slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan - Metafor.id
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Komentarium

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

Mohammad Azharudin by Mohammad Azharudin
16 February 2022
in Komentarium
0
Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

Sumber gambar: https://www.vice.com/amp/en/article/43gz8n/these-handcrafted-collages-are-hopelessly-lost-in-thought

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Fenomena ‘hijrah’ bukan hal yang asing lagi bagi kita. Saya sendiri kurang begitu paham kapan awal-mula munculnya fenomena hijrah ini. Yang jelas, fenomena ini memang punya dampak yang besar, khususnya, bagi anak muda.

Dari apa yang saya amati, istilah ‘hijrah’ umumnya disematkan pada mereka yang mulanya nggak berhijab, jadi berhijab; yang mulanya nonton vlog Atta Halilintar, jadi nonton kajian-kajian Islam; yang mulanya follow banyak akun olshop, jadi follow akun-akun yang menyebarkan konten islami; yang sebelumnya manggil temannya “bro/sis!”, berganti jadi “ya akhi/ukhti!”; dan perubahan-perubahan sejenisnya.

Sayangnya hal tersebut justru mengindikasikan bahwa istilah ‘hijrah’ mengalami penyempitan makna. Contoh nyata bisa dilihat pada orang-orang yang mengenyam pendidikan di pesantren. Mereka sudah pasti dapat pendidikan agama, setiap hari malahan, tapi kenapa istilah ‘hijrah’ nggak disematkan pada mereka?

Istilah ‘hijrah’ ini nampaknya diambil dari hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Umar ibn al-Khattab. Terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, penggalan terjemah hadis yang dimaksud kurang lebih begini, “…Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”.

Bila dilihat dari sisi etimologi, hijrah bermakna “meninggalkan”. Nah, dari sini bisa diketahui bahwa hijrah tidak hanya bisa disematkan pada kriteria-kriteria yang disebut di atas tadi. Messi yang pindah dari Barcelona ke PSG, itu hijrah. Adek berkacamata ninggal aku rabi, itu hijrah. Hijrah dari hati saya ke hati laki-laki yang di sampingnya berikrar “qabiltu nikaha wa tazwijaha”. Jadi, sebenarnya makna hijrah itu luas banget. Bicara soal hijrah, faktanya ia tak hanya diminati oleh anak-anak muda pegiat media sosial. Hijrah juga banyak dilakukan oleh kalangan selebritis.

Beberapa nama artis yang sudah tercatat dalam list ‘insan hijrah’ misalnya Virgoun, Alyssa Soebandono, Dude Herlino, Teuku Wisnu, Shireen Sungkar, Sakti (eks gitaris Sheila On 7), Arie Untung. Tak juga yang belakangan ramai diperbincangkan orang gara-gara statement-nya tentang musik haram, siapa lagi kalau bukan Uki (eks gitaris NOAH).

Hal yang paling menarik adalah apa yang mereka lakukan setelah hijrah. Tidak sedikit di antara mereka yang ikut meramaikan panggung dakwah Islam. Semangat mereka dalam berdakwah nampaknya didorong oleh perintah Nabi saw yang tercantum dalam kitab Shahih al-Bukhari, terjemahnya kurang lebih begini, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat!”.

Oke! Saya paham. Mungkin para artis ‘hijrah’ yang berdakwah itu punya niat yang baik dan mulia, ingin mengajak jemaah/followers-nya menuju―seperti yang disebutkan dalam surat al-Fatihah―jalan yang lurus (jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat). Tapi, bukankah segala sesuatu itu harus sesuai kapasitasnya, harus proporsional, kan? Termasuk dalam berdakwah. Artinya, bila para artis ‘hijrah’ itu menyampaikan sesuatu harusnya diimbangi dengan kapasitas keilmuannya yang mumpuni. Nggak bisa kalau mereka mengandalkan kemampuan public speaking semata.

Saran saya sih sebaiknya para artis ‘hijrah’ itu belajar membaca Alqur’an dengan tajwid yang bener dulu. Supaya apa? Ketika mereka menyampaikan sebuah ayat pada jemaahnya nggak ngisin-ngisini banget gitu, lho. Ya… masa’ udah lantang bicara hukum (fiqh), tapi baca Alqur’an saja masih bagusan anak-anak TPQ. Apa nggak malu kayak gitu?

Saya berharap setidaknya para artis ‘hijrah’ itu terus menaati kode etik dakwah yang tercantum dalam Alqur’an yakni, “Bil Hikmah, wal Mau’idhatil Hasanah, wa Jadilhum billati Hiya Ahsan”. Lha, ya harus, kalau mereka sampai melanggarnya, bisa-bisa mereka nanti malah jadi sering ngafir-ngafirin orang hanya karena praktik agamanya berbeda dengan mereka. Tembusnya nanti xenophobia alias gagap dan takut pada orang yang berbeda atau asing dengannya (Peny.).

Itu kalau dalam konteks fiqh, konsekuensinya nggak main-main, lho. Misal kita mengafirkan seseorang, karena orang tersebut paham hukum (fiqh) akhirnya ia nggak shalat. Lah, kok bisa gitu? Iya, kan shalat itu diwajibkan untuk orang Islam, bukan orang kafir. Nah, kalau kaya’ gitu kasusnya, kita yang berdakwah bukan menuntun mereka menuju jalan yang benar dong? Malah kita yang secara tidak langsung kecipratan dosa jariyah. Terlepas dari itu, para artis ‘hijrah’ itu sebelumnya telah berkecimpung di dunia hiburan. Artinya apa yang mereka lakukan tujuannya adalah untuk melayani kepentingan dan keinginan pasar.

Prosesi hijrahnya para artis tersebut nampaknya masih terikat dengan semesta mereka sebelumnya. Dakwah yang mereka lakukan bisa jadi masih merupakan bagian dari melayani kepentingan pasar, meski kini pasar mereka punya wajah yang berbeda. Dakwah yang mereka lakukan sebenarnya juga menjadi ujian bagi popularitas mereka. Masihkah bisa bertahan atau justru kian tenggelam?

Melalui keikutsertaan para artis ‘hijrah’ tersebut dalam panggung dakwah, membuat masyarakat jadi tahu bahwa menimba ilmu agama bisa dilakukan di mana pun; termasuk di media sosial yang selama ini lekat dengan mereka seperti Instagram, Twitter, hingga YouTube.

Sayangnya, hal ini menimbulkan gejolak baru. Dakwah ala artis ‘hijrah’ terasa seperti menantang dakwah konvensional yang sebelumnya telah ada, misalnya, dalam pengajian-pengajian di majelis dan pesantren. Di sisi lain, dakwah mereka menjadi indikasi bahwa saat ini tengah terjadi kelunturan otoritas keagamaan. Mereka (para artis ‘hijrah’) bisa dengan bebas berfatwa tanpa peduli seberapa lama mereka mengenyam pendidikan agama; dan hal tersebut ternyata banyak dipercaya oleh sebagian anak muda. Penyebabnya apa? Karena para artis itu sudah terkenal sebelumnya.

Mengacu pada fenomana ini, tampaknya di masa depan masyarakat―terutama anak muda―sudah tidak peduli lagi dengan latar belakang pendidikan keagamaan atau kredibilitas pendakwah. Tolok ukur mereka akan berganti di mana mereka akan lebih peduli dengan berapa ribu followers-nya seorang pendakwah, atau pendakwah itu sudah “centang biru” atau belum.[]

Tags: dakwahgenerasi mudakomentariumMohammad Azharudinsambatologi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

Next Post

Sajak Seorang Preman Sebelum Jadi Penyair

Mohammad Azharudin

Mohammad Azharudin

Asal Banyuwangi, Jawa Timur. Anak muda biasa yang suka belajar. Bisa disapa di Instagram @mas_azhar.27

Artikel Terkait

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya
Komentarium

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya

17 March 2022

Dalam kategori musik di Youtube, ada banyak sekali lagu Jawa, entah itu genrenya dangdut, pop, atau koplo. Mungkin lagunya baru...

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR
Komentarium

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

9 January 2022

Istilah LDR tentu sudah tak asing lagi di telinga. Ada banyak alasan mengapa orang menjalani LDR, seperti pekerjaan atau pendidikan...

Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus
Komentarium

Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus

26 December 2021

Aturan yang berbunyi “perempuan selalu benar, lelaki selalu salah” agaknya sudah sangat mendarah-daging dalam setiap diri perempuan. Para perempuan memang...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Cengkraman Lelaki Idaman

Cengkraman Lelaki Idaman

18 January 2022
Sajak Seorang Preman Sebelum Jadi Penyair

Sajak Seorang Preman Sebelum Jadi Penyair

17 February 2022
Gambar Artikel Puisi Selamanya Laut. Kumpulan Puisi Faris Al Faisal

Selamanya Laut

14 January 2021
Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022
Gambar Artikel Bulan yang Lahir dari Penderitaan

Bulan yang Lahir dari Penderitaan

30 December 2020
Retorika Lucu

Retorika Lucu

11 August 2021
Puisi Siap Saji

Puisi Siap Saji

22 February 2021
Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

Menguak Kebodohanmu Melalui Rekomendasi Netflix-ku

29 March 2023
Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA

Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA

11 January 2023
Pengakuan

Pengakuan

11 March 2022

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In