• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 18 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Sedayu dalam Kurun Waktu

Puisi Fajar Sedayu

Fajar Sedayu by Fajar Sedayu
12 November 2020
in Puisi
0
Gambar Artikel Sedayu Dalam Kurun Waktu

Sumber Gambar: https://owengentillustration.tumblr.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sedayu dalam Kurun Waktu

sayap-sayap cakrawala di tepian desa
memanggil jiwamu
di sepi gigir waktu
kepak sayap merpati ditelan sunyi kasturi

cadas bebatuan dan tanjakan
menggelarkan peradaban
dengan lubang jalanan sesekali menghampiri
berbaur aroma kretek dan uap kopi

4 ekor anjing berkejaran tak jemu
yang salah satunya adalah diriku

rerumputan dan semak belukar adalah pagar
bagi nyanyian kudus dalam ruang gereja tersandar

mendung membungkus bintang-bintang
setelah senja syahdu di tebing berpendar menghilang
cengkrama akrab warga desa ikutkah menghilang
setelah pabrik-pabrik mulai didirikan?

ah, aku terlupa
aku hanyalah anjing
yang tugasku hanya berkejaran
dan terhempas di makian orang-orang

 

Grenjeng Mbako, 2020

 

 

22/04/2020

(Teruntuk Meswa yang sudah kembali ke rahim bumi)

 

sebelum jiwamu berpulang dalam keabadian
pergi tanpa meninggal pesan pada pena
seisi jiwaku terdampar di labirin asing kerinduan
tersungkur pada tebing rendah tiada bernama

apakah aku mengecewakanmu?
berlarian seluruh tubuhmu, penuh keluh kesahku
berlarian langkah-langkah rinduku menuju nafasmu

kakiku serasa lumpuh dan mati rasa
merindu rona matamu yang teduh
dalam puspawarna
sudah tiada ruang
bagi aliran darah
dan rangkuman resah

bunga-bunga menyambut dirimu pulang
sukmamu menjelma sayap-sayap burung hijau tua
terbang melayang di tepian langit sorga
menuju telaga sunyi berjuta cahaya
dan dirimu abadi, jadi selimut puisi

lalu, bagaimana aku?
terperangkap pada kabut sunyi dalam hening purnama
dalam luka abadi dan perenungan yang ada

 

Grenjeng Mbako, 2020

Tags: kecewakehilanganketerasinganpuisiSedayuyogyakarta
ShareTweetSendShare
Previous Post

Sambatan Kuliah di Tengah Pandemi

Next Post

Falsafah Dewa Ruci Sunan Kalijaga

Fajar Sedayu

Fajar Sedayu

*Penulis adalah mantan 'anak-punk' yang kini menjadi pejalan sunyi dan gandrung akan sastra. Terinspirasi banyak figur seperti Chairil Anwar, Rilke, WS. Rendra, sampai Kurt Cobain, Umbu Landu Paranggi dan Emha Ainun Nadjib.

Artikel Terkait

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
Puisi

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya

22 Juni 2025

Kiat Marah yang Payah  Malam hari yang dingin mencekam cepat menusuk pori-pori. Dan keniscayaan lupa mendekam di hati dan kantong...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Buron dan Segelas Es Teh

Buron dan Segelas Es Teh

26 Maret 2022
Goa Isolasi dan Surat Kecilku

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

19 Juli 2021
4 Nilai Humanistik dalam Film “Hotel Transylvania: Transformania”

4 Nilai Humanistik dalam Film “Hotel Transylvania: Transformania”

1 Maret 2022
Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022
Rumit Melilit Silit

Rumit Melilit Silit

24 Januari 2022
Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal

Anak-anak Afrika Sedang Makan di Warung Tegal

18 Februari 2024
Dimensi Ketidakpastian

Dimensi Ketidakpastian

22 Februari 2021
Surat Terbuka untuk Sunyi

Surat Terbuka untuk Sunyi

15 Februari 2021
Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

29 Juni 2021
Pelabuhan Terakhir dan Puisi Buatmu

Pelabuhan Terakhir dan Puisi Buatmu

27 Juli 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.