timuR
Aku adalah puisi
Maknanya rumit
Tak semua orang harus mengerti
Kecuali kau
Yang sederhana
Tidak neko-neko
Tidak ini itu
Tidak seperti yang lain
Tularkan aku kesederhanaanmu
Terima aku layaknya Tuhan yang menerima doa-doa beserta tulus
Terima aku bersama lembut hati
Seumpama waktu yang terkikis mulai menghilir
Percayalah
Rumitku bakal lapuk
Kalau-kalau bahkan musnah
2021
Kelas Merindu
Pesawat kertas melambung di awang-awang kelas
Perlahan mulai lenyap terlahap kekasatan
Ternyata sekedar kesaksian lampau
Sebuah kilasan bukan sembarang kilasan
Seperempat lustrum usai berlayar
Papan tulis telah lama tersisih dari sarjana
Si jenama kapur
Meja-meja ruang kelas tak luput rindu mengesun sampul buku
Ruang kelas bagai tempurung tanpa isinya
Tunggal tak berarti
Sedaya di sembarang masa
Para pemulung ilmu pun rindu
Rindu bersalaman
Rindu bertegur sapa
Rindu bercengkrama
2021
Monoton Suram
Malam ke malam
Gelap nan suram
Mimpi ke mimpi
Kau datangi
Temanku sunyi terhiasi
Oleh lara tak habis reda
Kelap kelip macam bintang
Sesekali nampak
Sesekali lenyap
Keluh tak mengikis
Ikhlas terasa sulit
Aku,
Terperangkap dalam diri
2021
Tamak
Apakah sukmamu bergetar
Saat suara proklamasi berkumandang
Ataukah sukmamu telah mati
Kemudian raga itu terasuki atma keledai tamak
Jangankan bergetar,
Si keledai tamak tak berotak masih saja
Sibuk mengutil uang rakyat
Tanpa rasa iba
Tanpa rasa dosa
Menyentil begitu saja para rakyat
Ucapan manis yang terlontar
Kini telah busuk
Seperti mayat yang lupa diformalin
2020
Sekonyong-konyong
Riuh suara hujan sudah terdengar
Tanpa aba, tanpa suara lonceng
Menyerbu begitu saja
Tanpa izin juga tebakan
Bersamanya mataku mulai tak mau mengatup
Memaksa terbuka untuk melamun
Mendekap kenangan yang datang tanpa diundang
2020