Bumi Rantau
Seperti ada yang menyerah
Menghadapi bau parfum kota
Terbiasa melihat hamparan sawah
Kini memandang jalanan ibu kota
Senja yang kelam
Tak menampakkan puteri malam
Lonceng pagi pun tak terdengar
Membuat buncah seisi kamar
Manusia terkadang lupa
Untuk tangguh berkelana
Terasing dari griya
Energi harus membara
2021
Hilangnya Pengharapan
Terpecah belah karena pagebluk datang
Tak sedikitpun diberi persiapan
Anak Adam berebut disinfektan
Bertumpah ruah di balai pengobatan
Masker-masker tak melindungi
Suhu badan tak kami peduli
Mencari nafkah ke sana kemari
Tak diizinkan oleh sang punya negeri
Di rumah saja katanya
Rumah yang seperti apa?
yang berpenghuni dan hampir mati?
dan Anda tenang menonton televisi?
Kami lelah
Hidup di bumi sendiri tapi selalu dihakimi
2021
Jemu
Puluhan purnama bertahan
Menjaga jiwa raga tak berkesudahan
Harus isolasi mandiri
Terperangkap di balik ruang sepi
Membelakangi panas matahari
Jauh dari jangkauan bumi
Kita tersihir diam
Sulit untuk keluar
Sulit untuk tersadar
Hanya mampu menadah tangan
Demi kewarasan
2021
Semoga Kita Tak Mengalah pada Jarak
Lonceng kapal telah terdengar
Membawamu jauh dari dermaga
Langit menangis beri pertanda
Hati merindu segera melanda
Ombak-ombak yang bergoyang
Menjadi saksi perpisahan kita
Kau berjanji akan setia
Pulang kembali dengan suka cita
Walau jarak memisahkan kita
Kau dan aku akan tetap sama
2021
Diri yang Berbeda
Ini kisah si putri malu
Selalu diam membisu
Tak berbahana
Tak mau menyapa
Sang putri merasa hidup akan bahagia
Bagai Cinderella bertemu pangerannya
Tapi kenyataannya berbeda
Ia terjerembap oleh angan tak nyata
Tak terima dengan realita
Ia pergi membawa luka
Rasa takut mengepungnya
Dan amarah yang tak meredam
Membuat ia kehilangan dirinya
2021
Keren bgt kak nadia puisinya🫶