• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Perjalanan Wahyu Nirwaktu

dan sajak-sajak lainnya

M. Naufal Waliyuddin by M. Naufal Waliyuddin
11 Januari 2022
in Puisi
0
Perjalanan Wahyu Nirwaktu

Source: https://www.flickr.com/photos/marcarambr/8532548242/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Tiada Hari Tanpa Kehilangan

kata-kata menjamur dan busuk
ada belatung menggerayanginya
aku malu pada keadaan terpuruk
ada bingung dan sesal menjilatinya

sumber bahagia adalah derita, kisanak
kata orang tua sok bijak
tapi aku adalah suka duka pohon beringin
sekalipun disebut angker
tetap teduh dan adem ayem
tempat burung-burung bernaung
sekaligus membuang kotoran mereka

mungkin waktu adalah botol pecah
saat terinjak, akan menggoreskan luka
pada mereka yang tak waspada

karena hidup hanyalah pajangan kolase di dinding perpustakaan berdebu
maka aku hanya bisa tepekur bisu
berharap ada tangan tulus menjamah pipiku
dengan bisik suara halus memanggil namaku

namun kini tiada hari tanpa kehilangan
pandemi korona menjadi asisten Izroil
menjemput mimpi para perindu
menyulut benci para pecandu

pernahkah sapuan angin mengecewakanmu
sedang mereka tak kenal lelah
menemani manusia sejak sebelum banjir Nabi Nuh
sampai zaman big data dan hoax melimpah ruah

pernahkah aku tidak mengecewakanmu
sedang manusia tak kenal ibu
durhaka jasmani rohani sejak di rahim waktu
sampai semesta bengong termangu-mangu

Yogya, 2021

  

Keluhan Anak Desa

kapan terakhir kali anak generasi alpha pergi ke sawah
telanjang kaki mengeja tanah
bersama rumput, bau rabuk dan gulutan brambang
sewaktu gerimis memainkan gending dan tembang

tak ingatkah kau pada gubuk gedhek di sisi Watu Macan
ketika suatu kali kita bersikejar merebut layangan
bapak-bapak mengacungkan arit dari sisi kuburan
karena kaki-kaki kita abai dan riang menjajah tanduran

kini kapan terakhir kali anak zaman kita
pergi menyekar
tanpa membawa gawai dan foto candid
di sisi makam keluarga

tadarus kematian hanya menjadi angin kemarin siang
yang lupa merasuki batin dan ingatan sembahyang

atau barangkali maut yang dulu sebagai obat
nasehat bagi kebosanan dan rasa tak semangat
sekarang tak lagi punya wibawa
di hadapan medsos dan vlog dunia maya

mungkin hari telah semakin runyam
menampung mimpi dan banjir putus asa
sementara ruang-ruang pun semakin lebam
ditonyor, ditusuk, dan dicongkeli senantiasa

ada kalanya aku terbang dan nyangsang
menuju pupus daun pisang
seumpama bayi kelelawar
yang meringkuk menahan lapar
seperti ladang padi dan belukar
yang tergilas perumahan dan pabrik-pabrik besar

Kembangsore, 2021

 

Perjalanan Wahyu Nirwaktu

telah berapa jasad yang lapuk
dan perjalanan hidup yang panjang
sampai tiba wahyu pertama

dari puncak bukit kebimbangan
ia menampung segala bisik
dari desis semesta sampai gending angin kelana

adakah peristiwa korsleting sejarah
ketika susu onta lebih mahal dari anak manusia
dan belati yang rutin mengukir luka
pada perempuan siapa saja

atau mungkin belum cukup manjurkah
software profetik yang bernama puasa
dan kurikulum di balik tirakat “makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang”
sedang pusaka ashhabul kahfi
tak lagi laku di pasar kembang

sementara cicak sembunyi
dari mendung rindu dan gulita benci
setelah usai membocorkan lokasi sang nabi
via google map dan broadcast terkini

sementara labah-labah
menyulam benang dari perutnya
di bibir goa
sebagai wujud keberpihakan
kepada sang junjungan

maka telah berapa laksa tubuh
dan belulang yang remuk
sampai tiba wahyu yang sempurna

sementara dari balik sudut sejarah ini
kami kelimpungan mencari teladan
sedang pada dzikir batu-batu dan tasbih rerumputan
tak sedebu pun kami khusyuk mendengarkan

Yogya, 2021

Tags: M. Naufal WaliyuddinmetaforPerjalanan Wahyu Nirwaktupuisisajak
ShareTweetSendShare
Previous Post

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

Next Post

Transformasi Standar Berkat Gendurenan di Era Revolusi Industri 4.0

M. Naufal Waliyuddin

M. Naufal Waliyuddin

Tim Redaksi Metafor

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

Perempuan di Mata Asghar Ali Engineer

29 Juni 2021
Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

Ali Syari’ati: Mempercayai Tuhan Sekaligus Menjaga Alam dan Hubungan Sesama Manusia

16 Februari 2022
Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

Bias Kontol dan Efek Sampingnya yang Menyebalkan

21 Maret 2022
Indonesia Tidak Punya Filsafat?

Indonesia Tidak Punya Filsafat?

27 April 2021
Gambar Artikel Puisi Selamanya Laut. Kumpulan Puisi Faris Al Faisal

Selamanya Laut

14 Januari 2021
Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

7 Februari 2021
Gambar Artikel Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

Belajar Mencintai Allah Secara Merdeka

19 Desember 2020
Gambar Artikel Anomali Rokok dan Sepak Bola

Anomali Rokok dan Sepak Bola

8 Januari 2021
Gambar Artikel Pahlawan Bukan Hanya Tentang Sejarah, tapi Juga Pemuda

Pahlawan Bukan Hanya tentang Sejarah, Tapi Juga Pemuda

23 November 2020
Kelas Merindu

Kelas Merindu

4 Januari 2022
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.