari Khurasan. Ia lahir pada tahun 696 M dan meninggal pada tahun 745 M karena dihukum mati. Jahm merupakan salah seorang murid Ja’ad bin Dirham. Jahm dikenal sebagai sosok yang cerdas, pemberani, serta fasih dalam berbicara. Ia pernah menjabat sebagai seorang juru tulis dan mubaligh di Khurasan. Hal yang paling menonjol dalam diri Jahm ia lihai berdebat (Ris’an Rusli, 2015:35).

Sebagai penggagas aliran Jabariyyah Jahmiyah, ia sangat bersemangat sekali dalam menyebarluaskan ajarannya mengenai agama sehingga memiliki beberapa pendapat yang kontroversial, di antaranya:

Pertama, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Pernyataan Jahm ini menempatkan manusia sebagai makhluk yang mati dan tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas dalam kehidupannya. Menurut Jahm manusia itu seperti wayang yang dikendalikan oleh Dalang (yang disebut Dalang yakni Allah) yang bilamana segala perbuatan, keadaan apapun yang terjadi dalam dirinya merupakan suatu susunan kehidupan yang telah dirancang oleh Allah dan sebagai manusia kita hanya bisa pasrah (Nasution, 1986:34).

Sepintas, pandangan Jahm ini memang ekstrem, sebab menempatkan manusia pada kondisi yang tidak berdaya sama sekali dalam kehidupannya. Padahal, manusia diciptakan dalam wujud terbaik di antara makhluk-makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam QS. At-Tin: 4. Manusia juga dibekali dengan akal yang berfungsi untuk berpikir dan penimbang dalam bersikap dan berbuat seperti dalam QS. Al-Hasy:14 yang berbunyi:

“Mereka tidak akan menyerang kamu dalam keadaan padu, kecuali di dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok-tembok. Permusuhan antarsesama mereka sangat hebat. Engkau mengira mereka Bersatu padahal hati mereka berpecah belah. Itu disebabkan karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak berakal. Yakni tidak menggunakan akalnya untuk meraih pengetahuan dan hikmah.”

Kedua, Iman cukup dalam hati saja. Jahm mengatakan bahwa ketika seseorang beriman maka cukup hanya dalam hatinya saja tanpa menampakkan dengan amal perbuatan. Karena menurutnya amal itu tidak penting dan iman setiap manusia itu sama saja tidak ada yang membedakan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Sebab iman sifatnya tetap tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Hal tersebut merupakan sebuah penyelewangan yang sangat jelas. Karena ketika seseorang beriman, maka ia akan mengimplementasikan keimanan tersebut dengan melakukan amal perbuatan yang baik. Karena iman tanpa ihsan ibarat mengisi air dalam gelas yang berlubang besar, yakni sia-sia (Sabiq, 1996 : 95)

Ketiga, mengenai tidak kekalnya surga dan neraka. Pandangan Jahm ini bertolak belakang dari ijmak ulama yang sepakat bahwa surga dan neraka itu bersifat kekal. Karena kedua tempat tersebut merupakan tempat kembalinya manusia setelah melewati kehidupan di dunia. Manusia akan berada dalam salah satu tempat tersebut sesuai dengan amal perbuatan yang telah dikerjakan selama masa hidupnya di alam dunia. Dan telah jelas dalam salah satu surah dalam al-Qur’an yang didalamnya menjelaskan bahwa orang-orang kelak akan kekal dalam surga dan neraka-Nya Allah SWT.

Keempat, Allah tidak mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Pernyataan Jahm tersebut sudah jelas kontroversial. Bagaimana mungkin Allah tidak mengetahui sesuatu walupun itu belum terjadi, sedangkan sudah jelas Allah memiliki 99 nama yang salah satu nya yakni “Al-Alim” yang berarti “Allah Maha Mengetahui”. Allah mengetahui segala sesuatu yang ada dimuka bumi, sedangkan pengetahuan manusia bersifat terbatas. Bagaimana mungkin ilmu pemain bisa disamakan dengan ilmu Sang Pencipta, hal tersebut sangat mustahil adanya (Shihab, 2000:114).

Kelima, al-Qur’an bukan lah kalam Allah, melainkan makhluk sama halnya manusia. Jahm menafikan bahwa al-Qur’an itu bersifat qadim, dahulu sedangkan makhluk merupakan sesuatu yang baru. Ayat-ayat al-Qur’an diturunkan sebagai kalam yang bisa dikatakan sebagai salah satu sifat Allah yakni berbicara. Jahm berpendapat seperti ini karena ia juga menolak akan adanya sifat-sifat Allah (As-Syarastani, 2004:140) .

Demikian lah sosok Jahm bin Abu Shafwan, seorang ektremis klasik yang menjadi dedengkot aliran Jabariyah Jahmiyah. Pandangan-pandangannya banyak yang kontroversial dan kontradiktif dengan ijmak. Belajar dari sosok ini, sebagai muslim sepatutnya tidak bersikap ekstrem dalam bersikap dan bertindak. Jahm adalah contoh ketika pendapat-pendapatnya sangat kontroversial pada waktu itu, akhirnya ia harus berakhir tragis karena dihukum mati. Wa Allahu A’lam.[]

Tags: ilmu kalamislamJabbariyahJahm bin Shafwanteologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Melebur Bersama Tuhan dengan Tarian

Next Post

Seringai Pedih yang Ia Tulis

Dewi Zulaicho

Dewi Zulaicho

Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya. Akun Instagram: @z.dewiii

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Gerakan Mosi TIdak Percaya: Sumpah dan Nasionalisme (Tertinggi) Pemuda

Gerakan #MosiTidakPercaya : Sumpah dan Nasionalisme (Tertinggi) Pemuda

5 November 2020
Hadir itu Bukan Kamu

Hadir itu Bukan Kamu

25 Agustus 2021
Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

25 Juni 2021
Promothean

Promothean

1 Februari 2021
M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

25 Februari 2021
Mengotak-atik Singkatan Merk Rokok

Mengotak-atik Singkatan Merk Rokok

5 Maret 2021
Doa Pengembara

Doa Pengembara

1 Juli 2022
Di Atas Sebuah Kertas

Di Atas Sebuah Kertas

13 September 2021
Gambar Artikel Tabiat Arunika dan Kotak Pandora

Tabiat Arunika dan Kotak Pandora

24 November 2020

Calon Kepala Desa

5 Maret 2024
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (214)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (141)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (71)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.