1/
Dengan Api
Kami biasa memasak tengkar
dengan api, dengan api, dengan api
terus begitu hingga lindap hitam rambut
sampai para semut memelihara janggut
yang di atap jauh membubung
dan anak-anak tak butuh lagi rengkuh
kala nama disemat pada ungkap duka
dengan api, dengan api, dengan api
tengkar kami yang biasa setengah matang
menjemput hitam penuh girang
pun begitu mata anak-anak bercahaya
dan di depan para bahu bersayap, kami mengaduh
(Mojokerto, 2021)
2/
Tontonan dari Bujursangkar
dari bujursangkar di tangan
heranku mengembang
lewati pertigaan-perempatan
saksikan tontonan ke sekian
tanpa penghiburan – tanpa tuntunan
satu heran kemudian
menyusul tergesa – tersengal napasnya
“bagaimana bibir bisa menelan
irisan daging buah tontonan?”
bujur sangkar berpindah dari tangan
belum ada jawaban, di saku bersemayam
pada heran ke duabelasan
perutku begitu kerontang
bujur sangkar itu pun kini kehilangan
mampu – daya pengabaran
sedang mereka kekenyangan
dan, adalah tontonan
(Mojokerto, 2021)
3/
Hantu Halangi ke Pantai
(masih Pandemi)
ia
masih hantu
mengusir berani
pintu-pintu dikunci
semuanya sepi
beralas lapar
berlabirin kelakar
hanya
bertahta harap
bisa ke pantai lagi
sekarang alun sungai
entah kapan gelombang
sekarang peluk batu kali
entah kapan mencium karang
(Mojokerto, 2021)
4/
Bayangan Rendesvous Selalu Begitu
selalu begitu
bayangan rendesvous
terlalu, terlalu sulit berubah dari biru
selalu masih kunyanyikan lagumu
dalam ritus perabuan tembakau
di seling kertak cengkih batu
sesekali pula kala dinding menyerah kutinju
sebab tak ada yang mampu menawar waktu
terlebih jika sabtu malam minggu
pada Juni berhujan tabah begitu
gigil tak bertamu, enggan berlalu
bayangan rendesvous
selalu begitu
(Mojokerto, 2021)
5/
Testimoni
Dusta paling biadab yang pernah tertulis
(selain membencimu)
Adalah penolakan besar-besaran
Pada nikmatnya mata terpejam
Karena dua tangan terlampau berat beban
Sedang satu kepala dijejali puntung harapan
Tak lagi ada tulisan biadab kedustaan
(selain usaha melupamu)
Kuakui, Tuhan anugerahi mimpi
Pada pejam mata tidur barang sekali
Kupeluk tubuhmu dengan dua tangan ini
Harapan maujud kau miliki cinta di kepala ini
(Mojokerto, 2021)