Malam, mengenal baik lampu jalan dan sepanjang lintasan,
kerap menjelma tutup kaleng rombeng di sisa-sisa warung remang,
gelapnya samar-samar mengelus gelandangan diemperan toko,
heningnya saling bentrok dengan suara lekar dalam perut pinggiran jalan atau gubuk-gubuk lusuh tak tersentuh kenyang,
sepinya menyukai ribut dengan kebingungan-kebingungan.
Kau akan menemui malam, meski menutup mata dan menidurkan fikiran.
Malam akan memelukmu agar kau sama sekali tak jemu.
Untuk Meyakinkan-Mu
Banyak waktu telah menjelma jalan buntu
Menjelma jalan penuh kerikil, naik dan turun.
Banyak waktu telah aku peluk
Sebanyak itu pula aku dilemparkan
Banyak waktu telah aku cium
Sebanyak itu pula aku ditampar.
“Sepanjang waktu itu, sepanjang itu aku mengais-ngais kasihmu”