Seorang Lelaki dan Sungai
Pada sungai yang masih menyimpan bau hujan, lelaki itu termenung. Wajahnya diliputi duka dan udara sekitar mensesap kesedihannya
Riak-riak yang hadir bagai melodi, menyihir angin ke tempat yang jauh; dalam hatinya
Lelaki itu seorang rahib dari wajahnya memancar aura magis yang dapat menyingkap rahasia malam seorang penyair yang tengah kasmaran, bunga-bunga keabadian gugur silih bergantian
Ketika sungai itu menyapu batu-batu dan langit menegakan kepala. Ia beranjak ke utara membawa kematian serta kesucian dalam satu genggaman
2021
GoPL
Dan malam berkerumun mengelilingimu. Sayap ibu, segelas susu dan tungku api yang padam ikut mendengkur di bawah langit, berdetak di dada menjelma puisi cinta
Kau mengingat keratin terahir. Sebagai panggilan telepon seluler yang menyusuri kabel-kabel tembaga mirip abdi dalem sepuh ketika mengucurkan minyak kaswari ke tepian kolam pemandian
Kau membuka mata dengan lelahnya setelah sepanjang hari urung berkedip: menjaga anak-anak sungai yang diguyur kabut
“Langit benar-benar tak bisa di jamah” katamu
2021
Kuda
Dan kuda itu tak pernah lelah kau pacu, menembus sabana gersang dan guyuran matahari kerontang
Dan kuda itu terlepas dari dekapan, mengembara ke lain samudera, benua bahkan antariksa
Langit yang tiba-tiba kesumba, bentang alam terjelma seekor kuda meringkik dalam terpaan debu-debu, serta qolbu yang melebar seluas lembaraan awan. Bintik kecil yang tergencet. Dunia memang senantiasa menyuguhkan duka lara, resah gelisah. Bebauan kirmizi serta nominous yang suci. Aku melihatmu datang dari ujung Alabasta, gurun yang penuh rahasia.
2021
Catatan Tiga
Dan aku menemuimu; di lapangan Piyungan ketika senja sudah mulai sempurna dan cahya matahari gugur di ufuk sana. Sebelum itu, kita saling mengikat janji; bertemu di sini; semua sudah ku rancang jauh-jauh hari. . Berjam-jam sudah aku diam, menanti kelebatmu turun; tak ada isyarat yang memperjelas kedatanganmu; keragu-raguan mulai menghinggapi dadaku. Ketika awan yang lembayung itu semakin merah dan hadirmu belum juga merekah
2021
Doa
Ya Tuhanku, aku berlindung dari bulu-bulu lembut yang mengusap keningku. Dari berubahnya lalat menjadi kupu-kupu ataupun sebaliknya. Aku berlindung kepadamu dari gempa di dasar jiwa serta sungai-sungai yang tak jelas mengalir ke mana. Ya Tuhan aku bermadah, sujud dan menghanguskan kesombonganku akan hari-hari yang melilit pagi, akan ketidaktauan perihal lembaran bulan serta cahaya yang tiba-tiba sirna.
Ya Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari hati yang gamang, kerinduan tak berkesudahan dan bayang-bayang masa lalu yang enggan dilenyapkan.
2021
Bersamamu
Bersamamu di dalam bus, tak ada bangku kosong di sana; ganggang besi tempat kita
Di mata aku saksikan, jutaan kehibukan lelah singgah, serta gemilang masa lalu yang sampai sekarang sedia memanksamu untuk menganyam kesedihan tak berkesudahan.
Aku di sisimu, menjadi langit yang tegak menjulang. Menjadi harapan dalam semesta keluasan.
Kau di sisiku, sebagai patung dewi yang hilang kesakralan atau bebatuan cina yang tak selesai terpahat.
Di dalam bus ini, kita menjelma kupu-kupu yang hinggap di bunga terahir, persimpangan terahir. “Tapi kupu-kupu tak pernah lahir dari latar yang sesak bukan?” katamu. Seperti lajur-lajur jalan di balik jendela itu, aku melesat dari pandanganmu serta orang-orang di sekitarmu
2021