• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 21 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi

Problematika I’m Okay

Chintya Amelya P. by Chintya Amelya P.
29 Desember 2020
in Sambatologi, Surat
0
Gambar Artikel Makna Problematika I'm Okay.

Sumber Gambar: https://pngtree.com/freebackground/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Perasaan yang kian lama terpendam kadang menyisakan kesedihan batin yang tak berkesudahan. Memendamnya tentu bukan tanpa tujuan. I’m okay, adalah kalimat yang bisa menjadi salah satu tujuan mengapa terlihat baik itu baik untuk mengindahkan keadaan.

Semua orang pasti pernah berada di titik terendahnya masing-masing. Dan di setiap titik dari masing-masing manusia ini pasti memiliki perbedaan. Entah berbeda sakitnya, berbeda jangka waktunya, hingga berbeda penyikapannya.

“Kamu kenapa?”

            Pertanyaan yang akan muncul ketika kita berada pada kondisi yang terlihat tidak seperti biasanya. Mendengar pertanyaan itu tak perlu pikir panjang, “Aku nggak apa-apa” akan selalu menjadi jawaban. Tentu, dengan dukungan lipatan sabit pada bibir untuk mendukung kebohongan manis kita ini.

Ketika I’m okay ini menjadi tujuan menutupi kesedihan, maka kebahagiaan hanya datang untuk mampir saja tanpa maksud menetap.

Pernah mengalami keadaan di mana tiba-tiba nangis tanpa sebab apapun? Itulah bentuk lelahnya dirimu atas pemaksaan terlihat baik yang kamu lakukan. Emosi yang timbul pada diri tidak untuk ditutupi, kawan. Emosi hadir untuk disikapi.

Mungkin dengan kita merasa baik, untuk sementara waktu itu akan baik. Namun, tidak 100% baik, bukan? Misal kita sudah merasa bahagia saat ini, itu pun hanya akan menyentuh angka 99% dari ruang kebahagiaan kita, 1%-nya ke mana? 1% ini lah yang kalian tumpuk bertahun-tahun dan meluap di saat yang kalian sendiri tak pernah merencanakannya. Ya, jadilah nangis tanpa sebab seperti itu. 

Jangan mengharap bahwa dengan menutupi segalanya, maka segalanya akan tertutup begitu saja. Mungkin benar kau berhasil menutupinya dari khalayak luar. Namun, bagaimana dengan dirimu sendiri? Bukankah sudah terlampau sering kita membohongi diri kita sendiri? Lalu, mau sampai kapan?

Berani berkata “I’m not okay” tidak menjadikan kita menjadi manusia yang lemah. Kejujuran akan membawa kita akan kesadaran sejati. Bahwa dengan jujur, kita sadar atas perasaan yang timbul dari gejolak hati. Dengan jujur, kita tak lagi sibuk berpura-pura terlihat baik untuk menjadi baik. Just be yourself then you will be happy.

Yang hidup dalam keluarga broken home, tidak menjadikannya lebih rendah dari mereka yang hidup dan punya keluarga yang utuh. Yang masih sendiri, tidak menjadikannya lebih rendah dari mereka yang sudah punya pasangan. Yang kehilangan, tidak menjadikannya lebih rendah dari mereka yang masih memiliki. Yang berjuang dengan mental illness-nya, tidak menjadikannya lebih rendah dari yang sehat lahir batinnya.

Hidup bukan perihal perbandingan. Tidak ada tingkatan kesedihan atau kebahagiaan. Kebaikan atau keburukan. Hidup adalah puncak dari penerimaan. Di mana kita mampu menerima atas segala yang terjadi dalam hidup kita, di situlah kita mampu merasa hidup atas kehidupan yang diberikan oleh-Nya.

Kesedihan tidak hadir untuk selamanya menetap di hidup kita. Bukankah setelah hujan akan ada pelangi indah menghiasi mata? Namun, perlu diingat kembali bahwa pelangi pun tak akan selamanya hadir untuk menghiasi hidup kita.

Jika sedih, sedih saja. Tapi, jangan berlebihan dengan terus berlarut di dalamnya. Jika bahagia datang, berbahagialah. Tapi, jangan terlalu hanyut pada kebahagian yang menyilaukan mata.

Tuhan memasangkan segalanya untuk menyeimbangkan kehidupan kita. Tanpa kesedihan, kita tak pernah tahu nikmatnya tawa, bahagia, atau gembira. Tanpa bahagia, hidup hanya akan menjadi tempat kosong yang penuh nestapa.

Nikmati waktu yang ada. Sedih, nangis itu wajar. Itu bukan aib yang perlu ditutupi. Biarkan tangisan meluapkan segala kesedihan yang kamu rasakan hari ini. Lalu, kembalilah dengan tawamu esok hari untuk menambah keindahan di alam jagat ini.

Dan untuk kamu yang merasa bahwa temanmu, saudaramu, anakmu tak baik-baik saja, jadilah manusia yang penuh kehormatan dalam bersikap. Pertanyaan memaksamu yang serba ingin tahu itu tak menjadikanmu terlihat peduli. Itu adalah bentuk keegoisanmu akan suatu hal yang sejatinya bukan untuk dirimu ketahui. Cukup jadi tempat baginya bersandar. Jika ketulusan yang kau tawarkan, kepercayaan darinya akan kau dapatkan.

Lalu, jika kau bertanya apa susahnya jujur dengan apa yang dirasakan?

Bagaimana kita bisa jujur mengatakan sesuatu yang bahkan kita tak ketahui itu apa? I’m okay bukan hanya perihal jawaban agar pertanyaannya selesai, bukan pula hanya perihal untuk menutupi ketidak-baik-baik-sajaan. Tapi, tak jarang kita sendiri tak tahu kita ini kenapa.

Akhir kalimat, ini hanya sebuah pesan untuk diri. Entah diriku sendiri, mungkin dirimu yang lagi baca, atau dirinya yang sedang tak lagi ada kabarnya.[]

Tags: hidupi'm okayjujurmaknamanajemen mentalpsikologisambatologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Sunyi dalam Kerinduan

Next Post

Bulan yang Lahir dari Penderitaan

Chintya Amelya P.

Chintya Amelya P.

Mahasiswa asal Tuban, Jawa Timur, yang merasa salah jurusan. Kuliah di Yogyakarta. Kesibukan sekarang kuliah dan menulis saja. Bisa disapa di Instagram @chintyaamelyaa.

Artikel Terkait

Belajar Mengitari Israel
Cangkem

Belajar Mengitari Israel

19 April 2023

Kebetulan tulisan saya kemarin di rubrik ini bertali-singgung dengan Israel. Kebetulan juga saya seorang pemalas akut. Daripada cari bahan nyangkem...

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku
Cangkem

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 Maret 2023

Saya ini sekarang suka nulis, tapi kalau disuruh. Disuruh empunya web ini, contohnya. Tiga tahun lalu saya nulis kayak orang...

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan
Cangkem

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 Maret 2022

Silakan kalau anda ingin memfitnah saya sebagai orang yang sedang misuh atau berkata kasar sejak dari judul. Tapi kontol sebagai...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Pengarang Feminis

Pengarang Feminis

9 Januari 2021
M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

25 Februari 2021
Kopi yang Tumpah Sebelum Diangkat

Kopi yang Tumpah Sebelum Diangkat

3 Maret 2021
Gambar Artikel Pecel Lele Batas Kota

Pecel Lele Batas Kota

8 November 2020
Gambar Artikel Sajak Asal Njeplak

Sajak Asal Njeplak

20 Desember 2020
Doa

Doa

18 Juni 2021
Gambar Artikel Syahadat 12 Bar, Puisi Blues

Syahadat 12 Bar

22 Januari 2021
Sebuah Limerick yang Gagal

Sebuah Limerick yang Gagal

22 Maret 2022
Puasa dalam Pandangan Budaya Pop dan Gejala Pseudo-Spiritualisme

Puasa dalam Pandangan Budaya Pop dan Gejala Pseudo-Spiritualisme

6 April 2022
Perilaku Umat Beragama Kiwari: Sebuah Ironi

Perilaku Umat Beragama Kiwari: Sebuah Ironi

29 Maret 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.