NONA DAN SEIKAT BUNGA MERAH
Jendela cerah berbicara baik
mengantarkan simpul hari seribu tujuan
dan hari ini Nona masih ingat cara untuk tersenyum
bersama pemandangan merinai apik
Meja sederhana berteman retak
tersaji secangkir teh bersama pujian manis
dan Nona masih rela menyesap aromanya
meski takkan kembali berkabar utuh
Seikat bunga merah,
ditempatkan Nona di antara peraduan ruang
tersimpan baik, meski telah layu sebagian
memantaskan diri, walau merahnya perlahan pudar
Sesekali Nona menatap seikat bunga merah ini
dari pantulan cermin berbingkai kayu, mengatakan:
“Ada penantian pasti berakhir di titian temu”
meski malamnya buka ruang rindu,
terus menikmati sendiri di sisi sepi
sembari menunggu kabar dari hati
yang tak kunjung bertamu
selalu menembangkan aksara dari puisi
yang tak terangkai menyatu
Syahdu Nona berlayar dalam asa,
yang ditimpakan pada seikat bunga merah
alunan saka hati yang tak berujung
bahkan bergelut “belum selesai” dari masa lalunya.
2021
BARYA DAN BUNYI SUNYI
Ketika Barya melewati hari-harinya
Banyak senyum yang bersiul
Banyak airmata bercerita
Berharga, sebagai tempat peristirahatan
antara cerita satu dengan cerita lainnya
Barya tetap di bawah langit membiru
Meski simpul senyum yang dilihatnya
selalu berbeda, namun tetap ada yang menyingkap
Barya tetap di bawah awan membisu
Meski cerita airmata yang dipetuahnya
selalu berkesan, namun tetap ada yang menipu
Telah dicukupkan untuk menyadari bagi Barya
Tentang hati harus dijaga,
walau hati terus berubah
Tentang waktu harus disemai,
walau waktu terus berjarak
Pertemuan ini tak bisa berlarut lama,
akan lesung nurani dalam kotak sepi
Yang tak bisa dibunyi dalam keramaian
Yang tak bisa disunyi dalam kesendirian
Barya belum mau kembali dari bunyi sunyi
Dari belukar remuk keheningan ini
2020
SRANTI DI KENING HARI
Sranti….
adalah pejalan di angin deru
memungut doa pada puing waktu
mendengar gelora debu–debu
memanggil berirama rindu
menghambur senyum hamparan selalu
memercikan segenggam setuju
pada kening hari yang selalu menunggu
2020
DJUHARA DAN CERITA
Djuhara merangkum perjalanan
yang selalu berkelana
Melukis cakrawala tanpa pamrih
Kini api itu telah usai
Menghilang seperti jarak
Berkata jernih akal yang kejam
Berujar terpuji namun dingin
Sebelum benar menghilang
Santun berkata;
“Tetaplah membuat cerita
Walau tidak pernah tuntas”
2019
APA KABAR SECANGKIR KOPI
Pada hitam ini,
Membuai orang dengan sederhana
Lewat aroma harum nan lena
Melekat lembut indah sukma
Pada pahit ini
Sisi yang tak mungkin disembunyikan
Berharap diri di sini ditemukan
Macam reaksi berikan seperti penolakan
Pada ampas ini
Bawa siluet perjalanan mewarnai
Demi waktu penasaran akan sampai
Ucap pinta sangat menghargai
Seduh kopi
dan sudahi sedihmu
Seruput kopi
dan kuatkan hatimu
2020
ODE DI BALIK KOPI
Aromanya mengajarkan ketenangan
Benar-benar paling dekat bersama angan
Tanpa perlu bertanya akan dengan
Selalu ada cerita di balik pertemuan
Tak perlu ragu meneguknya
Takkan lelah akan semua tanya
Saat sedang jemu selanjutnya
Seperti biasa meski tanpa dirinya
Warnanya selalu punya alasan
Kagum tak terelakkan
Kadang terasa gelap menyilaukan
Atau hampa makna ditinggalkan
Bila lihat sebentar di piringan
Berwarna penuh seperti pikiran
Seakan meraih ada kepastian
Untuk setia pada janji mengagungkan
2020