• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Selasa, 26 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Seorang Lelaki dan Sungai

dan puisi-puisi lainnya

Hisyam Billya Al-Wajdi by Hisyam Billya Al-Wajdi
3 Januari 2022
in Puisi
0
Seorang Lelaki dan Sungai

https://ebookfriendly.com/best-illustrations-books-reading/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Seorang Lelaki dan Sungai

Pada sungai yang masih menyimpan bau hujan, lelaki itu termenung. Wajahnya diliputi duka dan udara sekitar mensesap kesedihannya

Riak-riak yang hadir bagai melodi, menyihir angin ke tempat yang jauh; dalam hatinya

Lelaki itu seorang rahib dari wajahnya memancar aura magis yang dapat menyingkap rahasia malam seorang penyair yang tengah kasmaran, bunga-bunga keabadian gugur silih bergantian

Ketika sungai itu menyapu batu-batu dan langit menegakan kepala. Ia beranjak ke utara membawa kematian serta kesucian dalam satu genggaman

2021

 

GoPL

Dan malam berkerumun mengelilingimu. Sayap ibu, segelas susu dan tungku api yang padam ikut mendengkur di bawah langit, berdetak di dada menjelma puisi cinta

Kau mengingat keratin terahir. Sebagai panggilan telepon seluler yang menyusuri kabel-kabel tembaga mirip abdi dalem sepuh ketika mengucurkan minyak kaswari ke tepian kolam pemandian

Kau membuka mata dengan lelahnya setelah sepanjang hari urung berkedip: menjaga anak-anak sungai yang diguyur kabut

“Langit benar-benar tak bisa di jamah” katamu

2021

 

Kuda

Dan kuda itu tak pernah lelah kau pacu, menembus sabana gersang dan guyuran matahari kerontang

Dan kuda itu terlepas dari dekapan, mengembara ke lain samudera, benua bahkan antariksa

Langit yang tiba-tiba kesumba, bentang alam terjelma seekor kuda meringkik dalam terpaan debu-debu, serta qolbu yang melebar seluas lembaraan awan. Bintik kecil yang tergencet. Dunia memang senantiasa menyuguhkan duka lara, resah gelisah. Bebauan kirmizi serta nominous yang suci. Aku melihatmu datang dari ujung Alabasta, gurun yang penuh rahasia.

2021

 

Catatan Tiga

Dan aku menemuimu; di lapangan Piyungan ketika senja sudah mulai sempurna dan cahya matahari gugur di ufuk sana. Sebelum itu, kita saling mengikat janji; bertemu di sini; semua sudah ku rancang jauh-jauh hari. . Berjam-jam sudah aku diam, menanti kelebatmu turun; tak ada isyarat yang memperjelas kedatanganmu; keragu-raguan mulai menghinggapi dadaku. Ketika awan yang lembayung itu semakin merah dan hadirmu belum juga merekah

2021

 

Doa

Ya Tuhanku, aku berlindung dari bulu-bulu lembut yang mengusap keningku. Dari berubahnya lalat menjadi kupu-kupu ataupun sebaliknya. Aku berlindung kepadamu dari gempa di dasar jiwa serta sungai-sungai yang tak jelas mengalir ke mana. Ya Tuhan aku bermadah, sujud dan menghanguskan kesombonganku akan hari-hari yang melilit pagi, akan ketidaktauan perihal lembaran bulan serta cahaya yang tiba-tiba sirna.

Ya Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari hati yang gamang, kerinduan tak berkesudahan dan bayang-bayang masa lalu yang enggan dilenyapkan.

2021

 

Bersamamu

Bersamamu di dalam bus, tak ada bangku kosong di sana; ganggang besi tempat kita

Di mata aku saksikan, jutaan kehibukan lelah singgah, serta gemilang masa lalu yang sampai sekarang sedia memanksamu untuk menganyam kesedihan tak berkesudahan.

Aku di sisimu, menjadi langit yang tegak menjulang. Menjadi harapan dalam semesta keluasan.

Kau di sisiku, sebagai patung dewi yang hilang kesakralan atau bebatuan cina yang tak selesai terpahat.

Di dalam bus ini, kita menjelma kupu-kupu yang hinggap di bunga terahir, persimpangan terahir. “Tapi kupu-kupu tak pernah lahir dari latar yang sesak bukan?” katamu. Seperti lajur-lajur jalan di balik jendela itu, aku melesat dari pandanganmu serta orang-orang di sekitarmu

2021

Tags: Hisyam BillyapuisisastraSeorang Lelaki dan Sungai
ShareTweetSendShare
Previous Post

Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

Next Post

Meneladani Sufi Jenaka: Nashrudin Hoja & Keledainya

Hisyam Billya Al-Wajdi

Hisyam Billya Al-Wajdi

Penulis lahir di Bantul, Yogyakarta. Pada 11 Februari 2002. Saat ini menempuh pendidikan di UIN Sunan Kalijaga, Prodi Aqidah Filsafat Islam. Puisinya dimuat beberapa media  dan antologi bersama. Selain berkecimpung di dunia kampus, penulis juga menyibukkan diri mengelola kebun di halaman belakang rumah. Penulis menetap di Bantul,Yogyakarta.

Artikel Terkait

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
Puisi

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya

22 Juni 2025

Kiat Marah yang Payah  Malam hari yang dingin mencekam cepat menusuk pori-pori. Dan keniscayaan lupa mendekam di hati dan kantong...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

19 Juli 2021
Hujan Musim Kemarau

Hujan Musim Kemarau

25 Oktober 2021
Gambar Artikel Jangan Baper!

Jangan Baper!

23 Desember 2020
Melepas Kasih dalam Balutan Sastra

Melepas Kasih dalam Balutan Sastra

23 Oktober 2021
Bekas Kecupan

Bekas Kecupan

28 April 2021
Bersetubuh dengan Kata

Bersetubuh dengan Kata

24 Maret 2021
Promothean

Promothean

1 Februari 2021
Gambar Artikel Seringai Pedih yang Ia Tulis

Seringai Pedih yang Ia Tulis

28 Desember 2020
Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025
Dalam Buku untuk Bersikap Mangap

Dalam Buku untuk Bersikap Mangap

11 Februari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (213)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (19)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.