Tuhan telah menciptakan makhluknya dengan menjadikan manusia di muka bumi ini menjadi khalifah. Yang mana dengan kata lain bahwa manusia itu manusia yang sempurna yang diberikan akal oleh Tuhan, beda dengan makhluk-makhluk lain. Jadi, manusia adalah makhluk yang cerdas yang bisa mengatasi problem kehidupan yang seperti ini sesuai dengan kadar kemampuannya yang menjadikan manusia tersebut menjadi manusia yang cerdas.
Biografi Muhammed Arkoun
Mohammed Arkoun lahir pada 1 Februari 1928 dari keluarga Berber yang sederhana. Yang mana dia lahir di desa perbukitan Tourirt Mimoun di Kabylia, yaitu sebuah wilayah persukuan di bagian timur Aljazair. Selain menguasai bahasa Berber sebagai bahasa ibunya, dia juga belajar bahasa Perancis sebagai bahasa keduanya, dan juga belajar bahasa Arab sebagai bahasa ketiganya. Pada tahun 1950-1954 dia belajar sastra Arab dan pemikiran Islam di Universitas Al-Jazair.
Masalah karya Muhammed Arkoun, itu sudah tidak asing bagi kalangan Islam di penjuru dunia. Muhammed Arkoun ini adalah tergolong seorang tokoh yang produktif, bahkan sangat produktif. Ia itu sudah menulis banyak buku penting, diantaranya belasan buku itu dia tulis dalam bahasa Perancis. Sebagaian lain ditulis dalam bahasa Inggris. Banyak artikel yang bertebaran di berbagai jurnal hasil karya dari Muhammed Arkoun dan juga di majalah ilmiah terkenal.
Berbicara masalah pemikiran Muhammed Arkoun sendiri itu dapat kita pelajari dari hasil karyanya (tulisan-tulisannya). Muhammed Arkoun ini terkenal dengan pemikir Islam modernitas. Dia ini mempunyai perhatian sangat tinggi terhadap permasalahan masyarakat, pemahaman terhadap kitab suci, dan pengertian etika, serta kaitannya antara Islam dan modernitas. Arkoun ini berupaya membangun pemikirannya yang mana berupaya mengatasi masalah penipuan, mitos, ideologisasi, dan sebuah penyaklaran, dalam ajaran Agama Islam, kemudian dia ini mengaktualisasikan pemikiran tersebut itu dengan mengacu pada sebuah ilmu-ilmu sosial, bahasa, dan filsafat, yakni itu pada filsafat Perancis abad ke 20.
Pemikiran Dekonstruksi Kritik Nalar Islam dari Muhammed Arkoun
Sebagai mana dijelaskan bahwa Mohammed Arkoun ini mengambil rasionalitas dan juga mengambil sikap kritis pemikiran barat dalam memahami agama. Menurut Arkoun ini merupakan sebuah solusi untuk menciptakan pemikiran Islam yang mampu menjawab tantangan modernisasi. Saat itu sekitar abad ke 16, pemikiran Islam mengalami kemandekan. Maka berdasarkan kegundahan Arkoun ini dia mengajukan proyek “Kritik Nalar Islam”. Dalam kritik nalar Islam, Arkoun ini menggunakan metode kajian sejarah. Dengan historisme ini dimaksudkan untuk melihat sebuah fenomena sosial dan budaya melalui Perspektif historis, bahwa masa lampu harus dilihat menurut strata historikalnya.
Muhammed Arkoun menekankan bahwa teks Al-Qur’an ini, ada di tengah-tengah kita adalah sebuah hasil dari tindakan pengajaran, yakni teks yang berasal dari bahasa kemudian ditranskripsi kedalam bentuk sebuah teks. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diterima dan disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia. Selama tidak kurang dari dasawarsa, kemudian dibukukan setelah memasuki masa sahabat Utsman, sekitar itu satu setengah periode setelah Nabi Muhammad wafat.
Muhammed Arkoun menganggap bahwa Islam ini sebagai fakta yang berkembang secara historis (sejarah). Arkoun menegaskan bahwa semua yang memiliki otoritas keilmuan sebagai penentu sifat yang paling utama kebenaran, pemikiran, atau kebajikan semestinya ini bisa dikenai kritik intelektual, melontarkan kritik strukturalis. Dengan demikian, ia akan leluasa atau bebas melontarkan kritik struktuuralis multi disipliner terhadap dominasi serta kemapanan otoritas alim Ulama’ di setiap institusi-institusi maupun pemerintahan muslim, baik yang klasik atau yang modern.
Hubungan Pemikiran Muhammed Arkoun dengan Pendidikan di Indonesia
Masalah pemikiran Muhammed Arkoun ini tidak secara langsung menjuru ke pendidikan Islam. Pemikiran Arkoun ini lebih relevan dengan sebuah kajian-kajian ilmu-ilmu keislaman (Islamic Studies), kajian Al-Qur’an dan Tafsir. Tetapi, dalam pemikirannya Muhammed Arkoun ini dapat kita tarik relevansinaya atau hubungannya dengan konsep pendidikan Islam. Berdasarkan pemikiran Muhammed Arkoun, As-Shafi dalam artikelnya yang menganalisis pendidikan spiritual.
Pemikiran Arkoun ini menyimpulkan bahwa: tujuan pendidikan Islam adalah harus meliputi aspek Ilahiyah, fisik dan intelektual, kebebasan, mental, akhlak, profesional, dan berkarya dalam mewujudkan manusia yang berbudaya dan berperadaban. Pendidikan Islam yang ingin menanamkan spiritualitas harus dilakukan dengan kontinu. Pendidikan Islam harus menanamkan nilai Ilahiyah dan kebebasan yang bersifat humanis.
Sumber Rujukan
Meuleman, Johan. 2012. Membaca Al-Qur’an Bersama Mohammed Arkoun. Yogyakarta: LKiS.
Hajriana. 2018. Relevansi Pemikiran Mohammed Arkoun Dalam Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Syamil, Vol 6 (1), IAIN Samarinda.