• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 13 September 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Tentang Kita di Laman Koran Pagi

M Z Billal by M Z Billal
21 Maret 2021
in Puisi
0
Tentang Kita di Laman Koran Pagi

https://unsplash.com/photos/1mazop8Y1ss

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

pada halaman 3 yang sial

di laman koran pagi,

kudaras kisah tentang kita

yang mahir berakting, gemar menipu,

juga pembunuh yang elegan.

kita tersenyum dan masa bodoh

soal kerusakan dan seberapa banyak

yang mengamuk-membenci.

 

dan orang-orang mulai

melempari kita dengan maki,

kutuk,  dan umpat.

mereka terbakar dan nyala api itu

sudah sampai ke tubuh kita

yang berlumur minyak alam

dan logam-logam mulia

yang mana telah kita curi dari mereka.

tentu saja kita pantas

menerima itu semua.

 

dan sekarang kita adalah patung peringatan

yang benar-benar dihzancurkan

untuk tak perlu lagi diingat.

kita menjelma bahan bakar

alternatif untuk kemarahan yang

semakin memuncak dan sulit

dikendalikan.

 

sebab kita

adalah pengerat

yang baru saja harus berhenti

merobohkan rumah sendiri.

 

Kamar Alegori, Maret 2021

 

Menemukan Orang-orang yang Kau Tinggalkan

satu-satunya alasan pada suatu hari nanti

kau teringat pada orang-orang baik yang kau tinggalkan

jauh di belakang, adalah ketika hatimu yang serupa

jendela kastel megah lapis baja pecah berderai

seperti salju akhir tahun yang beku di utara.

masih berkilauan namun menimbun sepi yang menusuk.

sendiri dan hatimu yang makin tandus oleh kesedihan

tiba-tiba ditumbuhi tanaman asing yang kau sebut sendiri

sebagai bunga-bunga rindu.

 

saat itu kau langsung menghukum diri sendiri.

berhenti menjadi pejuang semu dalam aplikasi peperangan

dan menjauhi tiap-tiap keramaian yang masa bodoh.

kepalamu menggerimis pertanyaan-pertanyaan

yang makin deras, membawamu menyeberangi ingatan

tentang orang-orang yang memilih tetap setia padamu,

tapi kau tinggalkan mereka untuk sebuah alasan yang absurd.

kau memaksa diri memotong kenangan yang justru melukaimu

saat seluruh waktu menolak keberadaanmu dan melemparmu

ke sudut-sudut jauh terabaikan. sampai kau sadar,

kesalahan terburukmu adalah ketidakpedulian, mudah lupa

dan terus berpura-pura.

 

lalu kau pergi ke rumah ibadah, belajar

menjadi orang saleh. menghabiskan sebagian besar

hari-hari dengan membaca sebanyak mungkin kitab

dan mulai peduli pada hal-hal kecil.

tapi entah mengapa padang hatimu masih saja sama

sunyi sementara bunga-bunga dan pohon rindu

kian rindang menjelma rimba belantara yang membuatmu

terlihat semakin tersesat dalam diri sendiri.

 

lewat mesin pencari lantas kau berusaha

menemukan orang-orang baik yang kau tinggalkan.

masihkah mereka berada di sana, mengingat namamu

dengan baik. atau kini kau telah tersisa sebagai masa lalu saja.

kau terus mencari, menulis nama-nama mereka

tanpa henti meski berulang kali menyadari

patah hati betul-betul menyiksa dan perih.

 

Kamar Alegori, Maret 2021

 

Aku Kehilangan Puisi

Aku kian ramai,

berderai

Menjadi repih kata

tapi tak sanggup

mengumpulkan diri jadi puisi.

Membeku di dasar gelas

bersama ampas kopi

para pemimpi.

Di kota yang bertabur

sinar lampu dan aroma jeruk

dan wiski.

Harapan serta-merta menjelma

burung-burung migrasi

yang entah kapan akan kembali.

Ladang-ladang pun telah tumbuh

pula menjadi belukar beton dan besi.

Berita-berita di laman koran

dan televisi juga menambah getir hati.

Sebab kini kita tak lagi

saling rindu dan mengasihi.

Semua telah jadi omong kosong

kian basi.

 

 

Kamar Alegori, Maret 2021

 

 

Tags: koran pagipuisipuisi ditinggalkanpuisi kerinduan
ShareTweetSendShare
Previous Post

Ritus Kesunyian

Next Post

Bebatuan dan Anyir Air

M Z Billal

M Z Billal

Lahir di Lirik, Indragiri Hulu, Riau. Menulis cerpen, cerita anak, dan puisi. Karyanya termakhtub dalam kumpulan puisi Bandara dan Laba-laba (2019, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali), Antologi Rantau Komunitas Negeri Poci (2020) Membaca Asap (2019), Antologi Cerpen Pasir Mencetak Jejak dan Biarlah Ombak Menghapusnya (2019) dan telah tersebar di media seperti Pikiran Rakyat, Rakyat Sumbar, Radar Mojokerto, Haluan Padang, Padang Ekspres, Riau Pos, Fajar Makassar, Banjarmasin Post, Magelang Ekspres, Radar Cirebon, Kedaulatan Rakyat, Medan Pos, Radar Malang, Radar Tasikmalaya, Bangka Pos, Radar Bekasi, Tanjung Pinang Pos, Bhirawa, Merapi, Cakra Bangsa, Lampung News, ide.ide.id, biem.co, magrib.id, dll. Fiasko (2018, AT Press) adalah novel pertamanya. Bergabung dengan Community Pena Terbang (COMPETER) dan Kelas Puisi Alit.

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Di Balik Bilik Kamar

Di Balik Bilik Kamar

12 Maret 2021
Pop Culture Buat Isti

Pop Culture Buat Isti

3 April 2021
Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023
Gambar Artikel Puisi Pengasingan

Pengasingan

27 Januari 2021
Gambar Artikel Ada yang Tetap Kuat

Ada yang Tetap Kuat

3 November 2020
Gambar Artikel Ekspresi Seni, Ilustrasi dan Alih Wahana Karya

Ekspresi Seni, Ilustrasi dan Alih Wahana Karya

26 November 2020
Gambar Artikel Bias Kegelisahan dan Kenangan

Bias Kegelisahan dan Kenangan

17 November 2020
Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020
Gambart Artikel : Analisis Puisi Goenawan Muhammad Saya Cemaskan Sepotong Lumpur

Analisis Puisi Goenawan Mohamad “Saya Cemaskan Sepotong Lumpur”

23 April 2021
Gambar Artikel Cintaku Urusan Orang Lain

Cintaku Urusan Orang Lain

2 November 2020
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (214)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (141)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (71)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.