Terburu
pernahkah kau mendengar semesta berdoa
dengan cakrawala sebagai telapak tangannya
bentangan langit sebagai sajadahnya
dan rintih tangisnya adalah caya bintang di angkasa
tak ingatkah kerikil sebagai alas bumi
mengubur sejengkal jejak siput di tanah
dan dedaunan sunyi
tak ingatkah tetes embun yang menghibur tangis bayi
gelora dan nafsu yang kadang mengubur mimpi
indah semesta hanya tipuan belaka
jika dirimu hilang bentuk dalam suka duka
karena pena tak mampu menangkup semua luka
dan sajak hanya gua peneduh sekejap saja
tak kutahu, lelaki sebatas debu
dengan tangis dan tawa perempuan
sebagai rangkaian sastra
air mata, tawa dan luka manusia
hanya drama semesta
sebelum maut memburu
lewat peluru waktu
Grenjeng Mbako, 2020
Pandemi 2305
pandemi melingkupi
miniatur semesta bernama bumi
apakah alam sedang bermanifesto?
dengan menempatkan ruang gerak manusia
dalam sebotol AO
nominal jadi perdebatan
ekonomi sekarat dalam tilam
kesunyian dalam kamar-kamar
mendapatkan peran utama
dalam kehidupan
nama-nama silih berganti
dipanggil ke dalam kapal-kapal sunyi
menuju tanah abadi
langkah kaki cemas
hari-hari bagai kertas
membalik halaman demi halaman
menuju hari terakhir peradaban
pemimpin negeri pecah kongsi
rakyat pecah pendapat
siapa berhak makan, siapa mati duluan
aku kaum papa, pilihan pertama tak dapat tempat
hidup mati bagai bara dan debu
sekelebat melebur dalam mulut waktu
hidup hilang hasrat, tenaga sekarat
siluet akhir kehidupan yang memikat
Grenjeng Mbako, 2020
Alam dan Manusia
palet langit tumpah dalam kanvas semesta
biru dititipkan pada lautan
hijau pada padang sabana
udara diasingkan dalam hampa warna
cahaya fajar menyentuh kulit dan kepala
semua dalam bingkai sempurna
ke-tunggal-anNya
nasib-nasib disusun pada bidak-bidak
tak ada yang kuasa menolak
semua bisa kalah menyerah pada hitam dan putih
sesekali tertawa dalam rintihan pedih
bait-bait asap bus antarkota
mengacuhkan harum mawar di bawah jembatan
menghiraukan fotosintesa
pada desau lembaran daun setala
aku menemu senyuman Tuhan
saat cerpelai berlarian di halaman
atau pena yang tertutup bayangan tangan
setiap warna yang menghampiri mata
memberi batas tentang realitas
baik-buruk prasangka
sedih-bahagia
hanya imajinasi dalam kepala
Tuhan suci
bumi suci
manusia tenggelam dalam ritus dosa-dosa
juga aku di dalamnya
Grenjeng Mbako, 2020