• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 21 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Kolom Esai

Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

M. Naufal Waliyuddin by M. Naufal Waliyuddin
25 Juni 2021
in Esai
0
Pendidikan, Multiple Intelligences dan Persoalan Era Digital

https://www.behance.net/gallery/97691685/Coronavirus

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sastrawan asal Kalkota, India, Rabindranath Tagore pernah mengungkapkan, “the highest education is that which does not merely give us information but makes our life in harmony with all existence.” Uraian tersebut memiliki anasir yang senada dengan pengertian Ki Hajar Dewantara. Pendidikan berposisi sebagai instrumen meningkatkan kualitas individu—melingkupi multiaspek dari budi pekerti, pikiran dan jasmani—supaya mampu menuju kesempurnaan hidup agar selaras dengan alam dan masyarakat. Sementara dalam khazanah intelektual Muslim, pendidikan dikenal mengandung tiga komposisi interdependen: tarbiyah (pengembangan dan pengayoman), ta’lim (pembelajaran), dan ta’dib (pemberadaban secara komprehensif dan berada dalam spektrum yang lebih luas).

Namun agaknya realitas pendidikan masyarakat modern saat ini justru menjauh dari keharmonisan yang dimaksud. Semenjak masuknya arus globalisasi, perkembangan pesat teknologi informasi tidak terhindarkan sehingga mencapai peradaban digital. Ini dapat ditengarai bahwa di samping efek positif, terdapat pula tiga gaya hidup yang berkembang dalam diri manusia modern: pola hidup materialistis, kecenderungan hedonistik, dan budaya kecepatan. Konsekuensi yang dikenyam adalah gelombang persaingan hidup yang ketat, hilangnya ritme hidup yang perlahan (untuk menikmati dan menghirup atmosfer proses), dan karena itu manusia rentan dilanda stress—apalagi ditambah masa pandemi Covid-19 begini.

Sedangkan geliat era digital di mana manusia yang mulanya berposisi sebagai subjek pengguna peranti teknologi, kini secara ironis justru beralih menjadi objek teknologi itu sendiri. Manusia yang pada mulanya menjadwal kegiatan keseharian, sekarang bergeser menjadi objek yang dijadwal oleh gawai, umpamanya. Berpijak dari fenomena itu, maka akan wajar belaka saat menemukan diskursus Erich Fromm dalam The Art of Loving yang jauh-jauh hari sudah mewejang bahwa manusia abad modern kelak akan mengalami ketidakstabilan jiwa. Hal itu merupakan resultan dari rasa teralienasi (terasing) manusia oleh cara berpikir industrial—dengan cara kerja yang harus serba-efisien, teratur, predictable, dan mekanis. Serangkum gejala yang oleh Ritzer disebut sebagai dampak dari McDonaldisasi.

Pola yang mirip itu, tragisnya, selama ini malah diberlangsungkan secara lestari dan cukup prominen dalam dunia pendidikan modern. Manusia selaku individu yang utuh (holistic) dengan pusparagam dimensinya, dalam dunia pendidikan formal masa kini sering kali merasa tertekan oleh usaha penyeragaman dan penyamarataan. Para peserta didik dituntut agar serba-efisien, mekanis, dan teratur dalam cara pandang yang parsial.

Kecerdasan sains matematis masih menjadi idola di kalangan pendidik dan orang tua. Sedang kecerdasan lainnya, seperti sosial dan musikal, seakan dianak-tirikan dalam dunia pendidikan formal dan belum diberi ruang eksploratif secara luas. Padahal upaya ini penting agar setiap individu berkesempatan menggali potensi uniknya sesuai kecenderungan masing-masing.

Maka muncul paradigma multiple intelligences (MI) dari Howard Gardner. Sebagai antitesis dari ‘monopoli’ dan dominasi paradigma IQ, kecerdasan majemuk menawarkan cara pandang berbeda dalam menyikapi setiap potensi individu manusia—terutama peserta didik—yang variatif. Terdapat setidaknya sembilan macam kecerdasan dalam paradigma kecerdasan majemuk, yaitu: matematika, linguistik, spasial, musikal, naturalistik, kinestetik, intrapersonal, interpersonal, dan eksistensial. Di samping mencermati distingsi individual dalam ihwal potensi, paradigma kecerdasan majemuk juga menaruh perhatian kepada tipe kepandaian secara integratif. Selain peran intelektual (IQ), dalam diri individu juga menyimpan anasir emosional (EQ) dan spiritual (SQ) yang ketiganya tidak terpisahkan dan memiliki relasi mutual yang komplementer.

Cara pandang multiple intelligences, dengan demikian, menjadi krusial agar semakin diimplementasikan dalam peta pendidikan secara luas dan sistemik. Kelengkapan multipotensi manusia dalam mencapai tujuan utama pendidikan akan menjadi kurang maksimal apabila atmosfer dan lingkungan pendidikan tidak mendukung kesemua potensi tersebut. Sebuah suguhan yang tidak berlebihan apabila kecerdasan majemuk perlu mendapat sorotan lebih—dan tentunya diambil-terapkan—secara bertahap, komprehensif, untuk kemudian sustainable dan tetap berorientasi pada kebermanfaatan sosial.[]

Tags: era digitalKi Hajar Dewantaramultiple intelligencespendidikanRabindranath Tagore
ShareTweetSendShare
Previous Post

Perempuan Sumba dan Budaya Kawin Tangkap

Next Post

Abbas Ibn Firnas: ‘Manusia Terbang’ Pertama dari Andalusia

M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Tim Redaksi Metafor

Artikel Terkait

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
Esai

Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna

5 Agustus 2025

Malam itu, saya belum ingin tidur cepat. Hingga lewat tengah malam dan hari berganti (Rabu, 23 Juli 2025) saya duduk...

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
Esai

Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

28 Juli 2025

Jika bulan Juni sudah kepunyaan Sapardi, Juli adalah milik Hemingway. Pasalnya, suara tangis bayi-Hemingway pecah di bulan yang sama (21...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024

Sepuluh menit setelah tanggal berganti menjadi 29 Maret 2024, teks cerpen Agus Noor dihidupkan di ampiteater Ladaya. Sejumlah kursi kayu...

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
Esai

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1

1 April 2024

28 Maret 2024 Masehi. Malam 18 Ramadhan 1445 Hijriah. Saya tiba di Ladaya, Tenggarong, setelah menempuh lebih dari satu setengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

Seorang Indigo dan Suara-Suara Bertubuh Kupu-Kupu

4 April 2022
Tips Menulis Artikel Ilmiah yang Publishable di Jurnal Nasional Terakreditasi

Tips Menulis Artikel Ilmiah yang Publishable di Jurnal Nasional Terakreditasi

25 Maret 2022
Kiat Merawat Dendam ala Seneca

Kiat Merawat Dendam ala Seneca

3 November 2021
Gambar Artikel Jangan Baper!

Jangan Baper!

23 Desember 2020
Gambar Artikel Pendidikan Virtual : Belajar Mandiri di Tengah Pandemi

Pendidikan Virtual: Belajar Mandiri di Tengah Pandemi

20 November 2020
Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta

Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta

24 Mei 2024
Kirsip

Kirsip

10 Maret 2021
Gambar Artikel Puisi Semua Semau

Semua Semau

7 Januari 2021
Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemangku Peradaban

10 April 2022
Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.