slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Surat Bias Kegelisahan dan Kenangan - Metafor.id - Situs Literasi Digital
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Surat

Bias Kegelisahan dan Kenangan

Mohamad Tamrin by Mohamad Tamrin
17 November 2020
in Surat
0
Gambar Artikel Bias Kegelisahan dan Kenangan

Sumber Gambar: http://www.davidebonazzi.com/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Kepada Kekasihku
Gadis Utara yang sendu.

 

Ingin aku ceritakan perihal gundah yang terus berdatangan belakangan ini. Gundah yang entah seperti tamu tak diundang.

Maukah kau dengar sejenak?

Dalam perjalananku menuju tempat yang jauh. Sesaat di perbatasan suatu negara. Di lereng pegunungan Tatra. Ada sebuah pondok kecil, atapnya dari ilalang. Hamparan sabana luas membentang. Pohon-pohon Oak berjejar serupa nyiur berbaris di pinggir pantai yang berada di depan kampung halamanmu.

Kamu tahu?

Di ujung sana ada sebuah pohon sedang berbunga warna-warni yang tidak bisa aku sebut satu persatu.

Tentunya ada warna merah yang paling kentara di antara yang lain. Merah yang benar-benar berani menampakkan diri. Warnanya Membias memancarkan keangkuhan akan jati diri. Tidak diragukan lagi. Ia memang tercipta sebagai pengingat akan dirimu.

Betapa tidak?

Di bawah pohon itu. Ada Tempat duduk yang teduh dan terbuat dari batu. Menancap begitu saja di dalam tanah. Aku percaya, batu itu memang berada di bawah rindang pohon berbunga itu sejak sedia kala. Tanpa ikut campur tangan manusia sedikit pun.

Dengan hamparan sabana yang luas. Angin gunung berdesir menuruni tebing menciptakan gemerisik dedaunan pohon-pohon, ilalang, pun rumput-rumput bergoyang.

Bisa kamu bayangkan. Aku berada di tempat itu tepat persis saat mentari pagi menampakkan diri. Arunika membias menembus cakrawala, segaris dengan ingatan akan dirimu. Cahaya indahnya membangkitkan aroma tanah yang lembab dan meneteskan sisa-sisa embun.

 

Kekasih.

Tempat itu aku tidak tahu namanya. Karena ketidaktahuanku, aku pun menyebutnya sebagai tempat kenangan.

Dari tempat yang jauh itulah aku merenungi perihal berita yang aku terima dari sebuah surat kabar. Duka dari tanah kelahiranmu. Kampung yang selalu kau sebut-sebut. Bahkan kau agung-agungkan sebagai muara segala kata-katamu.

Sesaat daun berjatuhan, pun bunga berguguran tepat persis di depanku. Di bawah pohon yang teduh. Aku memandang hamparan hijau bak permadani yang penuh impian. Tidak ada suara berisik orang-orang berbicara politik. Tidak ada riak-riak kampanye, pun obral janji-janji. Hanya ada suara angin dan kicau burung-burung.

Apa begitu juga dengan dirimu? Mungkin saat kau membaca surat ini, dirimu sedang berada di pesisir pantai sembari menikmati debur ombak, dan memandang perahu para nelayan dari kejauhan.

Jujur. Aku berpikir jika mengunjungi tempat ini, maka aku tidak akan terusik oleh apapun di luar sana. Gumamku ketika beranjak kemari dengan kereta express yang berwarna kelabu.

 

Gadis Utara, penyuka pantai
dan perayu yang ulung

Dalam sejarah peradaban manusia yang panjang. Membentang dari waktu ke waktu. Abad ke abad. Yang di bawahnya mengalir sungai-sungai air mata duka. Dan di muaranya memendung penderitaan dan keserakahan.

Adakah yang merampas merdekamu, kekasih?

Aku menangis tersedu-sedu ketika membaca surat kabar yang aku ceritakan ini. Betapa sekelompok orang membela ke-akuannya yang angkuh tanpa peduli nasibmu.

Apa kamu tidak tahu pesisir pantai tempat kita bermain dulu? Yang ada simpang jalan di dekat pohon Ketapang, ada Berugaq di bawahnya itu.

Ah. Mungkin kau lupa. Masih ingat tidak! Ketika sore hari. Saat pantulan matahari yang hendak tenggelam di balik gunung Agung yang cahayanya membias membentang menuju kedua bola matamu.

Aku yakin kamu pasti sudah ingat.

Waktu itu, kita Menikmati senja saat hari hendak berganti Magrib. Ada desah angin laut yang bersekutu menghadirkan senyummu di dadaku. Di matamu tercermin lanskap lautan luas yang lengkap dengan segala impian di dalamnya. Impian para nelayan yang hendak menuju pulang dari peraduan nasib.

Dari surat kabar itulah aku akhirnya menjadi tahu. Tempat-tempat yang pernah ada kenangan kita telah hilang. Pecahan karang-karang berserakan telah tertukar dengan batu-batu material bangunan.

Begitu kira-kira inti dari surat kabar yang menghadirkan sesak di dadaku.

Aku seharusnya tidak peduli. Apalagi hal semacam itu sudah bukan menjadi urusanku. Karena jelas, suaraku tidak didengar. Kata-kataku tidak se-ampuh rayuanmu kepadaku. Tetapi sekali lagi, aku tidak bisa untuk tidak sedih. Karena tempat itu adalah museum kenangan kita. Yang menyimpan lukisan wajahmu saat kita menikmati matahari tenggelam. Ada kenangan yang terus aku jaga. Jangankan melihatnya secara langsung. Membacanya saja dari surat kabar membuatku ingat tentang segala hal menyangkut dirimu, menyangkut kita.

 

Kekasih

Hal yang membuat nyeriku menyeruak hingga ke tulang-tulang adalah bau bacin dari popok-popok bayi dan sejenisnya yang tak aku ingat namanya. Tumpukannya berserakan menggantikan warna putih pecahan karang-karang yang selalu menjadi mainan ketika kita menikmati senja.

Meskipun dalam perjalanan pengembaraanku ke negeri yang jauh, berjarak denganmu tentu saja pilihanku secara merdeka. Dari jauh-jauh waktu, aku sudah memikirkan perihal perjumpaan kita di tempat tumpukan popok-popok bayi itu. Barang tentu, dirimu tidak sudi menikmati sebuah pertemuan dari jamuan rindu dibersamai oleh pemandangan tidak elok dan aroma bacin.

Bahkan katanya, dari surat kabar yang aku baca, ada banner-banner perihal perhelatan poliitk lima tahunan di berbagai tempat yang pernah kita singgahi dulu. Oleh karenanya, aku juga tidak mau menjamu temu di tempat-tempat itu.

Dari tempat nan jauh ini aku berbagi kabar kepadamu. Lewat tulisan yang entah apa masih sudi mau kau baca. Aku kirimkan kegelisahan sekaligus kerinduanku yang mengharu biru. Yang setiap waktunya membuatku merenung dan berpikir ulang tentang perpisahan. Meskipun semua ini tidak seabadi sampah-sampah yang aku ceritakan tadi. Butuh berpuluh-puluh tahun, bahkan ratusan tahun untuk sampah bisa hilang.

Kamu bisa membayangkan betapa ketakutanku perihal itu semua. Pemandangan sampah-sampah popok-popok bayi dengan aroma bacinnya itu akan memburamkan lukisan wajahmu di ingatanku, di tempat itu. Di bawah pohon Pandan dengan hiasan serakan pecahan karang.

 

Untukmu.

Dari atas batu, tempat yang aku sebut di awal tulisan surat dan di sinilah aku memikirkanmu. Oleh karena warna merah menyala dari bunga pohon yang mengingatkanku akan pantulan matahari sore di bola matamu. Warnanya yang membias keberanian sejati dari seorang kekasih.

Adakah kau dengar suara jeritan kesedihanku? Kesedihan dari seorang yang sendiri.

Tags: kegelisahankenanganperasaansastra
ShareTweetSendShare
Previous Post

Embun Asing Bagimu

Next Post

Orbital Dago: Ragam Pengalaman di Satu Tempat

Mohamad Tamrin

Mohamad Tamrin

Pemuda yang akrab disapa Tam. Menamatkan studi master bidang Computer Science and Econometrics di Warsaw University of Life Science dengan beasiswa penuh pemerintah Polandia. Sejauh ini sudah menerbitkan dua buah novel "Memutus Belenggu Takdir dan A Note from 6920 Miles". Sejak bulan November 2020, ia mulai terlibat dengan komunitas Pasirputih Lombok Utara.

Artikel Terkait

Rumit Melilit Silit
Surat

Rumit Melilit Silit

24 January 2022

Lagi-lagi begini lagi, Dul. Quotes, maqolah, atau kata-kata mutiara itu akhirnya ya cuma jadi pajangan di beranda media sosial. Entah...

Pencarian di Sudut Rindu
Surat

Pencarian di Sudut Rindu

1 December 2021

"Apa kabar?" "Sehat kan?" "Bagaimana keadaanmu?" "Apa kau masih ingat denganku?" Bernada sekali kalimat itu, intonasinya tepat saat saya mengucapkannya...

Sambatologi

Jalan Sunyi dengan Ribuan Bunyi

24 October 2021

Setelah perhelatan panjang bersama dengan soal-soal ujian fakultas yang entah kapan berhasil membuat saya sedikit berkualitas, saya sempatkan waktu untuk...

Hadir itu Bukan Kamu
Surat

Hadir itu Bukan Kamu

25 August 2021

Hai, aku tidak peduli jika tulisan ini dianggap bodoh oleh orang lain, juga tidak cemas kalau tulisan ini tak pernah...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Rumit Melilit Silit

Rumit Melilit Silit

24 January 2022
https://unsplash.com/photos/WXeJcabNzhE

Bunuh Diri, Maut, dan Puisi

14 February 2021
Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

Ada Nafas Sahara di Hutan Amazon

30 April 2023
Gambar Artikel Aku dan Yogyakarta: Orang Kalah Berjubah Istimewa

Aku dan Yogyakarta: Orang Kalah yang Berjubah Istimewa

11 November 2020
4 Nilai Humanistik dalam Film “Hotel Transylvania: Transformania”

4 Nilai Humanistik dalam Film “Hotel Transylvania: Transformania”

1 March 2022
Goa Isolasi dan Surat Kecilku

Goa Isolasi dan Surat Kecilku

19 July 2021
Gambar Artikel Kasihan Manusia

Kasihan Manusia

4 November 2020
Dimulai dari Ibu

Dimulai dari Ibu

6 May 2021
Sedih yang Diam

Sedih yang Diam

1 April 2022
Gambar Artikel Kemarin dan Rindu

Kemarin dan Rindu

31 October 2020

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In