Tiada Hari Tanpa Kehilangan
kata-kata menjamur dan busuk
ada belatung menggerayanginya
aku malu pada keadaan terpuruk
ada bingung dan sesal menjilatinya
sumber bahagia adalah derita, kisanak
kata orang tua sok bijak
tapi aku adalah suka duka pohon beringin
sekalipun disebut angker
tetap teduh dan adem ayem
tempat burung-burung bernaung
sekaligus membuang kotoran mereka
mungkin waktu adalah botol pecah
saat terinjak, akan menggoreskan luka
pada mereka yang tak waspada
karena hidup hanyalah pajangan kolase di dinding perpustakaan berdebu
maka aku hanya bisa tepekur bisu
berharap ada tangan tulus menjamah pipiku
dengan bisik suara halus memanggil namaku
namun kini tiada hari tanpa kehilangan
pandemi korona menjadi asisten Izroil
menjemput mimpi para perindu
menyulut benci para pecandu
pernahkah sapuan angin mengecewakanmu
sedang mereka tak kenal lelah
menemani manusia sejak sebelum banjir Nabi Nuh
sampai zaman big data dan hoax melimpah ruah
pernahkah aku tidak mengecewakanmu
sedang manusia tak kenal ibu
durhaka jasmani rohani sejak di rahim waktu
sampai semesta bengong termangu-mangu
Yogya, 2021
Keluhan Anak Desa
kapan terakhir kali anak generasi alpha pergi ke sawah
telanjang kaki mengeja tanah
bersama rumput, bau rabuk dan gulutan brambang
sewaktu gerimis memainkan gending dan tembang
tak ingatkah kau pada gubuk gedhek di sisi Watu Macan
ketika suatu kali kita bersikejar merebut layangan
bapak-bapak mengacungkan arit dari sisi kuburan
karena kaki-kaki kita abai dan riang menjajah tanduran
kini kapan terakhir kali anak zaman kita
pergi menyekar
tanpa membawa gawai dan foto candid
di sisi makam keluarga
tadarus kematian hanya menjadi angin kemarin siang
yang lupa merasuki batin dan ingatan sembahyang
atau barangkali maut yang dulu sebagai obat
nasehat bagi kebosanan dan rasa tak semangat
sekarang tak lagi punya wibawa
di hadapan medsos dan vlog dunia maya
mungkin hari telah semakin runyam
menampung mimpi dan banjir putus asa
sementara ruang-ruang pun semakin lebam
ditonyor, ditusuk, dan dicongkeli senantiasa
ada kalanya aku terbang dan nyangsang
menuju pupus daun pisang
seumpama bayi kelelawar
yang meringkuk menahan lapar
seperti ladang padi dan belukar
yang tergilas perumahan dan pabrik-pabrik besar
Kembangsore, 2021
Perjalanan Wahyu Nirwaktu
telah berapa jasad yang lapuk
dan perjalanan hidup yang panjang
sampai tiba wahyu pertama
dari puncak bukit kebimbangan
ia menampung segala bisik
dari desis semesta sampai gending angin kelana
adakah peristiwa korsleting sejarah
ketika susu onta lebih mahal dari anak manusia
dan belati yang rutin mengukir luka
pada perempuan siapa saja
atau mungkin belum cukup manjurkah
software profetik yang bernama puasa
dan kurikulum di balik tirakat “makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang”
sedang pusaka ashhabul kahfi
tak lagi laku di pasar kembang
sementara cicak sembunyi
dari mendung rindu dan gulita benci
setelah usai membocorkan lokasi sang nabi
via google map dan broadcast terkini
sementara labah-labah
menyulam benang dari perutnya
di bibir goa
sebagai wujud keberpihakan
kepada sang junjungan
maka telah berapa laksa tubuh
dan belulang yang remuk
sampai tiba wahyu yang sempurna
sementara dari balik sudut sejarah ini
kami kelimpungan mencari teladan
sedang pada dzikir batu-batu dan tasbih rerumputan
tak sedebu pun kami khusyuk mendengarkan
Yogya, 2021