• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sabtu, 18 Oktober 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Kalporina

Puisi-Puisi Dhery Ane

Dhery Ane by Dhery Ane
18 Juni 2021
in Puisi
0
Kalporina

Ilustrasi Anastasia Suvorova (https://www.behance.net/ChaosEgo)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Kalporina

sunyi  itu  ombak sore hari
memeluk karang  dada perih
saat kau kehilangan air mata
tempat  kau menampung pilu

sunyi itu teduh mata sumur
menampung seluruh hasrat dan isyarat
yang menggaris merah di wajahmu
melengkung derita di tubuhmu

untuk kalporina
bila nanti aku mati dalam jarak
kenang aku sebagai doa
dalam sunyi ayat-ayat mazmur

(2020) 

 

Menulis Jejak-Jejak Luka   

kaukah yang letih dan cemas
menulis jejak-jejak luka di awal wabah yang perih

sedih seperti pencuri, menyergap diam-diam.
tutup jendela hatimu dari riuh noda dan pilu
untuk hidup yang putih dan bening

kuajak kau merayakan memoria ekaristi
tuangkan harapan dan perasaan kosong
totalkan jiwa yang berlipatganda
di dalam sana

sang Isa Almasih
meski tak bisa kau sentuh
Ia rabbi, jalan pulang bagi jiwamu
menghapus  jejak-jejak luka
mengecap susu dan madu tak pernah berkesudahan

(2020)

 

Suara dari Timur Indonesia

:mengenang hari lahir pancasila 

/1/

pancasila adalah Sabda
nyala dari langit altar
terbakar  di hati yang sunyi
menjadi abu di palung maha diri
meresap  segala duka yang resah
demi merangkum  dua kata
yang terbit dari tubuh bangsa:
satu dan makmur

/2/

kami bukan seperti tong sampah
menampung gulungan berkas
yang dibuang tukang  koruptor
kami adalah keturunan Adam
bertahta di pertiwi yang ragam
sebab itu, demi permata dan takhta yang fana
jangan nodai  harkat kami
tapi beri kami suka, satu, dan sama
dari mata pancasila
yang selalu mengalir kemanusiaan

/3/

dari Timur daun tihar akan mempermainkan lelebo
riang kaki dan dentuman seruling
riak ikan di Taberek hingga lenguh sapi
meriang di savana Fulan Fehan
seperti ritme yang harmonis
berpadu irama, mekar di mata rakyat
hanya untuk negeri yang terbit satu
dari getar hati pancasila
yang abadi

/4/

kiblat suara-suara kami
dari dinding tembok pinggiran kampung
dari Termanu hingga Merauke:
masih adakah pancasila yang dahulu
menyelamatkan rakyat
dari masa lalu yang remuk
tertambat di hatimu
sebagai puncak damai
ketika korupsi tak ubahnya panggung sandiwara
yang mempermainkan ruang mata
pejabat-pejabat negeri?

/5/

detak waktu dan jalanan basah
wajah sungai yang dipenuhi matahari
sawah ladang yang mengurai air mata
usaha dan tabah yang terbit dari lengan
adalah nasib yang kami pungut

tapi sudahkah negara adil?
menerbitkan hukum, mengarungi seluruh pulau
dengan jejak yang satu dan sama?
seperti halimun rebahkan rumput-rumput di istana negara

semoga pancasila merebahkan hatimu
menelisik jiwamu
supaya  nasib anak-anak bangsa
tak lagi dililit miskin dan serakah
di hari esok yang masih  bayangan

(2021)

 

Suara Sang Nabi

/1/

selepas malam, pagi bergetar
tepian  jiwa getir memendar
hati rapuh iman luruh
dikoyak narkoba lenguh-mendeguh

/2/

dari hulur ke hilir negeri
tuan datang dari kedalaman damai
bersuara laksana deru ombak

“tanam padi nuju nasip
timbun narkoba dengan hukum
tepis hama buai ratap
satu hati negeri bersinar meredam

bunuh hasrat yang dosa
tepis nafsu yang menderita
tolak narkoba dengan iman
meraih hari esok  tanpa kegelapan

untuk negeri yang bercahaya
panjat doa tanpa henti
peluk kerja tiada berkesudahan
badai narkoba berlalu pasti”

/3/

hingga tepian jiwa
suara damai yang perih
sejauh tembang
yang kudengar dari sunyi kamar

diri pun lelah, tuan senantiasa datang
meletakan dasar terdalam dari iman
untuk anak-anak  negeri yang cemerlang
untuk masa depan negeri yang gemilang

hanya bau air mata dari
tubuh luka yang perih
dan aku selalu memilih diam
sebisu dosa-dosaku
dari kamar yang sunyi narkoba

(2021)

Tags: kalporinamenulis jejak-jejak lukapuisisuara dari timur indonesiasuara sang nabi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Akhirnya Aku Mati!

Next Post

Doa

Dhery Ane

Dhery Ane

Bernama lengkap Aloisius Hestronius Deri, asal Seon, Malaka, NTT.   Mahasiswa Ilmu Filsafat Unwira Kupang.  Menulis artikel, opini dan puisi yang tersebar di sejumlah media online, jurnal sastra, majalah puisi, dan buletin sastra.  Juga tergabung dalam antologi seperti  Menenun Rinai Hujan Bersama Sapardi Djoko Damano  (2019), Semesta Jiwa (2020), Antologi Sepeda dan Buku (2021) pilihan karya dalam festival gowes literasi Sumatera Utara, antologi nomine terbaik sayembara nasional  solusi buku Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian (2021), dan beberapa antologi lainya. Kini bergiat di komunitas sastra filokalia Kupang.

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Gambar Artikel Pengungsi Peradaban, Para Pencari Mbah Nun

Pengungsi Peradaban (2)

23 Januari 2021
Gambar Artikel Syafaat Rasul Menurut Abu Mansur al-Maturidi

Syafaat Rasul Menurut Abu Mansur al-Maturidi

3 Desember 2020
Gambar Artikel Konsep al-Kasb sebagai Obat Pandemi Covid-19

Konsep al-Kasb sebagai Obat Pandemi Covid-19

17 Desember 2020
Pergantian Musim

Pergantian Musim

6 Februari 2021
Sebelum Lelap

Sebelum Lelap

29 Oktober 2021
Gambar Artikel Puisi Munajat dari Atas Kasur

Munajat dari Atas Kasur

9 Januari 2021
Apa Tidak Eman-eman?

Apa Tidak Eman-eman?

1 Maret 2021
Gambar Artikel Sepasang Mata

Sepasang Mata

10 November 2020
Tadabbur via Momentum Hujan

Tadabbur via Momentum Hujan

6 Maret 2022
Perilaku Umat Beragama Kiwari: Sebuah Ironi

Perilaku Umat Beragama Kiwari: Sebuah Ironi

29 Maret 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu
  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (216)
    • Cerpen (54)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.