• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 13 September 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Episodik: Depresi

Moch Aldy MA by Moch Aldy MA
5 April 2021
in Puisi
0
Episodik: Depresi

https://unsplash.com/photos/5grMSn1ZNrY

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Dan di sana, seorang, orang asing berdiri dipeluk sunyi:

Di tikam redup bulan, terbias sela-sela kayu usang dan kaca yang renta

Matanya dingin, sedikit remuk, berkaca-kaca menerka anomi

Pecah relai kilau pelangi, redam lenyap, melahap distorsi dari kepala

 

Perlahan bibirnya merapal suara:

Sesak sempit bunyi-bunyi mencari tempat bersembunyi

Bisik-bisik yang kian berisik berdesakan mengeja bahasa

Bertaut ragu, raganya ringkih menyilam malam yang muram sepi

 

Aku tak mau dihantui empedu kedua kalinya, berjubah tanya:

Aku kembali menoleh, menatap enigma yang menutup si orang asing

Dan ia masih berdiri, bahkan awan gelap masih memeluk pundaknya

Aku memandangnya sekali lagi, beku membeku, berdenting bising aku bergeming

 

Sial, ternyata, orang asing itu adalah aku:

Bayang membayangi bayangannya, mati terhunus cahaya

Tatapnya tajam menggores langit, setengah buram layaknya disleksia

Minor mayor nada pesimisnya optimis, stagnan konstan menuju biru

 

Apa yang harus aku lakukan untuk menerima masa depan? Ucapnya

Semasih darah berwarna ungu di bibir pucatnya membelenggu lara

Tangannya terayun lemah, meraba bentangan nikotin di sakunya

Lalu membakarnya dengan pasti, hingga sekarnya layu berjelaga

 

Ia mengembuskan napasnya, naas kacau tergagau berkata:

Oh diriku yang menyedihkan!

Seperti debu yang berdebu, untuk kembali utuh, sulit rasanya

Berkelindan duka, dimanakah Lithium, Olanzapine dan segala Antidepresan?

 

(manuskrip, 2021)

 

Episodik: Mania

Dan yang terlahir di awal saat berakhir:

Adalah frasa-frasa Nietzsche, Amor dan Fati!

Mungkin, aku memang harus menerima takdir yang getir

Mungkin aku, aku harus merakit patahan makna, sekali lagi

 

Hidup memang berjalan begitu acak:

Tak menentu, tapi tetapi tentu lari bukanlah pilihan

Dan, sisa-sisa yang tersisa di otak

Hanyalah memberontak, menyulut api insureksi!

 

Hidup memang berjalan begitu licik:

Tapi sesuatu dalam jiwaku lebih kuat

Lebih brengsek, lebih culas dan tengik

Niscaya merobek selaput absurditas, dengan pasti, bangsat!

 

Pada akhirnya aku menyerahkan:

Segenap keberanianku kepada hidup

Secuil ketakutanku kepada harapan

Dan seberkas cahaya matahari pun jatuh menimpa hidupku yang basah kuyup

 

Ku sulut pembuluh hasratku

Ku tantang kedua kutub sialan

Ku seduh kopiku yang telah membeku

Ku terima kehadiran malam dan bulan

 

Aku telah terlahir kembali

Dan akan tetap terlahir kembali

Aku kembali hidup

Dan tak akan ditelan sayup-sayup, lalu mati meredup!

 

(manuskrip, 2021)

 

Fi(k)sikawan: Perang Bintang dan Dingin

Dari satelit Sputnik yang diluncurkan Kosmodrom Baykonur ala Soviet ke orbit bumi hingga tiga belas, empat puluh delapan, dan lima puluh butir bintang berkibar di bulan.

 

Dari Vostok dan Soyuz hingga Mercury, Gemini, dan Apollo yang menandai eksplorasi antariksa yang penuh bualan.

 

Dari perang Korea, perang Vietnam, perang saudara Cina, Krisis Kuba, hingga Hanoi dan Saigon, Pakta Warsawa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

 

Dari awal memanas hingga dingin mereda, nyatanya, dingin telah menjadi milik kita, sayang: kita adalah manifestasi Nebula! Debu, helium, hidrogen, dan plasma.

 

Dari atom netral dan molekul, partikel bermuatan ion dan elektron hingga ledakan sang bintang, melebur cinta dalam satu Supernova!

 

Dan betapa aku mencintaimu karena tiada dingin yang lebih dingin, yang paling rela kedinginan agar barisan matahari itu berpaling dari dingin hatinya.

Tags: episodik depresiepisodik maniaperang bintangpuisi depresipuisi langit
ShareTweetSendShare
Previous Post

Membakar Usia

Next Post

Burung Pipit

Moch Aldy MA

Moch Aldy MA

Lahir di Bogor, Jawa Barat—pada 27 Maret 2000. Pengarang; Founder Gudang Perspektif; Editor-Ilustrator Omong-Omong Media; & Penerjemah paruh-waktu. Bisa disapa melalui: email-genrifinaldy@gmail.com; instagram-@genrifinaldy; twitter-@mochaldyma

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Puisi untuk Ibu : Mamak dan Kudapan Hina

Mamak dan Kudapan Hina

1 Desember 2020
Gambar Artikel Mandiri Jalur Indomie

Mandiri Jalur Indomie

2 November 2020
Gambar Artikel Monolog : Bersama Sangkala, Menuju Tiada

Monolog: Bersama Sangkala, Menuju Tiada

1 November 2020
Bagaimana Laut Membuang Masa Kanak dan Remajamu?

Bagaimana Laut Membuang Masa Kanak dan Remajamu?

25 Februari 2021
Gambar Artikel Membersihkan Luka dengan Alkohol Vs Air Bersih

Membersihkan Luka dengan Alkohol Vs Air Bersih

23 November 2020
Gejala Kebudayaan Hilang di Era Pandemi

Gejala Kebudayaan Hilang di Era Pandemi

7 Februari 2021
Gambar Cerpen Sertifikat Hak Milik

Sertifikat Hak Milik

4 Februari 2021
Gambar Artikel Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

19 Desember 2020
Warna

Warna

11 Mei 2023
Kepalamu dan Isinya

Kepalamu dan Isinya

3 April 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (214)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (141)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (71)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.