slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Kebahagiaan Menurut Aristoteles - Metafor.id. Bagaimanakah itu?
Metafor.id

Situs Literasi Digital - Berkarya untuk Abadi

  • Tentang Metafor
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
  • Disclaimer
  • Kru
  • Kerjasama
Sunday, 1 June, 2025
  • Login
  • Register
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Hikmah
    • Sosok
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Tips & Trik
    • Kelana
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
No Result
View All Result
Metafor.id
No Result
View All Result
Home Sambatologi Komentarium

Bahagia Menurut Aristoteles

Qirani Aldin by Qirani Aldin
28 December 2020
in Komentarium
0
Gambar Artikel Bahagia Menurut Aristoteles

Sumber Gambar: http://imgur.com/gallery/7oDlp

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Telegram

Kehidupan manusia begitu ramai diwarnai dan dihiasi oleh beragam harapan dan tujuan. Salah satu harapan atau tujuan tersebut yaitu kebahagiaan. Kebahagian, yap, bila kita mendengar kata tersebut, satu hal yang terbayang dalam benak: sebuah kesenangan yang begitu diidamkan dan dicita-citakan oleh manusia.

Kata itu memiliki makna universal bagi mindset dari setiap individu. Jika kita mengasumsikan  bahwa suatu kebahagian ialah berupa tujuan tertinggi manusia, maka asumsi tersebut perlu diklarifikasi kembali. Mengapa demikian? Karena ia berkaitan dengan berbagai perspektif manusia tentang kebahagiaan itu sendiri.

Ada yang mengatakan bahwa kekayaan itu ialah suatu kebahagiaan. Ada juga yang mengatakan bahwa kesehatan itulah kebahagiaan. Atau bahkan suatu kebahagiaan adalah ketika kita dihormati dan dihargai oleh sesama.

Meskipun, persoalan kebahagiaan sejak jaman dulu telah menjadi tema utama dalam pembahasan para filsuf dan para ilmuwan terkemuka selama berabad-abad, istilah bahagia atau kebahagiaan merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh semua manusia. Mungkin karena ia disikapi sebagai tujuan dari hidupnya. Karenanya, kebahagiaan ini menjadi topik yang seakan tidak akan pernah habis diperbincangkan, sebab ada begitu banyak pandangan dan pendapat mengenai hal ini.

***

Apa sebenarnya hakikat kebahagiaan ini? Kita akan meninjau perkara kebahagiaan ini sebagaimana yang dirumuskan oleh Aristoteles, seorang filsuf yang lahir pada tahun 384 SM di kota Stageria di daerah Tharakia Yunani Utara dan meninggal pada tahun 322 SM.

Dia merupakan seorang filsuf sekaligus ilmuwan Yunani yang menjadi salah satu tokoh intelektual terbesar dalam sejarah filsafat Barat. Ia terbilang menguasai sebagian besar ilmu pengetahuan dan seni, termasuk biologi, botani, kimia, etika, sejarah, logika, metafisika, retorika, filsafat pikiran, filsafat sains, fisika, puisi, teori politik, psikologi dan zoologi. Tak heran jika Arsitoteles masuk ke dalam peringkat ke-14 dalam buku The 100 A Rangking of The Most Influential Persons in History, karya Michael H. Hart.

Dalam bahasa Yunani, kebahagiaan dikenal dengan istilah eudaimonia yang berarti kebahagiaan. Kata ini terdiri dari dua suku kata: “eu” (“baik”, “bagus”) dan “daimon” (“roh, dewa, kekuatan batin”). Secara harafiah eudaimonia berarti “memiliki roh penjaga yang baik”. Bagi bangsa Yunani, eudaimonia berarti kesempurnaan, atau lebih tepat lagi, eudaimonia berarti “mempunyai daimon yang baik” dan yang dimaksudkan dengan daimon adalah jiwa.

Berpijak dari situ, kebahagiaan merupakan salah satu keinginan yang ada dalam diri manusia dan sudah menjadi fitrahnya. Menjadi wajar jika setiap manusia berupaya untuk memperoleh dan merasakan kebahagiaan itu dalam hidupnya. Akan tetapi, acapkali yang menjadi pertanyaan ialah, bagaimana dan apakah kebahagiaan itu yang sesungguhnya? Serta bagaimana pula cara untuk meraih kebahagiaan yang hakiki dalam hidup dan kehidupan ini?

Berbicara tentang kebahagiaan, tidak luput kaitannya dengan persoalan etika. Etika Nikomachea merupakan salah satu karya Aristoteles yang ditulisnya ketika dia berada di Lykeon. Di dalam karya tersebut, Arsitoteles memusatkan perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bijak pula.

Tentu hal tersebut menjadi dasar pemikirannya yang berawal dari konsep tentang “tujuan” (telos). Dan dari konsep itulah ia mengeksplorasi secara mendalam terhadap etika, dengan  mengindentifikasikan dan menguraikan secara kritis, reflektif, dan argumentatif. Oleh sebab itu, etikanya disebut eudaemonisme.

Kemudian dia menjadikan eudaemonisme sebagai puncak tujuan sebagaimana terdapat dalam karyanya The Nichomachean Ethics. Dalam karya itu, tidak diragukan lagi begitu matangnya pemikiran Arsitoteles mengenai etika. Meskipun begitu, etika menurut Aristoteles sering kali dikatakan “etika egois”. Dalam artian bahwa yang menentukan adalah akibat dari perbuatannya si pelaku. Oleh karenanya, menurut Aristoteles hendaknya tindakan setiap orang mengarah kepada kebahagiaan. 

Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan ialah tujuan hidup, dan usaha dapat mencapai kebahagiaan—jika dipahami secata tepat—akan menghasilkan perilaku yang baik. Dalam segala perbuatannya, manusia mengejar suatu tujuan. Ia mencari sesuatu yang baik baginya tetapi ada bannyak macam aktivitas manusia yang mengacu pada macam-macam tujuan tersebut. Dan menurut Aristoteles, tujuan yang tertinggi ialah kebahagiaan atau eudaimonia.

***

Berdasarkan penelitian dalam buku “Menjadi Manusia Belajar Dari Aristoteles’’ karya Franz Magnis-suseno, dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki tujuan hidup, dan tujuan sejati manusia adalah menjadi bahagia dan bermakna. Untuk mencapai kebahagiaan, hendaknya manusia itu memfokuskan diri pada nilai-nilai keutamaan dalam hidup, sehingga dengan begitu kebahagiaan akan datang dengan sendirinya.

Pemikiran etika eudaemonisme menurut Aristoteles sejatinya mengantarkan manusia kepada kebahagiaan yang hakiki. Meliputi semua aspek kehidupan yang membawa hal-hal baik yang terasa bermakna, positif, dan bermutu. Dengan menjalankan fungsinya secara sempurna, yakni dengan memberikan alasan, pertimbangan (reasoning), dan berpikir (thinking), manusia mampu memproduksi hal-hal baik dan benar. Kemudian ini direalisasikan melalui potensi-potensi yang ada dalam diri manusia itu sendiri, demi melancarkan proses manusia mencapai suatu kebahagiaan yang hakiki.[]

Tags: aristotelesbahagiaetikaetika menurut aristoteleskebahagiaan menurut aristotelesmakna hidup
ShareTweetSendShare
Previous Post

Seringai Pedih yang Ia Tulis

Next Post

Sunyi dalam Kerinduan

Qirani Aldin

Qirani Aldin

Mahasiswa Perbandingan Madzhab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyuka hewan yang juga punya hobi membaca dan menulis.

Artikel Terkait

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!
Komentarium

Dear Orang Tua: Tolong Jangan Perlakukan Anak Semena-mena!

9 April 2022

Belum lama ini timeline media sosial saya sempat dilewati sebuah berita soal seorang ayah yang membanting laptop anaknya. Hal tersebut...

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya
Komentarium

Kenapa Lagu Jawa Trending Terus Di Youtube? Ini Jawabannya

17 March 2022

Dalam kategori musik di Youtube, ada banyak sekali lagu Jawa, entah itu genrenya dangdut, pop, atau koplo. Mungkin lagunya baru...

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan
Komentarium

Menerka Kiblat Dakwah Generasi Muda di Masa Depan

16 February 2022

Fenomena ‘hijrah’ bukan hal yang asing lagi bagi kita. Saya sendiri kurang begitu paham kapan awal-mula munculnya fenomena hijrah ini....

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR
Komentarium

Jenis-Jenis Garangan Paling Berbahaya bagi Kaum LDR

9 January 2022

Istilah LDR tentu sudah tak asing lagi di telinga. Ada banyak alasan mengapa orang menjalani LDR, seperti pekerjaan atau pendidikan...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

Mendikte dan Menyombongi Tuhan

12 February 2021
Gambar Artikel Melebur Bersama Tuhan dengan Tarian

Melebur Bersama Tuhan dengan Tarian

27 December 2020
Pengakuan

Pengakuan

11 March 2022
Akhirnya Aku Mati!

Akhirnya Aku Mati!

17 June 2021
Bentang dan Jet Lag Blues

Bentang dan Jet Lag Blues

31 August 2021
Pop Culture Buat Isti

Pop Culture Buat Isti

3 April 2021
Perjalanan Wahyu Nirwaktu

Perjalanan Wahyu Nirwaktu

11 January 2022
Retorika Lucu

Retorika Lucu

11 August 2021
Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

Beberapa Adegan di Balik Pintu yang Tak Terkunci

7 February 2021
Gambar Artikel Hiruk-Pikuk Pandemi dalam Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

Hiruk-Pikuk Pandemi dalam Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

14 December 2020

Ikuti Kami di Instagram

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.
Facebook Twitter Instagram Youtube
Metafor.id

Metafor.id adalah “Wahana Berkarya” yang membuka diri bagi para penulis yang memiliki semangat berkarya tinggi dan ketekunan untuk produktif. Kami berusaha menyuguhkan ruang alternatif untuk pembaca mendapatkan hiburan, gelitik, kegelisahan, sekaligus rasa senang dan kegembiraan.

Di samping diisi oleh Tim Redaksi Metafor.id, unggahan tulisan di media kami juga hasil karya dari para kontributor yang telah lolos sistem kurasi. Maka, bagi Anda yang ingin karyanya dimuat di metafor.id, silakan baca lebih lanjut di Kirim Tulisan.

Dan bagi yang ingin bekerja sama dengan kami, silahkan kunjungi halaman Kerjasama atau hubungi lewat instagram kami @metafordotid

Artikel Terbaru

  • Cosmic Hospitality dan Puisi Lainnya
  • Kenangan, Bahasa, dan Pengetahuan
  • Penjual Susu dan Puisi Lainnya
  • Peringati Hari Buku Nasional, Forum Buku Berjalan Adakan Temu Buku di Wisdom Park UGM Yogyakarta
  • Menyulut Api Literasi dari Kediri: Mahanani Book & Art Festival
  • Lelaki Tua yang Dipermainkan Nasib
  • Membangun Literasi Peduli Bumi: Festival Buku Berjalan
  • Kandang Menjangan Menggugat dan Puisi Lainnya
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 2 (Selesai)
  • Diri yang Tak Bersih dan Sejumlah Tegangan – Bagian 1
  • Puasa Puisi: Perayaan Sastra Lintas Bahasa
  • Aku Merangkum Desember

Kategori

  • Event (10)
    • Publikasi (2)
    • Reportase (8)
  • Inspiratif (31)
    • Hikmah (14)
    • Sosok (19)
  • Kolom (63)
    • Ceriwis (13)
    • Esai (50)
  • Metafor (206)
    • Cerpen (51)
    • Puisi (136)
    • Resensi (18)
  • Milenial (46)
    • Gaya Hidup (25)
    • Kelana (11)
    • Tips dan Trik (9)
  • Sambatologi (70)
    • Cangkem (18)
    • Komentarium (32)
    • Surat (21)

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

No Result
View All Result
  • Home
  • Metafor
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
  • Sambatologi
    • Cangkem
    • Komentarium
    • Surat
  • Kolom
    • Ceriwis
    • Esai
  • Inspiratif
    • Sosok
    • Hikmah
  • Milenial
    • Gaya Hidup
    • Kelana
    • Tips & Trik
  • Event
    • Reportase
    • Publikasi
  • Tentang Metafor
    • Disclaimer
    • Kru
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
  • Kontributor
  • Login
  • Sign Up

© 2021 Metafor.id - Situs Literasi Digital.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In