Kalporina
sunyi itu ombak sore hari
memeluk karang dada perih
saat kau kehilangan air mata
tempat kau menampung pilu
sunyi itu teduh mata sumur
menampung seluruh hasrat dan isyarat
yang menggaris merah di wajahmu
melengkung derita di tubuhmu
untuk kalporina
bila nanti aku mati dalam jarak
kenang aku sebagai doa
dalam sunyi ayat-ayat mazmur
(2020)
Menulis Jejak-Jejak Luka
kaukah yang letih dan cemas
menulis jejak-jejak luka di awal wabah yang perih
sedih seperti pencuri, menyergap diam-diam.
tutup jendela hatimu dari riuh noda dan pilu
untuk hidup yang putih dan bening
kuajak kau merayakan memoria ekaristi
tuangkan harapan dan perasaan kosong
totalkan jiwa yang berlipatganda
di dalam sana
sang Isa Almasih
meski tak bisa kau sentuh
Ia rabbi, jalan pulang bagi jiwamu
menghapus jejak-jejak luka
mengecap susu dan madu tak pernah berkesudahan
(2020)
Suara dari Timur Indonesia
:mengenang hari lahir pancasila
/1/
pancasila adalah Sabda
nyala dari langit altar
terbakar di hati yang sunyi
menjadi abu di palung maha diri
meresap segala duka yang resah
demi merangkum dua kata
yang terbit dari tubuh bangsa:
satu dan makmur
/2/
kami bukan seperti tong sampah
menampung gulungan berkas
yang dibuang tukang koruptor
kami adalah keturunan Adam
bertahta di pertiwi yang ragam
sebab itu, demi permata dan takhta yang fana
jangan nodai harkat kami
tapi beri kami suka, satu, dan sama
dari mata pancasila
yang selalu mengalir kemanusiaan
/3/
dari Timur daun tihar akan mempermainkan lelebo
riang kaki dan dentuman seruling
riak ikan di Taberek hingga lenguh sapi
meriang di savana Fulan Fehan
seperti ritme yang harmonis
berpadu irama, mekar di mata rakyat
hanya untuk negeri yang terbit satu
dari getar hati pancasila
yang abadi
/4/
kiblat suara-suara kami
dari dinding tembok pinggiran kampung
dari Termanu hingga Merauke:
masih adakah pancasila yang dahulu
menyelamatkan rakyat
dari masa lalu yang remuk
tertambat di hatimu
sebagai puncak damai
ketika korupsi tak ubahnya panggung sandiwara
yang mempermainkan ruang mata
pejabat-pejabat negeri?
/5/
detak waktu dan jalanan basah
wajah sungai yang dipenuhi matahari
sawah ladang yang mengurai air mata
usaha dan tabah yang terbit dari lengan
adalah nasib yang kami pungut
tapi sudahkah negara adil?
menerbitkan hukum, mengarungi seluruh pulau
dengan jejak yang satu dan sama?
seperti halimun rebahkan rumput-rumput di istana negara
semoga pancasila merebahkan hatimu
menelisik jiwamu
supaya nasib anak-anak bangsa
tak lagi dililit miskin dan serakah
di hari esok yang masih bayangan
(2021)
Suara Sang Nabi
/1/
selepas malam, pagi bergetar
tepian jiwa getir memendar
hati rapuh iman luruh
dikoyak narkoba lenguh-mendeguh
/2/
dari hulur ke hilir negeri
tuan datang dari kedalaman damai
bersuara laksana deru ombak
“tanam padi nuju nasip
timbun narkoba dengan hukum
tepis hama buai ratap
satu hati negeri bersinar meredam
bunuh hasrat yang dosa
tepis nafsu yang menderita
tolak narkoba dengan iman
meraih hari esok tanpa kegelapan
untuk negeri yang bercahaya
panjat doa tanpa henti
peluk kerja tiada berkesudahan
badai narkoba berlalu pasti”
/3/
hingga tepian jiwa
suara damai yang perih
sejauh tembang
yang kudengar dari sunyi kamar
diri pun lelah, tuan senantiasa datang
meletakan dasar terdalam dari iman
untuk anak-anak negeri yang cemerlang
untuk masa depan negeri yang gemilang
hanya bau air mata dari
tubuh luka yang perih
dan aku selalu memilih diam
sebisu dosa-dosaku
dari kamar yang sunyi narkoba
(2021)