• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 21 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Dan Kita Asing di Depan Matahari

dan puisi-puisi lainnya

Hisyam Billya Al-Wajdi by Hisyam Billya Al-Wajdi
11 Oktober 2021
in Puisi
0
Dan Kita Asing di Depan Matahari

Sumber: http://booklover.tumblr.com/page/18

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Engkau Berduka

Engkau yang berduka, dicampakkan oleh cahaya; Terasing dan sengsara
Engkau yang berduka, musim semi menyelimuti
Di mana kan tumbuh sinar demi sinar mentari
Engkau yang berduka, akan hidup lagi
Mata air yang mengalir di jiwa; angin pasat yang mengetuk-ketuk
Engkau akan hidup lagi sebelum ombak menjilat pantai
Zabur, rintik cahaya telah menciptakanmu
Obor telah nyala, kegelapan sobek
Engkau akan hidup lagi, menjemput pagi

2020

Kemarau Hatiku

Kemarau hatiku, gersang dan kering
Tiap jengkal tubuhku mencecap sunyi; tanpa ampun,
Dari mata-mataku memancar duka yang asing
Aku ingin mengenal salju dan telaga; aku ingin mengenal dedaunan dan persik matahari; aku ingin mengenal hujan dan huruf-huruf puisi

2021

Langkah Kakimu

Langkah kakimu yang kecil pada pematang sawah; urat-urat tanah
Langkah kakimu menumbuk tanah lembut dan bersahaja
Langkah kakimu mengejar kesunyianku, langkah kakimu meninggalkan jejak di persada waktu

2021

 

Ruh yang Belum di Tiup ke Tubuhmu

Aku masih sedia di sini, sampai fajar hari menyingsing. Kegelapan baru saja dinyalakan

Tak ada hanya menerka-nerka jemputan itu tiba. Saban malam kulukis cahaya. Aku takkan rapuh sebelum merasuk ke tubuhmu. Sebagai intan permata. Banyak orang di luar sana membual, cinta ditafsirkan dengan tidak semestinya. Rasa kesal bermukim di sini, aku mengamati gerak-geriknya. Terkantung di luar jendela, rumah yang kelak milik kita

Ada nubuat dan firman yang sampai padaku, masih sama. Samar dan tak terjangkau. Ada keheningan yang disusupkan ke tubuhmu bikin aku cemburu, hendak ku beringsut mendekatimu tapi makin dekat denganmu makin lunglai aku

Waktu mengikis aku, waktu menjebakku, terkutuk kau waktu

2021

 

Dan Kita Asing di Depan Matahari

Dan kita asing di depan matahari
Sebelum sampai pada esok yang kian abadi
Wajah yang mirip seperti laut lepas
Melepas kepergian

Dan kita asing di depan matahari
Menangkup cahaya sunyi, membakar jumuwah diri
Aku tak mau asing di depanmu tapi aku asing di depanmu
Tak sama seperti dulu

2021

 

Sebagai Saudara Tua, Puisi

–Wislama Szymborska

Sebagai saudara tua, puisi dan bait pertamanya
Mengapung dalam jiwa menemani kisah cinta dan hati yang melulur lembayung
Sepanjang hulu-hilir takdir kita, bersihkan rawan dari dekapan
Saudara tua, kecewa tanpa kata-kata. Gemuruhnya mengekal dalam benak kita
Sebagai saudara tua, puisi
Melepaskan buliran rindu ke nurani, membikin bumi menari
Sebagai saudara tua, puisi
Serupa angin yang mengawas laut lepas, mencecap kegaduhan gelombang
Puisi di tengah nafas bumi yang pagi; entah menggigik nyaring
Begitu asing ketika tengadah di atas langit kapinis

When poerty becomes a sign from God?
Melintas-lintas di atas musim kemarau

Sebagai saudara tua, puisi tak sedia bergeming ketika kami bicara
Ketika laut susut dan bunga-bunga harum layu
Puisi, mencetuskan hujan di langit biru

Sementara bayang-bayang mencari nyali ke matahari
Puisi, memeluk tubuhnya yang senantiasa menyala
Sebagai saudara tua

Sejak namamu, puisi
Berbisik dalam kelindapan karam
Kami semua berkeliaran ke luar mencari sentuhan lain untuk bathin
Namun senantiasa berpulang, ke kampung sendiri dengan rumput, bunga jaksi
Yang dirimbuni helai-helai puisi

2021

Tags: Dan Kita Asing di Depan MatahariHisyam Billyametaforpuisi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Hartojo Andangdjaja: Menulis Puisi dengan Bahasa yang Jernih

Next Post

Balapan yang Dibudayakan

Hisyam Billya Al-Wajdi

Hisyam Billya Al-Wajdi

Penulis lahir di Bantul, Yogyakarta. Pada 11 Februari 2002. Saat ini menempuh pendidikan di UIN Sunan Kalijaga, Prodi Aqidah Filsafat Islam. Puisinya dimuat beberapa media  dan antologi bersama. Selain berkecimpung di dunia kampus, penulis juga menyibukkan diri mengelola kebun di halaman belakang rumah. Penulis menetap di Bantul,Yogyakarta.

Artikel Terkait

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 Agustus 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 Agustus 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 Juli 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
Puisi

Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya

22 Juni 2025

Kiat Marah yang Payah  Malam hari yang dingin mencekam cepat menusuk pori-pori. Dan keniscayaan lupa mendekam di hati dan kantong...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

Menjajaki Belanda: Dekapan Mimpi yang Jadi Nyata

5 Juli 2022
Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

Babasan dan Paribasa: Sarana Pendidikan Karakter Berbahasa Sunda

30 Juni 2022
Berteman dengan Kegagalan

Berteman dengan Kegagalan

7 Mei 2022
Doa

Doa

18 Juni 2021

Bahagia itu Sederhana

3 Juli 2021
Puasa dalam Pandangan Budaya Pop dan Gejala Pseudo-Spiritualisme

Puasa dalam Pandangan Budaya Pop dan Gejala Pseudo-Spiritualisme

6 April 2022
Tamu

Tamu

10 Juli 2022
Gambar Artikel Bias Kegelisahan dan Kenangan

Bias Kegelisahan dan Kenangan

17 November 2020
Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata

15 Juni 2025
Yang Mengelucak dari Lembar-Lembar Buku Pepak

Yang Mengelucak dari Lembar-Lembar Buku Pepak

18 Februari 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.