• Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kerjasama
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
Tuesday, 02 December 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Metafor Puisi

Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapan

Puisi-Puisi Nadia Rahmatika

Nadia Rahmatika by Nadia Rahmatika
8 December 2021
in Puisi
1
Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapan

https://www.behance.net/xuanlocxuan

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Bumi Rantau

Seperti ada yang menyerah
Menghadapi bau parfum kota
Terbiasa melihat hamparan sawah
Kini memandang jalanan ibu kota

Senja yang kelam
Tak menampakkan puteri malam
Lonceng pagi pun tak terdengar
Membuat buncah seisi kamar

Manusia terkadang lupa
Untuk tangguh berkelana
Terasing dari griya
Energi harus membara

2021

 

Hilangnya Pengharapan

Terpecah belah karena pagebluk datang
Tak sedikitpun diberi persiapan
Anak Adam berebut disinfektan
Bertumpah ruah di balai pengobatan

Masker-masker tak melindungi
Suhu badan tak kami peduli
Mencari nafkah ke sana kemari
Tak diizinkan oleh sang punya negeri
Di rumah saja katanya
Rumah yang seperti apa?
yang berpenghuni dan hampir mati?
dan Anda tenang menonton televisi?
Kami lelah
Hidup di bumi sendiri tapi selalu dihakimi

2021

 

Jemu

Puluhan purnama bertahan
Menjaga jiwa raga tak berkesudahan
Harus isolasi mandiri

Terperangkap di balik ruang sepi
Membelakangi panas matahari
Jauh dari jangkauan bumi

Kita tersihir diam
Sulit untuk keluar
Sulit untuk tersadar
Hanya mampu menadah tangan
Demi kewarasan

2021

 

Semoga Kita Tak Mengalah pada Jarak

Lonceng kapal telah terdengar
Membawamu jauh dari dermaga
Langit menangis beri pertanda
Hati merindu segera melanda

Ombak-ombak yang bergoyang
Menjadi saksi perpisahan kita

Kau berjanji akan setia
Pulang kembali dengan suka cita
Walau jarak memisahkan kita
Kau dan aku akan tetap sama

2021

Diri yang Berbeda

Ini kisah si putri malu
Selalu diam membisu
Tak berbahana
Tak mau menyapa

Sang putri merasa hidup akan bahagia
Bagai Cinderella bertemu pangerannya
Tapi kenyataannya berbeda
Ia terjerembap oleh angan tak nyata

Tak terima dengan realita
Ia pergi membawa luka
Rasa takut mengepungnya
Dan amarah yang tak meredam
Membuat ia kehilangan dirinya

2021

Tags: Bumi Rantau dan Hilangnya Pengharapannadia rahmatikapuisi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Kriminalitas Jalan Pintas Keterdesakan

Next Post

Metropolis Berduli

Nadia Rahmatika

Nadia Rahmatika

Lahir di Tegal, 20 November 2000. Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Berdomisili di Tegal dan dapat dihubungi melalui ig: nrahmatika

Artikel Terkait

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
Puisi

Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya

7 September 2025

Ketika Kita Sama-Sama Telanjur Tinggal kau mengikat sepatumu di teras aku mengikat napas agar tidak membentur kalimatmu di antara kita...

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
Puisi

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya

14 August 2025

Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya setiap malam ia menyetrika tubuhnya di depan kaca mencari lipatan-lipatan yang membuat lelaki itu malas pulang...

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
Puisi

Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya

3 August 2025

Hisap Aku hingga Putih bulan merabun serbuk langit bebal pohon dan batu tak bergaris hitam coreng malam yang sumuk punggung...

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
Puisi

Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya

20 July 2025

Status Baru Ibu Ia tidak menangis di depan siapa pun. Tapi aku tahu, ada yang basah tiap kali ia mencuci...

Comments 1

  1. Ade Nurmansyah says:
    3 years ago

    Keren bgt kak nadia puisinya🫶

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

26 December 2021
Gambar Artikel Konsep al-Kasb sebagai Obat Pandemi Covid-19

Konsep al-Kasb sebagai Obat Pandemi Covid-19

17 December 2020
Win-Win Corruption

Win-Win Corruption

30 May 2021
Fenomena #MacanTernak

Fenomena #MacanTernak

3 August 2021
Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

Dari Rongsokan ke Cambridge dan Harvard

4 September 2022
Penjaring Ikan di Laut

Penjaring Ikan di Laut

2 April 2021
Doa Pengembara

Doa Pengembara

1 July 2022
Gambar Artikel Puisi-Puisi Kema Ferri Rahman

Puisi-Puisi Kemas Ferri Rahman

5 November 2020
Berteman dengan Kegagalan

Berteman dengan Kegagalan

7 May 2022
Serba-serbi Kali

Serba-serbi Kali

1 March 2021
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Mempersenjatai Trauma: Strategi Jahat Israel terhadap Palestina
  • Antony Loewenstein: “Mendekati Israel adalah Kesalahan yang Memalukan bagi Indonesia”
  • Gelembung-Gelembung
  • Mengeja Karya Hanna Hirsch Pauli di Museum Stockholm
  • Di Balik Prokrastinasi: Naluri Purba Vs Tuntutan Zaman
  • Pulau Bajak Laut, Topi Jerami, dan Gen Z Madagaskar
  • Bersikap Maskulin dalam Gerakan Feminisme
  • Emas di Piring Elite dan Jualan Masa Depan Cerah yang Selalu Nanti
  • Dua Jam Sebelum Bekerja
  • Cinta yang Tidak Pernah Mandi dan Puisi Lainnya
  • Pemerintah Daerah Tidak Bisa Cari Uang, Rakyat yang Menanggung
  • Merebut Kembali Kembang-Kembang Waktu dari Tuan Kelabu

Kategori

  • Event (14)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (12)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (66)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (53)
  • Metafor (217)
    • Cerpen (55)
    • Puisi (141)
    • Resensi (20)
  • Milenial (49)
    • Gaya Hidup (26)
    • Kelana (13)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (72)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (33)
    • Surat (21)
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Tulisan
  • Kru
  • Kontributor
  • Hubungi Kami

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Kami
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Hubungi Kami
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.