• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Senin, 18 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Surat

Jika Pulang Selalu Tentang Pergi

Refina Elfariana D. by Refina Elfariana D.
22 Juni 2021
in Surat
0
Jika Pulang Selalu Tentang Pergi

https://www.behance.net/gallery/110685245/Colorful-dreams

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Sengaja saya bercerita di pertengahan bulan Juni, saat yang lain sedang gempar menyambutnya dengan banyak harapan, banyak coretan dan caption di berbagai postingan, entah itu melalui story WhatsApp atau hanya sekilas terucap. Ya, sebuah kata legendaris dari sosok puitis Sapardi Djoko Damono, siapa yang tak kenal dengan hujan bulan juni? Pasti tidak asing kita dengar di kalangan milenialis yang sibuk mencari jati diri.

Lain halnya dengan cara ini, saya yang berceritaka padamu, dari deret harap yang semoga tak henti terucap. Dari kalimat pinta yang bersayap agar terbang tak hanya sampai atap. Justru hari ini saya kembali mengenal sebuah kata bernama “sunyi”. Tapi, semoga ada suatu detik dalam satu jam pada hari di antara salah satu bulan Juni yang membuat saya bisa bertemu denganmu.

Kau tau? Menunggu adalah kebiasaan, berdiri berjam-jam di setiap sudut pintu, melihat kanan kiri di sekeliling, tapi setiap akhir dari hari yang berlalu tak juga saya temui. Jadi sudah cukup saya bersahabat dengan sunyi, dan ku titipkan rasa itu kepadamu.

Jika benar takdirnya sudah melewatimu, maka kuharap Tuhan menghendaki diriku menyapamu walaupun dalam lelap di malam dingin bulan Juni. Hanya saja, bila masih berjalan beriringan, menapak di tengah kencang kehidupan, tolong berhenti! Berbalik-arahlah dan temui saya.

Hari ini saya kembali bertanya, jika memang menunggu adalah selalu tentang pulang, maka bolehkah saya memintamu agar tak pernah pergi? Biar selamanya kata pulang itu asing. Benarkah jika dengan pergi, itu akan selalu berujung pulang? Atau bisa saja kau hanya pergi dan tidak pernah kembali?

Dengan berdalih pergi sebentar, dan saya percaya, mungkin bulan Juni akan tertawa, bahwasanya sampai di pertengahan ini, tak saya temui langkah kakimu semakin kencang terdengar di telinga. Barangkali kini punggungmu semakin jauh melangkah ke arah yang berbeda.

Jika pulang adalah jawaban, maka semoga kau tidak pernah keberatan dari pertanyaan yang sudah saya siapkan. Tapi tenang, saya akan mencoba mencari jawabannya dari mulut orang. Atau mungkin lebih baik saya museumkan tanda tanya itu, agar kau segera pulang?

Sudahlah, pulang hanya tentang siapa dan apa yang ternyata diprioritaskan. Sebab, sebenarnya tolak ukur itu ada pada dirimu sendiri, meski sampai detik ini saya tidak tau, apa saya pernah ada di pertimbanganmu untuk kau anggap penting atau tidak.

Heii, cukup! Bulan Juni akan semakin menertawakan segala kebodohan ini: saya yang tak tau bahwasanya pergi memang tidak selalu tentang pulang.

“Andai saja”, sebuah kata penyesalan yang hanya akan datang ketika kau tak terima dengan keadaan. Atau sebuah kejadian yang hanya kau anggap kebetulan itu adalah tentang ketidaksengajaan. Tapi kalimat manis dari Fiersa Besari mematahkan, bahwa sebenarnya kebetulan adalah sebuah takdir yang menyamar.

Saya hanya tidak ingin mempercayai sebuah ketidakpastian terlalu dalam. Tolong, beri tahu saya jika dengan pergi adalah caramu melawan takdir, maka bisakah itu saya sebut ketiksengajaan? Tapi sayang, ternyata itu adalah takdir yang sedang menyamar.

Yap, serumit ini jika saya harus menulis tentang kata “sunyi” yang lahir karena sebuah kepergian dan meninggalkan kata perintah yang melewati pertimbangan dari prioritasnya, yaitu pulang!–yang pada akhirnya selalu tentang pergi.

Sebelum bulan Juni berganti Juli, saya ucapkan terima kasih meski saya tidak menemukanmu di sini. Sepertinya saya hanya berlari kencang tanpa mengerti seperi apa terjal jalan pada bumi yang saja pijaki. Mungkin saya harus lebih memahami bahwasanya segala semoga akan bisa saya dapati hanya ketika Tuhan menghendakinya.

Ini bukan tentang Juni yang tak bisa memberi kesan berarti. Ini hanya tentang saya yang mencoba memberi arti, karena setiap sisi dari kehidupan tak mampu dimaknai sendiri. Ada kalanya dengan pergi. kita mengerti. Ada saatnya dengan pulang, kita memahami. Meski, penantian tidak juga berakhir dengan temu yang pasti.

Tapi inilah hidup, beberapa bait puisi dan prosa yang mewakili tak akan selalu sampai di hati jika tak benar-benar terjadi.[]

Tags: perasaanpergipulangsurat
ShareTweetSendShare
Previous Post

Korelasi Pandangan Ilmu Kalam dan Kiri Islam Hassan Hanafi

Next Post

Perempuan Sumba dan Budaya Kawin Tangkap

Refina Elfariana D.

Refina Elfariana D.

Penulis Asal Bojonegoro, Jatim. Sedang menempuh S1 di Ilmu Komunikasi UINSA. Kerap menulis di platform digital. Bisa disapa di IG: @rfn_ed.

Artikel Terkait

Rumit Melilit Silit
Surat

Rumit Melilit Silit

24 Januari 2022

Lagi-lagi begini lagi, Dul. Quotes, maqolah, atau kata-kata mutiara itu akhirnya ya cuma jadi pajangan di beranda media sosial. Entah...

Pencarian di Sudut Rindu
Surat

Pencarian di Sudut Rindu

1 Desember 2021

"Apa kabar?" "Sehat kan?" "Bagaimana keadaanmu?" "Apa kau masih ingat denganku?" Bernada sekali kalimat itu, intonasinya tepat saat saya mengucapkannya...

Sambatologi

Jalan Sunyi dengan Ribuan Bunyi

24 Oktober 2021

Setelah perhelatan panjang bersama dengan soal-soal ujian fakultas yang entah kapan berhasil membuat saya sedikit berkualitas, saya sempatkan waktu untuk...

Hadir itu Bukan Kamu
Surat

Hadir itu Bukan Kamu

25 Agustus 2021

Hai, aku tidak peduli jika tulisan ini dianggap bodoh oleh orang lain, juga tidak cemas kalau tulisan ini tak pernah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Violinis Caitlin

Violinis Caitlin

26 Juli 2021
Retorika Lucu

Retorika Lucu

11 Agustus 2021
Mencintaimu Bagi yang Mampu

Mencintaimu Bagi yang Mampu

16 Maret 2021
Sebungkus Sunyi

Sebungkus Sunyi

20 November 2021
Menemui Emosi dari Diri

Menemui Emosi dari Diri

20 Agustus 2021
Gambar Artikel Puisi Aku Telah Bermimpi

Aku (Telah) Bermimpi

26 Januari 2021
Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)

2 April 2024
Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

Pemimpin yang Ibda’ Binafsik

19 Juni 2021
Gambar Artikel Puisi Munajat dari Atas Kasur

Munajat dari Atas Kasur

9 Januari 2021
Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA

Ode untuk Martir Pengetahuan: Puisi-puisi Moch Aldy MA

11 Januari 2023
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.