• Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Kamis, 21 Agustus 2025

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

Metafor.id
Metafor.id
  • Login
  • Register
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Komentarium

Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus

Mohammad Azharudin by Mohammad Azharudin
26 Desember 2021
in Komentarium
0
Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan Tulus

https://id.pinterest.com/pin/1125968648494126/

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Aturan yang berbunyi “perempuan selalu benar, lelaki selalu salah” agaknya sudah sangat mendarah-daging dalam setiap diri perempuan. Para perempuan memang tidak mengikrarkannya seperti Sumpah Pemuda. Namun, mereka nyata-nyata mengimplementasikannya pada tiap langkah kaki, tiap kedipan mata, tiap hembusan napas, tiap denyut nadi. Tingkat ketaatan perempuan pada aturan tersebut bahkan melebihi tingkat ketaatan mereka pada orang tua. Dilihat dari realitas sosial yang ada, aturan termaktub itu nyatanya semakin melekat ketika seorang perempuan telah menyandang status sebagai “emak”.

Contoh dari hal itu bisa kita lihat di jalanan. Ketika ada seorang emak-emak yang menyalakan lampu sein kiri tapi beloknya ke kanan, kemudian si emak tersebut tertabrak oleh pengendara di belakangnya, maka sudah bisa disimpulkan siapa yang salah (lebih tepatnya ‘disalahkan’). Nggak hanya di jalanan, di rumah pun berlaku aturan yang sama. Misal, ketika kita nggak sengaja nabrak gelas yang ada airnya, pasti kita (anaknya) yang dimarahi. Tapi ketika yang nabrak gelasnya emak, kita juga yang dimarahi.

Berdasarkah hal tersebut, maka generalisasi bahwa semua laki-laki itu sama, perlu dihadirkan penyeimbang. Sebab, faktanya semua perempuan itu juga sama. Iya, sama-sama nggak pernah mau dekat dengan kata ‘salah’ meski jelas-jelas dirinya salah.

Dalam buku “Seni Memahami Wanita” yang ditulis oleh Claudia Sabrina dipaparkan bahwa wanita/perempuan adalah makhluk yang kompleks. Misal, perempuan berkata bahwa ia ingin A. Ketika lelaki telah memberikan A, perempuan tadi tiba-tiba berubah pikiran dan menginginkan B. Saat lelaki memberinya B, si perempuan berkata bahwa A ternyata lebih baik. Jelas laki-laki akan kelimpungan menghadapi sikap tersebut. Belum lagi ujung-ujungnya si perempuan memberi cap pada si lelaki bahwa ia tidak peka. Lalu di mana kata ‘maaf’ dari si perempuan? Hampir mustahil itu terucap.

Meski demikian, bila kita cukup jeli dalam memperhatikan, kita akan menemukan momen-momen dimana para para perempuan mengucap kata ‘maaf’. Ucapan ‘maaf’ tersebut terbilang tulus, dan pada momen-momen tersebut si perempuan nggak menyalahkan pihak lain―terutama laki-laki. Berikut beberapa momen perempuan minta maaf dengan tulus dan dari lubuk hati yang paling dalam.

  • Menolak Laki-laki yang Nembak Dia

Yap! Di momen ini pasti terucap kata ‘maaf’ dari lisan perempuan. Kata ‘maaf’ tersebut biasanya diikuti baris kalimat yang bervariasi, tergantung seperti apa sosok si lelaki yang nembak. Bila si lelaki adalah seorang good boy, maka si perempuan akan berucap, “Maaf! Kamu terlalu baik buat aku”. Alasan tersebut sebenarnya jauh dari kata rasional. Mayoritas perempuan pasti ingin punya suami yang baik, ingin anaknya nanti punya ayah yang baik. Jadi, alasan tersebut bisa dibaca sebagai upaya si perempuan untuk menutupi ketidaksukaannya pada si lelaki, sekaligus ia (sepertinya) berusaha untuk tidak menyakiti hati si lelaki tersebut terlalu dalam.

Nah, beda lagi ketika si lelaki adalah sosok yang asyik di mata si perempuan. Ucapan penolakannya akan jadi begini, “Maaf! Kita temenan aja”. Ini merupakan ungkapan tidak langsung dari si perempuan supaya laki-laki tersebut berkenan menjadi badut. Terdengar jahat dan menyakitkan? Sudah tentu, brader! Tapi bagaimana pun kita (para laki-laki) harus sadar akan hal tersebut.

Permintaan maaf dari perempuan―dalam kasus ini―yang paling menyakitkan adalah, “Maaf! Aku sudah punya pacar”. Bisa jadi, permintaan maaf tersebut hanya sebuah pengalihan isu supaya si lelaki tidak lagi mendekatinya. Padahal belum tentu perempuan tersebut beneran udah punya pacar. Dengan kata lain, perempuan tersebut ingin si laki-laki segera menjauh dari hidupnya, tapi ia membungkus dan membumbuinya dengan kata ‘maaf’.

  • Sidang Skripsi

Kalau ini jelas harus minta maaf dengan tulus dan mengakui kesalahan. Sebab jika tidak, urusannya bisa makin runyam. Kecuali jika perkara yang dianggap salah oleh dosen penguji masih bisa dilawan dengan argumen yang logis, itu tidak apa-apa. Permintaan maaf perempuan di momen ini merupakan satu metode supaya dirinya tetap aman. Tanpa permohonan maaf, tidak menutup kemungkinan dosen penguji akan menilai mereka sebagai mahasiswi yang nihil tata krama. Dampak fatalnya adalah dosen penguji tidak akan meluluskan mereka. Oleh seba itu, demi bucket migi-migi dan instastory, eh! Maksud saya demi bakti pada orang tua dan masa depan yang lebih baik, para perempuan rela mengikis egonya untuk bisa mengucap kata ‘maaf’ dan mengakui kesalahannya saat sidang skripsi.

  • Cerita Fiksi

Cerita fiksi di sini bisa berupa cerita dalam cerpen/novel, bisa juga berupa sinetron. Yang paling dominan dan secara gamblang menampilkan perempuan minta maaf sih, ya, di sinetron. Bila kita memperhatikan sinetron-sinetron yang tokoh utamanya seorang  perempuan (Inayah, misalnya), pasti kita akan melihat sosok si tokoh utama yang sering sekali minta maaf dan mengakui kesalahan, padahal dirinya nggak salah. Tentu saja si tokoh utama perempuan tersebut mengucap ‘maaf’ dengan tulus. Tulus demi memancing emosi penonton supaya mereka bersimpati pada dirinya. Kalau nggak gitu, ya nggak laku dong sinetronnya.

Mungkin ulasan dari saya cukup segitu saja, daripada nanti saya dibombardir oleh kaum cewek, apalagi kaum emak-emak. Nah, kalau menurut kalian, di momen apalagi perempuan berani meminta maaf secara tulus?[]

Tags: Daftar Momen Saat Perempuan Minta Maaf dengan TuluskomentariumMohammad Azharudin
ShareTweetSendShare
Previous Post

Birai-Birai Kelapa

Next Post

Perubahan Budaya Organisasi di Masa Pandemi

Mohammad Azharudin

Mohammad Azharudin

Asal Banyuwangi, Jawa Timur. Anak muda biasa yang suka belajar. Bisa disapa di Instagram @mas_azhar.27

Artikel Terkait

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya
Komentarium

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya

17 Maret 2022

Dalam kategori musik di Youtube, ada banyak sekali lagu Jawa, entah itu genrenya dangdut, pop, atau koplo. Mungkin lagunya baru...

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan
Komentarium

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 Februari 2022

Fenomena ‘hijrah’ bukan hal yang asing lagi bagi kita. Saya sendiri kurang begitu paham kapan awal-mula munculnya fenomena hijrah ini....

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR
Komentarium

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

9 Januari 2022

Istilah LDR tentu sudah tak asing lagi di telinga. Ada banyak alasan mengapa orang menjalani LDR, seperti pekerjaan atau pendidikan...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga

Latu

Latu

18 Maret 2021
Gambar Artikel Menghidupkan Tuhan yang Telah Mati

Menghidupkan Tuhan yang Telah Mati

26 Desember 2020
Sambatan Orang yang Pakai Behel

Sambatan Orang yang Pakai Behel

7 Februari 2021
Kisah Penjual Jamu dan Hukum yang Aneh

Kisah Penjual Jamu dan Hukum yang Aneh

29 Mei 2021
Perihal Kelahiran

Perihal Kelahiran

26 November 2021
Mawar Hitam Praja Buana

Mawar Hitam Praja Buana

29 April 2021
Gambar Artikel Menemui Aku yang Aku

Menemui Aku yang Aku

5 November 2020
Gambar Artikel Resensi Tuhan Maha Asyik : Mengasyiki Tuhan

‘Mengasyiki’ Tuhan

31 Oktober 2020
Bukti Pemerintah Serius Menangani Pandemi Covid-19

Bukti Pemerintah Serius Menangani Pandemi Covid-19

9 Agustus 2021
Revolusi Kurikulum

Revolusi Kurikulum

13 Desember 2021
Facebook Twitter Instagram Youtube
Logo Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Perempuan yang Menyetrika Tubuhnya dan Puisi Lainnya
  • Perjalanan Menuju Akar Pohon Kopi
  • Ozzy Osbourne dalam Ingatan: Sebuah Perpisahan Sempurna
  • Hisap Aku hingga Putih dan Puisi Lainnya
  • Going Ohara #2: Ketika One Piece Menjelma Ruang Serius Ilmu Pengetahuan
  • Sastra, Memancing, Bunuh Diri: Mengenang Ernest Hemingway
  • Selain Rindu, Apa Lagi yang Kaucari di Palpitu?
  • Status Baru Ibu dan Puisi Lainnya
  • Bentuk Cinta Paling Tenang dan Tak Ingin Jawab
  • Kiat Marah yang Payah dan Puisi Lainnya
  • Siasat Bersama Wong Cilik dan Upaya Menginsafi Diri: Sebuah Perjamuan dengan Sindhunata
  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya

Kategori

  • Event (12)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (10)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (65)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (52)
  • Metafor (212)
    • Cerpen (53)
    • Puisi (140)
    • Resensi (18)
  • Milenial (47)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (12)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2025 Metafor.id - Situs Literasi Digital.