Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Tuesday, 17 May, 2022
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Cerpen

Kucing Liar

Zeky Effendy by Zeky Effendy
18 November 2020
in Cerpen
0
Gambar Artikel Kucing Liar

Sumber Gambar: https://www.behance.net/gallery/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Malam itu, aku berniat ngopi menyapa bintang dan bulan yang sunyi.  Sesap demi sesap kopi perlahan membasahi mulutku yang gersang. Tiba-tiba terdengar seret sandal si Pak Tua menggugurkan kesunyianku.

“Le… Sendiri saja?” Basa basi Pak Tua membuka pembicaraan.

“Iya, Pak. Ini lagi nyantai sambil ngopi.” Timpaku padanya.

“Ya, beginilah hidup, Le. Hakikatnya semua orang itu sendiri meskipun dalam keramaian.” Ujar si Pak Tua.

“Sendiri, maksudnya gimana, Pak?” Tanyaku heran mendengar kata-katanya.

“Ya sendiri. Kita menghadapi masalah sendiri, mati sendiri, ditanya malaikat nanti juga sendiri, semuanya sendiri.”

“Owh…“ singkat jawabku. Pikirku beliau akan mengakhiri pembicaraan, nyatanya tidak. Pak Tua itu malah semakin birahi dalam membubarkan kesunyianku.

“Aku dulu tak seperti dirimu, Le. Aku dulu hidup di mana orang-orang banyak membenci tempat itu. Aku hidup di bagian gelapnya kehidupan yang di dalamnya berisikan kebahagiaan-kebahagiaan sementara. Obat-obatan jadi teman, alkohol jadi pelarian.”

Aku jadi tertarik untuk menyusuri lebih dalam lagi tentang pengalaman beliau, tapi dalam hati bergumam, “Yah sial.. gugur lagi niatku, tapi tak apalah mungkin beliau diutus oleh Tuhan untuk menemaniku malam ini.”

“Terus,  bagaimana Bapak lari dari kehidupan itu?” Tanyaku sembari menyulut rokok yang telah kurajut ketika mendengarkan cerita beliau tadi.

“Pada suatu hari, aku sedang berada di dalam diskotik dan tiba-tiba ayah yang berada di kampung menelponku kala itu.  Namun karena di dalam diskotik sedang ramai, akhirnya aku hanya menjanjikan akan menelpon balik nanti. Tapi, karena efek kimia, jadinya dua hari aku lupa pada janjiku sendiri. Ayahku marah-marah padaku, beliau tahu bahwa aku hidup hura-hura di sini. Ayahku menangis, aku pun juga menangis. Dari kejadian itu, aku sadar dan perlahan lari dari kehidupanku yang kelam.” Setelah curhatan beliau, keadaan hening sejenak. Sebelum akhirnya seekor kucing melintas dan beliau berkata-kata lagi.

“Lihatlah, seekor kucing itu enak sekali hidupnya. Makan,  tidur, kawin begitu saja.”

Kata-kata beliau menyebabkan bising di kepalaku, seperti diadakannya pergelaran gladiator di Colosseum Roma.

“Tapi Pak, apakah seekor kucing itu tidak mempunyai akal pikiran?”

“Iya…“ sambil beliau sesap kopi hitam bercampur kepekatan malam kala itu.

“Jika benar kucing tak punya akal pikiran, berarti kucing tak tahu bahwa dia seekor kucing?”

“Nah…. Di sanalah kuasa Tuhan, Le. Semua tentang hewan dari yang besar sampai yang kecil sudah diatur oleh Tuhan, jadi tak perlu akal pikiran.”

Aku semakin heran, “Mengapa manusia tak begitu juga, Pak?”

“Kamu ini harusnya bersyukur, Le, manusia sudah dikasih akal pikiran. Jadi,  manusia bisa memilih hidupnya sendiri .” Timpalnya.

Oke, kali ini aku agak setuju dengan tutur kata beliau. Meskipun sebenarnya aku kurang puas dengan jawaban simple yang beliau tuturkan. Aku ingin menyusup lebih dalam lagi sampai tak ada manusia yang bisa yang bisa menolongku.

“Ya sudah, malam sudah semakin malam. Tak usah terlalu dipikir, anak muda. Tidurlah, rawat badanmu agar tak cepat penyakitan, hehe. Aku pamit dulu dari pengadilan ini.”

Dalam hati mendesis, “Tidak. Aku ingin hancur saja, daripada harus tertimpa lebih banyak lagi pertanyaan-pertanyaaan yang tiada akhir.”

Malam semakin malam, bintang tetap setia pada bulannya. Begitu juga aku, yang setia pada sunyiku sendiri. Tak sadar,  kopi di sampingku telah dihabiskan oleh Pak Tua itu.

“Bajigur! Terhipnotis aku oleh kata-katanya.”

Akhirnya, aku beranjak dari gubuk tua dengan menggendong sekepal pertanyaan-pertanyaan tentang kucing liar di bahuku. Tapi, tak berakhir di situ. Keesokan harinya, di saat mentari baru saja menampakkan wajahnya pada dunia, aku bergegas bertanya pada kawanku untuk meluapkan rasa ketidakpuasan atas jawaban Pak Tua semalam.

“Selamat pagi, Guru (panghilan mesraku padanya).  Aku semalam bicara banyak dengan Pak Tua yang pernah kubicarakan padamu. Aku bertanya padamu kini, engkau pasti tahu bahwa kucing tak punya akal pikiran. Nah, jika benar kucing tak memiliki akal pikiran, berarti kucing tak tahu bahwa dirinya kucing?” Rasa cemas, sebab pesan tak cepat dibalas olehnya.

Tak lama kemudian, “Selamat pagi, pertanyaanmu membuatku lapar.” Kata kawanku, “Sebentar… jika kucing sadar bahwa dia seekor kucing, apakah mereka akan demo. Sebab, tak sedikit dari kaum mereka yang diperjualbelikan?”

Kupikir-pikir benar juga.  Ia melanjutkan, “Bukan kucing saja, anjing juga akan berkonsolidasi dan melakukan aksi mendemo manusia. Sebab, setiap nama mereka (anjing) selalu dijadikan umpatan dan disumpah-serapahi. Padahal mereka tak salah.”

“Tapi, dengan bahasa apa nantinya mereka meyuarakan haknya?” Seperti pepatah, “Darah dibalas darah. Maka, pertanyaan dibalas pertanyaan.“ Gurauku padanya.

“Jika mereka bisa demo atas kesadaran dan penggunaan akalnya, tentu sebelumnya mereka menyepakati apa-apa yang kemudian terbentuklah bahasanya sendiri.” Ujarnya.

“Tapi,  ngomong-ngomong tentang hewan, kehidupan ini sangat lucu. Bagaimana tidak, singa yang makannya hanya daging saja sudah disebut buas. Tapi, manusia yang memakan segala hak sesamanya masih dibilang cipataan paling sempurna.”

Aku pusing dan tak mau melanjutkan lebih jauh lagi. Kupilih menjerang air dan menyeduh kopi, lantas terpekur menyesapi kesunyianku kembali.

Tags: akalbinatangcerpenkegelisahankucingkucing liarmanusiaperenungansunyi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Orbital Dago: Ragam Pengalaman di Satu Tempat

Next Post

Pesona dan Kuliner Kepulauan Anambas

Zeky Effendy

Zeky Effendy

Pemuda yang hobi ngopi. Tinggal di Ampel Surabaya

Artikel Terkait

Pulang
Cerpen

Pulang

22 April 2022

Pak Tua adalah seorang pengemis yang mangkal di kawasan Perempatan Jalan. Setiap harinya, Pak Tua biasa menjalankan profesinya di sudut-sudut...

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu
Cerpen

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022

Selalu ada kebisingan menggerayangi telinga. Bebatuan bertasbih menolak kesedihan dengan membisu. Tembok, candi, arca berbicara. Kata-kata tanpa aksara beterbangan menjelajah,...

Pengakuan
Cerpen

Pengakuan

11 March 2022

Saat itu pukul tiga sore, aku memasuki rumah makan Bakmi GM di sekitar jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta. Dari sebuah...

Tiada yang Bakal Dirindu
Cerpen

Tiada yang Bakal Dirindu

28 January 2022

Percikan cahya surya begitu menyayupkan mata. Terlihat begitu cantik dan gagahnya di Barat mentereng seperti pemilik tata surya di muka...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Gambar Artikel Percakapan Orang Sinting Tentang Kota bawah Tanah

Percakapan Orang Sinting

23 January 2021
Sebungkus Sunyi

Sebungkus Sunyi

20 November 2021
People vector created by vectorpocket - www.freepik.com

Metropolis Berduli

12 December 2021
Gambar Artikel Pengarang Feminis

Pengarang Feminis

9 January 2021
Gambar Artikel Kemarin dan Rindu

Kemarin dan Rindu

31 October 2020
Makanan dan Orang Jawa

Makanan dan Orang Jawa

4 February 2021
Akhirnya Aku Mati!

Akhirnya Aku Mati!

17 June 2021
Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

26 December 2021
Gambar Artikel Jembatan Lamper

Jembatan Lamper

2 November 2020
Mati dan Pagi Hari di Cikajang

Mati dan Pagi Hari di Cikajang

24 April 2022

Ikuti Kami di Instagram

  • Ada yang baru niii~~
Yuk langsung meluncur ke web metafor.id yhaaa!!!

#metafordotid #nulisdimetafor #milenial #culture #germany #indonesia
  • Sobat yang masih bingung kenapa artikelnya ngga dipublish-publish, biar ngga overthinking langsung aja ke sini ya sob https://metafor.id/milenial/tips-dan-trik/tips-menulis-artikel-ilmiah-yang-publishable-di-jurnal-nasional-terakreditasi/

#tips #trik #artikeljurnal #metafordotid #nulisdimetafor
  • Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Sobat Muslim semua. Mohon maaf lahir dan bathin yaa sob 🙏
Welcome Ramadhan 1443 H 🥰♥️

#ramadhan #metafordotid #nulisdimetafor
  • [WRITE FOR PEACE 3.1]
“If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other.”—Mother Teresa.

Hallo sobat meta, siapa yang sudah menunggu program spesial yang diadakan For Peace Project?
Sekarang saatnya sobat ikuti agenda kegiatannya. Selengkapnya bisa klik link yang ada di story yaa sobat😃😃
_________________________________

How long have you waited to join our special annual program? Your patience is paid off now. Write For Peace is here! It is an annual event run by For Peace Project that selects the prospective youth in Southeast Asia to contribute by voicing their concerns about human rights and peacebuilding through writing. 

In this edition of Write For Peace, we try to bring up the overlooked issues on peace and human rights, including the rights of indigenous peoples, refugee & asylum seeker rights, Sexual and Gender-Based Violence (SGBV), and unrecognized beliefs and religious issues. Therefore, we provide a platform to understand and explore the problems mentioned by inviting four outstanding speakers in their respective fields. 

This activity aims to stimulate youth ideas and concerns and then manifests their thoughts through writing. 

There are a series of activities of Write For Peace 3.1: 
Registration: 16 March - 14 April 2022
Presentation Session: 16 - 17 April 2022
Open Submission: 18 - 30 April 2022
Article Publication: 25 April - 7 May 2022

What are you waiting for? Join us by clicking the link below for more information:

https://bit.ly/Guidelines_WFP31

Save the dates and see you in April!

#Writing #Writer
#ASEANYouth
#ASEAN #IndigenousPeople #GenderBasedViolence
#TraditionalReligion
#Refugees
#AsylumSeekers
#Peacebuilding 
#humanrights
  • [WRITE FOR PEACE 3.1]
“If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other.”—Mother Teresa.

How long have you waited to join our special annual program? Your patience is paid off now. Write For Peace is here!

Ini adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh @forpeaceproject dengan memilih pemuda Asia Tenggara untuk berkontribusi dalam menyuarakan kekhawatiran mereka berkaitan dengan hak asasi manusia dan pembangunan perdamaian melalui tulisan.

Dalam Write For Peace edisi kali ini, kami mencoba mengangkat isu-isu yang terabaikan tentang perdamaian dan hak asasi manusia, termasuk hak masyarakat adat, hak pengungsi & pencari suaka, Kekerasan Berbasis Seksual dan Gender (SGBV), serta kepercayaan dan agama yang tidak diakui. Oleh karena itu, kami menyediakan wadah untuk memahami dan mendalami permasalahan tersebut dengan mengundang empat pembicara luar biasa di bidangnya masing-masing.

Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang ide dan kepedulian kaum muda dalam mewujudkan pemikiran mereka melalui tulisan.

Berikut rundown kegiatan Write For Peace 3.1: 
Registration: 16 March - 14 April 2022
Presentation Session: 16 - 17 April 2022
Open Submission: 18 - 30 April 2022
Article Publication: 25 April - 7 May 2022

What are you waiting for? Join us by clicking the link below for more information:

https://bit.ly/Guidelines_WFP31

Save the dates and see you in April!

#Writing #Writer
#ASEANYouth
#ASEAN #IndigenousPeople #GenderBasedViolence
#TraditionalReligion
#Refugees
#AsylumSeekers
#Peacebuilding 
#HumanRights
  • [WRITE FOR PEACE 3.1]
“If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other.”—Mother Teresa.

How long have you waited to join our special annual program? Your patience is paid off now. Write For Peace is here!

Ini adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh @forpeaceproject dengan memilih pemuda Asia Tenggara untuk berkontribusi dalam menyuarakan kekhawatiran mereka berkaitan dengan hak asasi manusia dan pembangunan perdamaian melalui tulisan.

Dalam Write For Peace edisi kali ini, kami mencoba mengangkat isu-isu yang terabaikan tentang perdamaian dan hak asasi manusia, termasuk hak masyarakat adat, hak pengungsi & pencari suaka, Kekerasan Berbasis Seksual dan Gender (SGBV), serta kepercayaan dan agama yang tidak diakui. Oleh karena itu, kami menyediakan wadah untuk memahami dan mendalami permasalahan tersebut dengan mengundang empat pembicara luar biasa di bidangnya masing-masing.

Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang ide dan kepedulian kaum muda dalam mewujudkan pemikiran mereka melalui tulisan.

Berikut rundown kegiatan Write For Peace 3.1: 
Registration: 16 March - 14 April 2022
Presentation Session: 16 - 17 April 2022
Open Submission: 18 - 30 April 2022
Article Publication: 25 April - 7 May 2022

What are you waiting for? Join us by clicking the link below for more information:

https://bit.ly/Guidelines_WFP31

Save the dates and see you in April!

#Writing #Writer
#ASEANYouth
#ASEAN #IndigenousPeople #GenderBasedViolence
#TraditionalReligion
#Refugees
#AsylumSeekers
#Peacebuilding 
#HumanRights
  • Selamat Hari Kartini untuk semua sobat perempuan. ♥️🌸

#harikartini2022 #emansipasiwanita #metafordotid #nulisdimetafor
  • Selamat Hari Bumi 2022 🌍🌎🌏

Today
  • Selamat Hari Buku Sedunia sobat Meta 🥳📚

Lagi baca buku apa nih sobat?
Geser untuk liat koleksi buku self improvement Meta dong, ada favoritmu? 😍
Komen di bawah yaaaa 🙆‍♀️

#worldbookday #metafordotid #nulisdimetafor
  • Selamat hari buruh, sobat.
(KBBI: Buruh= orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah; pekerja)

#hariburuhnasional #metafordotid #1mei2022
  • Selamat hari pendidikan nasional sobat.
Ada yang bilang pendidikan adalah proses menemukan yang dikehendaki Tuhan atas hidup kita.
Kalau menurut sobat, pendidikan itu apa?

#metafordotid #haripendidikannasional #belajar
  • Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi

Oleh M. Naufal Waliyuddin

Salah satu contoh dampak buruk doktrin kemandirian tersebut adalah ketidakmampuan individu dalam menakar dan menghargai jasa orang lain—yang sangat mungkin tidak disadarinya. Kadang seseorang merasa mandiri, bisa mengurus KTP, SIM, nyuci pakaian, masak, sampai daftar kuliah dan hal lainnya dengan dirinya sendiri. Namun ia lupa, bahwa makanan yang ia beli, pakaian yang ia kenakan, pasti melibatkan multiperan dari berbagai profesi manusia.

Selengkapnya di 
https://metafor.id/kolom/takbiran-buruh-hardiknas-ki-hadjar-dewantara-dan-lebaran-pascapandemi/

#metafordotid
#nulisdimetafor
#bacaartikel
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Taman Literasi Digital” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Panitia Hari Besar Islam: Representasi Toleransi Keumatan dalam Peringatan Idul Fitri di Kabupaten Klungkung
  • Berteman dengan Kegagalan
  • Takbiran Buruh, Hardiknas Ki Hadjar Dewantara dan Lebaran Pascapandemi
  • Mati dan Pagi Hari di Cikajang
  • Pulang
  • Konsep Cahaya Menurut Suhrawardi dalam Epistimologi Ishraqi (Tasawuf Falsafi)
  • Membaca Pikiran Atheis Sam Harris: Manusia Bebas atau Terjajah Selera?
  • Menyuarakan Mereka yang Terbungkam
  • Sekala Niskala
  • Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”
  • Pilih Masjid yang Tarawih 8 atau 20? Ada yang Dua-duanya lo!
  • Seni Memahami (Diri)

Kategori

  • Event (5)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (3)
  • Inspiratif (30)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (18)
  • Kolom (55)
    • Ceriwis (12)
    • Esai (43)
  • Metafor (186)
    • Cerpen (46)
    • Puisi (125)
    • Resensi (14)
  • Milenial (43)
    • Gaya Hidup (23)
    • Kelana (10)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (68)
    • Cangkem (16)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In