Jumat Berkah
Suatu jumat aku bermain
ke rumah senja. Senja dan Bapaknya
sedang menunaikan salat jumat.
Aku menunggu mereka di teras rumah.
Ibu Senja menghidangkan secangkir kopi.
Kami berdua bersulang cinta. Tak lama berselang, senja dan bapaknya pulang.
“Ada perlu apa Kau kemari?” tanya Senja.
“Aku ingin bersamamu di kala jumat sore
yang berkah sambil meminum
secangkir kopi
dan menulis sebait sajak tentangmu”
“Marilah kita pergi ke tepi laut dan menikmati
alam yang tersipu malu melihat kemilauku”
Senja pun tenggelam
Sajak pun terbenam
dalam lautan tinta yang dalam.
(2022)
Perkawinan
Bibir malam menggigil
dicumbu dingin. Tubuh malam
ditelanjangi sepi. Mata malam
tersipu malu dipandang sunyi.
Malam pun mendesah di atas ranjang
bumi.
Dan penyair menulisnya sebagai
kisah birahi yang layak diabadikan
dalam sebait puisi.
(2022)
Kelahiran
Ibu Kata sedang mengandung anaknya.
Buah cintanya dengan penyair ulung.
Setelah mengandung selama sembilan
bulan sembilan hari Ia pun melahirkan
anaknya dengan sehat walafiat
Anaknya seorang laki-laki
Sang Penyair mengazani buah hatinya
Ibu Kata memberi nama sang anak “Puisi Penyairawan”
Ayahnya tersenyum mengapresiasi
Sementara Sang Bayi menangis merdu,
merintik pada batang tubuhnya yang masih
sangat muda dan menjelma garis-garis.
Sang Ayah membacanya sebagai puisi.
Ibunya memandangnya sebagai gugusan awan.
(2022)
Di malam yang membosankan
saya berkunjung ke rumah instagram
Saya disugihi secangkir kopi virtual,
Semangkuk jajanan visual.
Alhamdulillah lapar masih bisa ditangkal
Mari kita saling berbual dalam jagad
media sosial.
(2022)