Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Tuesday, 21 March, 2023
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Cerpen

Mimpi Reyot

Anam Mushthofa by Anam Mushthofa
2 July 2021
in Cerpen
0
Mimpi Reyot

http://www.agimsulaj.com/Vignette/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Pukul 12:00 siang ia baru bangun dari kasur kardus tipis hasil mulung kemarin sore. Biasanya ia selalu bangun pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, sebelum sekawanan ayam keluar kandang mencari makan, dan sebelum embun hilang di dedaunan. Namun kali ini ia benar-benar kesiangan dan orang-orang di sekitar pun hanya abai tak membangunkan karena dari segi pakaian dan wajahnya sudah lusuh–mungkin orang di luar dirinya mengira ia adalah gelandangan yang tak mempunyai tujuan hidup. Selepas bangun ia segera membereskan kardus lalu pergi, tanpa pamit.

“Sialan, orang-orang pasti sudah mengira aku adalah gelandangan. Gara-gara semalam kejebak hujan.” Gumamnya dalam hati sambil berlari kecil.

Sembari berjalan di bawah matahari dan menenteng kardus ia tak henti-hentinya mengibaskan tangan ke pakainnya dari ujung kerah sampe celana pendek yang robek. Ia berusaha menyeimbangi bayangan yang di sampingnya, melewati ruko-ruko yang penuh bicara, melintasi pedagang-pedagang yang penuh suara. Wajahnya sedikit tersenyum miring membelah keramaian. Sedangkan pasar harus ia lewati dan tinggalkan dini hari untuk menyambung hidup dari waktu ke waktu.

Ia mencoba berjalan lebih pelan lagi untuk pulang dan mengingat-ingat malam serta hujan deras yang mengguyur di waktu itu. Satu langkah dua langkah bercumbu dengan panas, memeluk debu-debu jalanan, bersenggama dengan suara kendaraan yang berlalu-lalang, matanya menatap tajam merekam jalanan, kaki-kakinya yang telanjang berteman akrab dengan aspal-aspal kota.

Langkahnya terkulai lemah membaca jalan yang biasa ia lalui di pagi atau sore sepulang memulung. Ia memikirkan anaknya. Terbayang wajah anaknya yang semalam ditinggal lapar dan hujan, beberapa kecemasan memenuhi relung pikiran tapi untuk berlari agar cepat-cepat sampai rumah masih bingung dan penuh keraguan. Ia tak berhasil membawa cita-cita anaknya untuk makan kenyang nan enak. Ia gagal membawa surga untuk masuk ke rumahnya. Berkali-kali ia menggerutu pada langkah kakinya yang terus-menerus berjalan mengimbangi permainan Tuhan, bahwa hari ini sarapan pagi harus digabung dengan makan siang. Rasa syukur atas hidup harus ia bagi dengan anak semata wayangnya.

Jalan menuju rumah liarnya sangatlah tidak layak untuk mimpi-mimpi orang kaya: penuh lubang dan genangan comberan berhari-hari. Tidak layak untuk dilewati oleh sepatu-sepatu pantofel yang mengkilap dan berdecit saat digosok. Jalan itu hanya berteman ramah dengan kaki-kaki yang senasib dengan mas Onto, yang berangkat pagi menggendong harapan dan pulang sore membawa kenyataan hanya untuk makan.

Sejak saat itu, jalanan menjadi asing dari segala keriuhan kota. Hanya angin dan panas yang berlalu-lalang ketika siang hari. Jika malam tiba, hanya sekumpulan gelap yang bertengger dan lampu redup di ujung gang serta beberapa tikus, kecoa, dan kucing liar yang saling mondar-mandir menyibak malam. Dan memang alangkah baiknya jika malam tak sering hujan, sehingga malamnya tak sibuk menambal lubang-lubang kecil bekas atap yang bocor. Atau mentadahinya dengan ember. Dan jika panas menerpa, seluruh isi rumah hanya bisa memanggil-manggil angin dari banyak arah atau secarik kardus saja untuk dikibaskan di bagian badan.

Mas Onto terus berjalan menebas panas, membelah laju angin, mencipta bayang-bayang sempurna di depannya. Keringat perlahan mengelus halus wajahnya lalu turun menyapu bagian lehernya yang kemudian berulang kali diusap oleh legam kulitnya.

“Dari mana saja, Mas?”

Sebelum menuju rumahnya yang liar, ada sebuah bangunan rumah yang sedikit terbawa modernisasi. Dihuni oleh buruh pabrik dengan istri dan satu anak. Kebetulan saja hari itu sedang libur bagi buruh. Biasanya rumah itu sangatlah sepi di jam-jam menuju terik matahari menyengat panas. Dengan kaki telanjang dan pakaian lusuh, ia berhenti lalu mendongakkan kepalanya.

“Dari pasar, Mas.” Dengan kerutan senyum dan wajah yang dipaksa ramah.

“Sini, Mas, mampir dulu,” ajaknya sambil membersihkan kursi depan yang sedikit berdebu.

Karena tak enak hati, ia sedikit membagi waktu untuk tetangganya yang lumayan jauh dari keadaan rumah sambil memikirkan, apa yang harus ia lakukan setelah pulang nanti.

“Maklumlah, buruh pabrik jadi kursinya banyak debu. Berangkat pagi pulang petang seperti itu-itu saja. Jadi gak sempet bersihin kursi, apalagi di depan rumah kaya gini.” Tuturnya sambil menyulut rokok.

“Ya gak papa, Mas,” tanpa menoleh, ia hanya sibuk melihat rumahnya yang kecil dari kejauhan.

“Semalam waktu gerimis kaya ada anak kecil berjalan di depan bolak-balik. Pas saya tengok dari jendela, gak ada.” Sambungnya mencari bahan obrolan, “dari pasar jualan atau apa, Mas?”

“Saya gelandangan, Mas… intinya apa saja saya kerjain asalkan itu benar dan gak mengganggu orang lain.” Lalu diam dan menunduk memikirkan anak kecil yang diceritakan, jelas itu adalah anak semata wayangnya yang menunggu sosok bapaknya pulang.

“Berarti bukan gelandangan, dong, Pak.”

“Tapi orang-orang seperti menganggap saya gelandangan.” Sambil mengangkat kepala dan menatap tajam wajahnya, ia lanjut membahas, “Acap kali mereka memandang dengan tatapan sinis ke saya. Tak tahu apa yang sedang dipikirkan orang-orang tentang keadaan saya. Atau mungkin wajah dekil dan kaos lusuhnya, yah….” Jawabnya lugas sembari senyum.

Sekarang keadaan pikiran dan hatinya benar-benar belingsatan memikirkan anaknya. Posisi duduknya mulai gelisah. Rasanya ingin pamit dan langsung berlari menuju rumah.

“Ya sudah, Mas, saya pamit dulu.” Dengan muka sedikit kalut dan terburu-buru, ia bangkit dari duduknya lalu berjalan agak pelan meninggalkan tetangganya.

“Ya sudah,” jawabnya sedikit heran.

Rasa gelisah dan khawatir mengiringi jalannya yang tinggal beberapa meter lagi sampai. Badannya yang penuh keringat ketakutan dan dadanya yang sedikit sesak mengkhawatirkan. Ia terus melangkah satu per satu seolah kakinya sedang mengeja jalanan yang panas.

Bayangan anaknya terselinap dalam lumbung benaknya. Berenang riang menyelami harapan. Terakhir kali ia dengar ketawanya yang ringan saat dirinya bercerita almarhum ibunya yang suka berbicara pada tetumbuhan. Bayangan itu benar-benar lekat mengarungi pikirannya, membangkitkan kekuatan untuk berjalan lebih cepat. Kini ia tak lapar lagi, pikirannya yang ramai dengan bayangan anaknya adalah sarapan yang mengenyangkan.

“Ilma,” sambil mengetuk pintu triplek yang sedikit bercelah dan keropos.

Tak ada jawaban dari dalam. Wajahnya kembali bingung dan khawatir kembali datang.

Tok tok tok!

“Ilma…”

Ia dorong pintunya dengan sisa-sisa tenaga ternyata pintunya tak terkunci.

Melihat Ilma tergeletak di bawah keranjang, ia langsung berlari merebahkan tubuhnya merangkul anak semata wayangnya lalu dibopong dibawa ke atas ranjang. Wajah anaknya sedikit memucat dan terkulai lemah. Deru nafasnya letih menyapu halus telinga. Sambil memandangi wajah anaknya ia kembali menyelami bayangan anaknya sewaktu riang bercerita tentang cita-citanya.

“Bila nanti besar, aku ingin jadi ibunya orang-orang pemulung seperti halnya Kartini bagi martabat perempuan-perempuan Indonesia,” ucapnya sambil senyum polos kepada bapaknya.

Air matanya tak kuasa ditahan saat memandangi wajah anaknya. Bulir air matanya jatuh dan menetes lembut di pipi sang anak yang lekas membuatnya sadar.

“Pak…” ilma pun terbangun dan suaranya terdengar letih.

Esok hari dan seterusnya, seorang bapak dan anak semata wayangnya akan bertarung lagi dengan kehidupan. Mengeja panas aspal jalanan, dan sekali waktu tersenyum bersama-sama seolah meledek kemiskinan yang mendera mereka.[]

Tags: anakbapakcerpengelandanganhiduporang tua
ShareTweetSendShare
Previous Post

Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

Next Post

Beruntung Kita Selalu Bisa Melihat Sisi Baik dari Setiap Bencana

Anam Mushthofa

Anam Mushthofa

orang pinggiran yang ingin terus menulis

Artikel Terkait

Tamu
Cerpen

Tamu

10 July 2022

Aku akan pindah rumah. Sudah sejak tadi pagi segalanya telah dipersiapkan. Orang-orang, para tetanggaku yang baik hati itu, bersedia meluangkan...

Pulang
Cerpen

Pulang

22 April 2022

Pak Tua adalah seorang pengemis yang mangkal di kawasan Perempatan Jalan. Setiap harinya, Pak Tua biasa menjalankan profesinya di sudut-sudut...

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu
Cerpen

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022

Selalu ada kebisingan menggerayangi telinga. Bebatuan bertasbih menolak kesedihan dengan membisu. Tembok, candi, arca berbicara. Kata-kata tanpa aksara beterbangan menjelajah,...

Pengakuan
Cerpen

Pengakuan

11 March 2022

Saat itu pukul tiga sore, aku memasuki rumah makan Bakmi GM di sekitar jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta. Dari sebuah...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

M. Kasim: Pembuka Jalan Cerpen Indonesia

25 February 2021
Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

19 June 2021
Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

7 February 2021
Facebook, Penyair, dan Lunatisme

Facebook, Penyair, dan Lunatisme

17 February 2021
Fenomena Narsisisme Religius Kaum Milenial

Fenomena Narsisisme Religius Kaum Milenial

3 May 2021
Mengotak-atik Singkatan Merk Rokok

Mengotak-atik Singkatan Merk Rokok

5 March 2021
Gambar Artikel Jangan Berharap! Teruslah Meratap

Jangan Berharap! Teruslah Meratap

10 November 2020
Gambar Artikel Pengungsi Peradaban, Para Pencari Mbah Nun

Pengungsi Peradaban (2)

23 January 2021
Kultur Musiman

Kultur Musiman

1 October 2021
Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

14 March 2022

Ikuti Kami di Instagram

  • Halloo sobat
Ga terasa ya sudah bulan Juli...
Waktunya Meta ngumumin
💫metafor award💫
🤩🤩🤩

Oiya karena satu dan lain hal Meta mohon maaf yaa pengumuman Metafor award yang seharusnya dilaksanakan sejak bulan Januari 2022 jadi ngaret di bulan Juli 2022😭🙏🙏

Stay tune ya sobat. Bakal mimin umumkan pemenangnya tanggal 20 Juli 2022

Cek kategorinya di slide kedua yaa sobat

#metaforawards #metafordotid #nulisdimetafor #comingsoon‼️
  • Halloo sobatt
Saatnya Meta umumkan metafor award 2021. 
Ini dia para pemenangnya:
1. Terbaik kategori puisi
- Sobrun Jamil
- Krisnaldo Triguswinri

2. Terbaik kategori esai: Syukur Budiharjo

3. Terbaik kategori cerpen: Yuditeha

4. Penulis terproduktif: Syukur Budiharjo

Selamat kepada para pemenang, tolong balas DM Meta untuk konfirmasi hadiahnya yaa sobat.
Terima kasih semua kontribusi yang diberikan oleh para penulis. Selamat menanti metafor award 2022😍🥳

#metaforawards2021 #nulisdimetafor #metafordotid #pemenangaward2021
  • Halloo sobatt
Semoga selalu sehat dan berbahagia ya sobat
Meta mau umumkan pemenang award dari tim metafor.id
Ini dia pemenangnyaa:
1. Redaktur teraktif diraih oleh kak @fajrizuliaramdhani 
2. Desainer terbaik diraih oleh kak Ibrahim Hasan Maulidi
3. Tim media teraktif diraih oleh kak @okta_raras 

Semoga bahagia dan membahagiakan~
😍😍😁
Sehat selalu sobatt

#metaforawards2021 #metafordotid #nulisdimetafor #2021
  • Selamat hari anak nasional sobat meta. Tiap-tiap kita memiliki jiwa anak anak dalam diri rawatlah jiwa anak anak itu dan berbahagialah (juga bersedihlah).
Oiya Meta kasih satu cuplikan dari buku Le Petite Prince karya Antoine de Saint-Exupéry nihh

Grown-ups never understand anything by themselves, and it is tiresome for children to be always and forever explaining things to them.
Antoine de Saint-Exupéry
--------☆--------☆---------☆

(Orang dewasa tidak pernah memahami sesuatu sendiri dan betapa melelahkan menjadi anak-anak yang harus selalu menjelaskan banyak hal pada mereka.)

Sudah pernah baca bukunya sobat? Kalau sudah cuss kirim resensinya ke email: redaksi@metafor.id yuk sobat😁😁😁

#harianaknasional
#metafordotid
#nulisdimetafor #2022
  • [Media partner]

LOMBA ESAI TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Pendidikan
◼️Kesehatan
◼️Perdamaian
◼️Kesetaraan Gender
◼️Kesejahteraan Masyarakat
◼️Perubahan Iklim

TIMELINE KEGIATAN :
◼️Pembukaan : 7 Agustus 2022
◼️Deadline : 30 September 2022
◼️Penjurian Esai : 1-17 Oktober 2022
◼️Pengumuman : 28 Oktober 2022

PERSYARATAN UMUM :
1). Tercatat sebagai Mahasantri Indonesia
2). Peserta adalah Alumni Pesantren 5 Tahun terakhir
3). Mengisi data diri dan mengirimkan tulisan pada tautan; selambat-lambatnya tanggal 30 September 2022 (Pukul 24.00 WIB)
4). 15 naskah terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; 3 Naskah terbaik akan mendapatkan hadiah sebagaimana disebutkan

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri (3 Negara; Malaysia, Singapura, dan Thailand)
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor

15 Esai terbaik akan diterbitkan dalam bentuk Buku; Seluruh Peserta mendapatkan Sertifikat

REGISTRASI :
📝 Registrasi Lomba 
  sebelum 30 September 2022

🔰 Juknis Lomba :
https://bit.ly/lombaesaiharlahsm4

🔰 Link Pendaftaran :
https://bit.ly/lombaesaiharlahke4sm

#saatnyasantrimengglobal
#mediapartnermetafordotid
#santrimengglobal #lombaesai #eventnulis
  • [Media partner]
LOMBA VIDEO KREATIF TINGKAT NASIONAL
UNTUK SANTRI INDONESIA

Dalam Rangka :
Harlah ke-4 Santri Mengglobal

Tema :
"Santri, Dunia Digital dan Tantangan Global"

SUB TEMA :
◼️Mimpiku Studi ke Luar Negeri
◼️Santri dan Dunia Digital
◼️Santri Scholarship Hunter
◼️Santri dan Tantangan Global

PEMENANG :
1). Juara 1 Trip ke Luar Negeri Malaysia/Singapura
2). Juara 2 Tiket PP Luar Negeri; Jakarta - Malaysia/Singapura
3). Juara 3 Biaya Pembuatan Paspor
5 Video Favorit Mendaoatkan Voucher Gopay atau OVO senilai 500.000 untuk 5 Peserta Favorit

🔰 PERIODE PROGRAM:
10 Agustus - 30 September 2022

🔰 SYARAT DAN KETENTUAN:
https://bit.ly/videoharlah4sm

🔰 PENDAFTARAN: 0895373361616 https://bit.ly/lombavideoharlahsm4

#saatnyasantrimengglobal
#metafordotid #mediapartnermetafordotid #eventlombavideo #lombavideografi
  • Selamat hari kemerdekaan sobattt.
Apakah kamu sudah merdeka dari segala hal yang menjajahmu?¿
😁

#metafordotid #nulisdimetafor #kemerdekaanindonesia #hutri77
  • [Puisi]
Diam dan Merapal Hujan
Sajak-sajak M. Ridho Muslim Goffar
Oleh M. Ridho Muslim Goffar

Diam

/1/
sudah sejak lama
aku diam-diam menunggumu
dan sialnya, secara diam-diam
kau juga menungguku

/2/
kini aku sudah bernyali,
tapi secara diam-diam,
Tuhan menakdirkanku
untuk tetetap diam

/3/
apa sudah sepantasnya
aku diam saja? Dan
apakah dengan diam,
aku sudah pantas?

/4/
aku hanya tak ingin
diam-diam mati
terkubur penantianku sendiri

/5/
kututup diamku
dengan semoga—
aku tak pernah bisa diam
mendo’akanmu
secara diam-diam

Selengkapnya di https://metafor.id/metafor/puisi/diam-dan-merapal-hujan/

#metafordotid #nulisdimetafor #puisi #kolompuisimetafor
  • [Milenial, Gaya Hidup]

4 Alasan Fundamental Mengapa Kita Perlu Membaca
Oleh Mohammad Azharudin

Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui apa saja manfaat membaca, sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk lebih giat membaca. Nah, bagi yang belum tahu manfaat membaca, mungkin bisa cari alasan terlebih dahulu mengapa mesti membaca. Apa saja sih manfaat membaca sobat?
Swipe untuk membaca manfaatnya yuuk
Untuk baca artikel selengkapnya silakan menuju link
https://metafor.id/milenial/4-alasan-fundamental-mengapa-kita-perlu-membaca/
atau klik link di bio meta yaah sobat!

#metafordotid #nulisdimetafor #manfaatmambaca #kolommilenialgayahidup #lifestyleblogger #readingtime
  • Metafor.id menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas berpulangnya prof. Azyumardi Azra, ketua dewan pers dan salah satu tokoh cendekiawan Indonesia.
Selamat berpulang, prof...

#metafordotid
  • Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan🙏

#tragedikanjuruhan
  • Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad Saw
12 Robiul awwal 1444 H

#metafordotid #maulidnabi
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Taman Literasi Digital” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA
  • Ruang Tunggu: Puisi-puisi Habib Muzaki
  • Anthony Giddens: Agensi dan Strukturasi Sosial
  • Mengapa Perlu Membaca Sastra?
  • Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard
  • Menyoal Tirani: Pelajaran Penting Demokrasi Abad Ini
  • Tamu
  • Diam dan Merapal Hujan
  • Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
  • Doa Pengembara
  • Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda
  • Istirahat dan Pelukan Ibu

Kategori

  • Event (4)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (2)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (57)
    • Ceriwis (12)
    • Esai (45)
  • Metafor (194)
    • Cerpen (47)
    • Puisi (130)
    • Resensi (16)
  • Milenial (44)
    • Gaya Hidup (23)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (68)
    • Cangkem (16)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In