• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 13 September 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Penjual Susu dan Puisi Lainnya

Lalu Azmil Azizul Muttaqin by Lalu Azmil Azizul Muttaqin
2 Juni 2024
in Metafor, Puisi
0
Penjual Susu dan Puisi Lainnya

Ilustrasi karya Dadu Shin - Nautilus "Spirituality without religion and the absence of self"(Sumber: behance.net)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Hikayat Junjungan Kita; Husain

ini seruan bergema di dinding padam
Terowongan Husain adalah sejarah peradaban
jin, manusia, malaikat, dan Tuhan.

ibarat buku tafsir yang berdarah
berpegang bulan pada merah.
tangis Ali kecil yang periang
pada kesedihan yang girang.

kematian ialah
degupan jantung yang tumbuh.

tukang obor Karbala bagai bayangan
manakah sekelebat mimpi pijar yang menenangkan.

seketika gamanmu terlempar ke dada udara,
tersimpan lalu melesat langit terbelah,
bertengger di laungan peziarah.

kini warna kematian menjadi manisan.
biar pasukan Yazid mencuri usia,
mereka tak bisa menangkap angin;

angin mengada kemudian melelapkanmu,
menyapa kemudian membaringkanmu.

 

Kairo, 20 Juni 2023

 

Baca juga: Puisi “Munajat dari Atas Kasur”

 

Penjual Susu

bulir matanya merindu.
pada tempat yang jauh.
jatuh.

ia dikoyak kenangan
pada perempuan-perempuan desa yang ramah.

perdu-perdu dan ilalang
tak ada, dan,
tak kan ada
di kota ini

ucapnya.
lirih

semua orang mendengar desis itu;
anak-anak yang mencoret dinding masjid
dan penjual bunga yang memakan semangkuk ful*
dan siapa pun yang melintas di gang sempit itu.

layani pelanggan dengan puisi,
nyatanya susu tidak membuat manusia di Harat* ini bahagia.
ataupun kenyang.

bahkan susu enggan menemanimu
menunggu waktu tadi menjadi saat ini.
puisi memutihkan tangkai ingatan
agar tetap perawan,

ucap tukang bunga
lirih 

puisi juga yang menenangkan
anak dan istri di rumah.
ia yang mengirimkan kabar
dengan kata-kata;
bahwa sebentar lagi sisa susu akan menua.

ucap siapapun yang melintas di gang sempit itu
lirih

 

Kairo, 22 Juni 2023

 

Baca juga: Puisi “Tabiat Arunika dan Kotak Pandora”

 

Kafe Karnak

Mahfuz beruban di kafe ini.
dan seperti bocah yang menggenggam mainan,
ia endus padang pasir panas.

kurasa ia salah menghidu bau,
kiranya bau itu menetap,
melainkan bagaikan
istri yang ditalak tiga.

seperti kesunyian doa yang dipercepat mimpi.
muncul bisikan dari cawan pelayan;
dari sanakah Mahfuz dapat khayalan.

atau dari kopi atau teh ‘arusah.
yang menguarkan aroma musafir kota;
yang singgah, yang berperang, yang berdansa.

 

Kairo, 22 Juni 2023

 

Baca juga: Puisi “Serat Badar Lunar”

 

Aku Tinggal di Hay Sayyidah dan Kau di Sayyidina Husain

−­­­­Dari lagu Mohammed Abdul Muttalib 

dari Sayyidana Husain.
merpati-merpati mendarat ke kelopak matamu
mecari sari jagung yang kau simpan
pada tetesan air mata dan reruntuhan

Hay Sayyidah adalah puisi.
berserakan di sana kata-kata dan pujian
pada ramai dinding tempat peribadatan
dan pada kau adalah sepi

berkat penyair tua itu.
akhirnya kau menemukan bahasa
“detak hati telah luruh, Kekasihku
pada kelembutanmu seluruh”

langkahmu di persimpangan.
antara Darb Ahmar dan Darb Syuglan
hening di kota yang sedang rebah
asap syisha membubung gairah

kini hilang gelisah larah;
ke kekasihmu kau serahkan
seluruh puisi lugu.
di Sayyidina Husain.

 

Kairo, 20 Mei 2024

_____________________

Catatan:
*Ful:
makanan khas Mesir yang dijadikan hidangan utama atau sarapan.
*Harat: lorong/gang

Tags: lalu azmil azizul muttaqinmetaforpuisisajaksastra
ShareTweetSendShare
Previous Post

Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta

Next Post

Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan

Lalu Azmil Azizul Muttaqin

Lalu Azmil Azizul Muttaqin

Lahir di Lombok Nusa Tenggara Barat. Sedang menempuh pendidikan di Universitas al-Azhar, Kairo, jurusan Linguistik Umum. Menulis puisi dan cerpen di beberapa media online. Aktif di Komunitas Art Theis de Cairo dan Komunitas Kelas Puisi Bekasi (KPB). Instagram: @azmil.azizull

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
Resensi

Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

24 Agustus 2025

Dalam hidup ini, pastinya kita pernah mengalami situasi keterburu-buruan. Waktu seolah-olah mengejar kita. Tak ada waktu lagi untuk sekadar duduk...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Kirsip

Kirsip

10 Maret 2021
Gambar Artikel Kemarin dan Rindu

Kemarin dan Rindu

31 Oktober 2020
Pasir Pantai

Pasir Pantai

16 Mei 2021
Surat Terbuka untuk Sunyi

Surat Terbuka untuk Sunyi

15 Februari 2021
Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)

20 April 2022
Berteman dengan Kegagalan

Berteman dengan Kegagalan

7 Mei 2022
Fenomena Narsisisme Religius Kaum Milenial

Fenomena Narsisisme Religius Kaum Milenial

3 Mei 2021
Gambar Artikel Senyuman Malaikat Maut

Senyuman Malaikat Maut

20 Desember 2020
Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024
Tentang Kita di Laman Koran Pagi

Tentang Kita di Laman Koran Pagi

21 Maret 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (214)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (141)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (71)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.