• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 21 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Milenial Kelana

Gurun Pasir di Indonesia: Pesona Gumuk Pasir Oetune

Abdir Rohman Al-Hamdany by Abdir Rohman Al-Hamdany
20 Januari 2021
in Kelana
0
Gambar Artikel Gurun Pasir di Indonesia: Pesona Gumuk Pasir Oetune

Dokumen Pribadi Kontirbutor

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Masih berkelana di Pulau Timor, Kabupaten Kupang dan sekitarnya. Dalam rangka mengisi kegiatan di kala libur musim panas (liburan sekolah yang diatur Perda NTT karena cuaca yang sangat terik, baca di artikel “Serba-serbi Kota Kupang”). Penelitian yang terhambat dikarenakan liburan musim panas, kami memanfaatkan untuk blusukan ke daerah antah berantah namun selalu memberikan kesan yang bikin betah.

Setelah berdiskusi dan menyeleksi dari sekian banyaknya wisata yang akan dituju, kami sepakat berpetualang lintas kota, keluar dari hiruk pikuk Kota Kupang, mencari teriknya matahari di Gumuk Pasir Oetune. Sebuah pantai yang memiliki gundukan pasir yang tinggi. Di Pantai Oetune ini, wisatawan mengincar spot foto di gundukan pasir yang–jika anda pintar mengambil angle foto yang bagus–akan tampak seperti foto di gurun pasir.

Spot Foto di Oetune, Layaknya Foto di Gurun Pasir

Terletak di Desa Tuafanu, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, Gumuk Pasir Oetune ini cukup jauh dari pusat Kota Kupang. Kamu perlu waktu sekitar 3 jam untuk menuju pantai yang berbonus gurun pasir ini. Dan perlu diingat, ini bukan di Pulau Jawa. So, jangat kaget dengan perjalanan yang sangat berkesan karena anda akan melewati daerah antah berantah ini. Heheuu.

Perjalanan kami menuju Gumuk Pasir Oetune akan melewati berbagai macam daerah, mulai daerah perkotaan, perkampungan, perkebunan kering hingga hutan yang juga kering karena puncak musim kemarau. Kontur jalanannya pun sangat beragam, mulai jalan beton dan aspal yang masih bagus, hingga jalanan tidak beraspal yang naik turun dan berliku-liku. Bonus kala itu kami melewati sungai yang kering karena jembatan penghubungnya sedang diperbaiki. Oh iya, kami berenam mengendarai 3 motor untuk trip kali ini, makin seru bukan?

Daerah Kering Kerontang dalam Perjalanan menuju Gumuk Pasir Oetune

Sekitar satu jam perjalanan, salah satu teman kami ingin buang air kecil. Akhirnya kami mampir ke rumah penduduk terdekat. Setelah menunggu beberapa saat, wajah teman kami pun tampak terheran. Setelah kami tanya, ternyata dia dipersilahkan kencing di salah satu ruangan dalam rumah dengan tanpa adanya bak mandi bahkan air. Saat teman saya bertanya, “bagaimana saya menyiram kencing saya?”. Pemilik rumah menjawab, “biarkan saja nanti kering”. Wkwk.

Kami berangkat dari Kota Kupang sekitar pukul 06.00 WITA, agar tidak gosong karena terik matahari ketika sampai di sana. Di tengah perjalanan, karena belum sempat sarapan, perut kami pun meraung-raung, hingga akhirnya kami memutuskan berhenti mencari sarapan. Kami sudah 2/3 perjalanan ketika singgah untuk sarapan. Tanpa pikir panjang, kami langsung menentukan untuk sarapan di salah satu warung pinggir jalan.

Warung yang kami singgahi tampak seperti “warteg” di Jawa. Namun, saking laparnya, kami lupa kalau sedang di daerah mayoritas non-muslim. Untungnya, seorang teman saya yang beragama Hindu teringat dan berinisiatif menanyakan. “Kaka nona, di sini ada masakan Babi ko?”.

Pemilik warung menjawab (dengan sedikit ragu-ragu), “Tidak”. Umumnya, orang NTT akan mengatakan “sonde” yang artinya “tidak”. Kemudian teman saya langsung menunjuk salah satu masakan yang dihidangkan, dan menanyakan masakan apakah itu. Sang pemilik warung menjawab, itu daging RW (daging anjing). Seketika, harapan kami untuk segera sarapan buyar. Hihihi.

Tidak jauh dari warung sebelumnya, ada warung bakso. Salah satu teman saya langsung berinisiatif menanyakan apakah ada masakan babi di warung tersebut. Beruntungnya perut kami, sang penjual langsung menjawab, “Saya muslim, Pak”. Tanpa pikir panjang karena naga di perut sudah berteriak, kami langsung masuk ke warung tersebut. Usut punya usut, ternyata pemilik warungnya adalah orang asli Solo.

Setelah perut terisi penuh, kami melanjutkan perjalanan menuju Gumuk Pasir Oetune. Mendekati lokasi tujuan, kami melewati jalan berpasir dengan pohon-pohon kering disampingnya. Kuda dan kerbau juga menghiasi perjalanan kami di jalanan berpasir ini.

Sesampainya di lokasi, kami bertemu dua anak pribumi yang sedang bermain-main. Kedua anak itu lalu ikut dengan kami saat berjalan dari lokasi parkir menuju gundukan pasir tujuan kami. Tidak ada tiket masuk maupun biaya parkir di wisata ini. Namun anda harus kuat dan bersabar melewati perjalanan di daerah antah berantah ini.

Sesuai dugaan, kami sampai di gumuk pasir sekitar pukul 10 siang. Matahari sudah cukup terik di atas kami. Ketika menginjakkan kaki di gundukan pasir ini, pasir-pasir mulai masuk ke sepatu kami, dan terasa panas sekali. Namanya juga liburan musim panas, apa mau dikata, kami nikmati saja panasnya. Jangan lupa, jika kamu ingin berlibur di daerah NTT, selalu bawalah sunblock atau sepulang liburan kulit anda mengalami luka bakar derajat 1. Heheuu.

Foto di Gurun Pasir Indonesia

Setelah berjalan menikmati terik dan panasnya pasir yang kami injak. Spot foto instagramable pun sudah ditemukan. Foto jarak dekat dengan hanya menampakkan gundukan pasir adalah incaran kami. Beruntungnya ada dua gadis kecil yang ikut jalan-jalan dengan kami. Mereka cukup bisa diandalkan untuk mengambil foto.

Setelah satu jam lebih kami berswafoto, dan matahari makin di atas kepala. Kami memutuskan untuk kembali ke tempat parkir dan duduk di gubuk-gubuk kecil di pinggir pantai. Sambil menikmati makanan ringan yang sudah kami siapkan. Menyantap snack sambil menikmati angin laut cukup membuat lelah kami terbayarkan. Ditambah adanya dua gadis kecil yang bisa kami ajak ngobrol bagaimana kehidupan mereka di sini.

Sekitar pukul 1 siang, kami memutuskan untuk pulang, karena di wisata ini tidak ada musholla. Sekitar 1 jam perjalanan kami pulang, kami menemukan sebuah masjid. Tiga orang yang punya kewajiban sholat akhirnya bisa pulang dengan tenang tanpa harus punya tanggungan lagi–karena perjalanan masih panjang. See you next trip.[]

Tags: gurun pasirkelanaNTTPesona Gumuk Pasir Oetunepesona Indonesiatravellingtrip
ShareTweetSendShare
Previous Post

Dengan Angin

Next Post

Kawi Matin dan Fragmen Kemiskinan

Abdir Rohman Al-Hamdany

Abdir Rohman Al-Hamdany

dokter lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini sedang mengabdi di Ponpes Amanatul Ummah dan Internship di Puskesmas Pacet, Mojokerto. Fans Juventus sejak masih sperma.

Artikel Terkait

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
Kelana

Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi

9 Agustus 2025

Narasi canggih soal kopi di coffee shop terdengar terputus dari asalnya: alas. Rasa yang belum menyatu itu menyembulkan sebuah ide...

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata
Kelana

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022

Belanda, mungkin negeri ini tidak asing bagi orang Indonesia mulai dari yang tua sampai yang muda. Terlebih bagi saya. Dalam...

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia
Milenial

Perbedaan Sikap dan Budaya Orang Jerman dan Indonesia

24 Maret 2022

Sebelumnya saya pernah menulis tentang bagaimana proses panjang perjuangan menuju Jerman dan menjalani kehidupan di sana--teman saya juga pernah menuliskan...

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman
Kelana

Proses Menuju dan Lika-Liku Menjalani Hidup di Jerman

17 Desember 2021

The Law of Attraction atau mungkin juga berkat dari Tuhan. Ini adalah yang aku rasakan setelah aku bisa menginjakkan kaki...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

Buku Mengajak Bicara dengan Diri Sendiri

17 Desember 2021
Gambar Artikel Menghidupkan Tuhan yang Telah Mati

Menghidupkan Tuhan yang Telah Mati

26 Desember 2020
Ayat-ayat Alam Raya

Ayat-ayat Alam Raya

19 Juni 2021
Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

Mengenal Thasykubro Zadah: Sejarawan Penulis Ensiklopedia Islam

10 Maret 2022
https://unsplash.com/photos/WXeJcabNzhE

Bunuh Diri, Maut, dan Puisi

14 Februari 2021
Nanda dan Kisah Pilunya

Nanda dan Kisah Pilunya

19 Juli 2021
Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

Nyala Lilin dan Puisi Lainnya

14 Maret 2022
Latu

Latu

18 Maret 2021
Gambar Artikel Melebur Bersama Tuhan dengan Tarian

Melebur Bersama Tuhan dengan Tarian

27 Desember 2020
Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”

Minyak Goreng: Objek Doktrin Ekonomi Politik Klasik “Laissez-faire”

16 April 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.